Jumat, 17 November 2017

PEMBELI ADALAH RAJA




Aku pernah mengantar temanku untuk mencari toko sepeda. Ia ingin membeli sepeda baru. Akhirnya, kami temukan toko sepeda di dekat pasar. Itu satu-satunya toko sepeda yang kami temukan. Sebenarnya ada di toko sebelahnya, namun waktu itu sudah tutup.


Kami masih tanya-tanya dulu. Bosnya yang melayani. Kami bertanya-tanya mulai dari harga hingga kelebihan dan kelemahan sepeda. Dengan keramahannya, ia bersedia memberikan penjelasan dengan detail meskipun belum membelinya.


Beberapa hari kemudian, kami mendatangi toko sepeda itu lagi. Tapi, kami mampir dulu di toko sepeda sebelah yang berada disebelahnya. Disitu terlihat koleksinya lebih banyak dan komplit, dibandingkan toko sepeda yang pernah kami datangi sebelumnya. Ternyata disitu memang khusus penjual sepeda. Berbeda dengan toko di dekatnya, yang di samping menjual sepeda, juga menjual bebagai macam barang elektonik. 


Rencana masih ingin memilih dan bertanya-tanya dulu. Namun, ternyata kami datang di waktu yang tidak tepat. Waktu itu ada pembeli yang juga sedang memilih sepeda juga. Seorang karyawan melayaninya. Kami menunggu giliran, tidak enak jika mengganggu pembicaraan antara seorang karyawan dan pembeli itu. 


Setelah selesai melayani pembeli tersebut, karyawan di toko itu menanyai kami.

"Masih mau tanya-tanya atau langsung beli, Mbak?" Tanyanya

"Lihat-lihat dulu, Pak?" Jawab temanku

Dengan nada yang kurang berkenan di hati, si karyawan tidak membolehkan kami untuk melihat-lihat atau tanya-tanya dulu, karena toko keburu ditutup. Ia tidak memberikan kesempatan sedikit pun waktu untuk melayani kami. Kukira dua menit atau tiga menit bukanlah waktu yang lama untuk sekedar bertanya keperluan kami dengan nada yang sedikit ramah. Parahnya lagi, ketika kami sedang berada di dalam toko, lampunya dimatikan. Aku sedikit jengkel. Ternyata, temanku juga merasakan hal yang sama. Akhirnya kami keluar dengan rasa malu dan kecewa. 


Lalu, kami menuju toko sepeda di sebelahnya. Meskipun koleksinya sedikit, namun berkat pelayanannya yang ramah, kami berniat membeli disitu. Cukup lama disitu, karena harus memilih dan tanwar menawar hingga ketemu harga yang pas dengan kantong. Namun, si penjual tetap melayani dengan sepenuh hati, tanpa merasa jengkel sedikit pun.


Waktu kuliah, aku pernah punya pengalaman bekerja di warung makan, meskipun hanya bertahan dua bulan saja. Setiap hari selalu ramai. Karakteristik pembeli berbeda-beda. Namun, bagaimana pun mereka, pelayan tetap dituntut untuk memperlakukannya dengan ramah bak raja. Jadi, aku selalu berusaha melayani pembeli dengan hati-hati, meskipun sering dibuat jengkel.


Ungkapan "pembeli adalah raja" kukira ada pentingnya, karena berkaitan dengan kepercayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...