Rabu, 01 November 2017

MENILIK BUKU PROSES KREATIF PENULISAN AKADEMIK


Menulis pada dasarnya adalah soal latihan dan praktik. Saya telah menyadari akan hal itu. Semakin sering praktik, semakin mudah menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan, begitu juga sebaliknya. Prof Budi Darma, seorang sastrawan yang menjadi narasumber di acara temu penulis dan kopdar Sahabat Pena Nusantara (SPN) pada dua Minggu yang lalu bercerita tentang teori belajar Behaviorisme. Saya menyimak dengan baik dan mencatatnya pada bagian yang saya anggap penting.


Pengkondisian yang dilakukan pada Anjing sebagai contohnya. Anjing mengeluarkan air liur apabila diperlihatkan makanan. Itu wajar. Lalu, lonceng dibunyikan dahulu sebelum makanan diberikan. Air liur Anjing pun keluar. Perlakukan tersebut dilakukan berulang-ulang dan pada suatu ketika dengan hanya membunyikan lonceng  saja tanpa makanan, si Anjing tetap mengeluarkan air liur.


Dalam teori belajar di atas, pelatihan dan pembiasaan adalah adalah faktor utamanya. Pengkondisian tersebut juga bisa berlaku pada manusia, terutama dalam menulis.  Prof Budi Darma menyimpulkan bahwa setiap orang, tanpa terkecuali bisa menkondisikan dirinya untuk menjadi penulis dan perlakuan yang harus dicoba adalah terus berlatih.  


Berbicara tentang proses kreatif, dalam buku ini, Dr. Ngainun Naim juga menyarankan untuk melakukan pembiasaan terlebih dahulu. Membagun tekad bulat untuk membiasakan diri menulis adalah langkah awal untuk bisa menulis. Di hal. 25, beliau menganjurkan untuk memulai dengan menulis hal-hal sederhana di sekitar kita, tidak melulu menulis tugas makalah saja. Menulis apa saja bisa melatih merangkai ide dan menuangkannya dalam tulisan. Kalau itu dibiasakan, maka menyusun makalah pun akan lebih baik.


Saya pernah mendapatkan ilmu dari beliau tentang tingkatan penulis. Pertama adalah penulis pemulung. Penulis jenis ini lebih menilai hasil dari proses. Penulis jenis ini tidak baik, karena sering tidak jujur, menjiplak tulisan sering dilakukan. Kedua, penulis penjahit. Layaknya penjahit, yang mencocokkan potongan-potongan kain dan menjahitnya agar menjadi baju utuh yang siap pakai. Penulis jenis ini juga begitu. Kalau kita dalam membuat makalah sering menjejerkan banyak buku, lalu menuliskannya kembali ke dalam makalah yang kiat buat, tanpa menambahkan pendapat kita sendiri. Maka kita masih menyandang penulis penjahit. Ketiga, penulis peramu. Inilah penulis yang sebenarnya, karena melibatkan pikiran orisinil kita sendiri dalam menulis. Dengan membiasakan menulis, Dr. Ngainun Naim sangat menginginkan mahasiswa menjadi penulis peramu, khususnya saat menulis makalah atau skripsi.


Selain melakulan pembisaan menulis, membaca juga harus menjadi budaya bagi mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki budaya membaca punya peluang yang lebih besar menghasilkan tulisan yang bagus. Semakin banyak membaca maka rasa kebahasaan juga akan ikut tumbuh dan berkembang (hal. 34).


Di bab 4, beliau membahas tentang passion menulis. Untuk menjadi seorang penulis kreatif, seseorang harus mencintai proses menulis. Menulis membutukan proses yang panjang dan tidak mudah. Hanya dengan cinta inilah maka gairah untuk terus menulis bisa terwujud. Khususnya bagi mahasiswa, Dr. Ngainun Naim menganjurkan untuk membangun passion menulis, agar ketika mengerjakan tugas karya ilmiah tidak terbebani dan akan bisa dikerjakan dengan totalitas.


Buku tentang proses kreatif ini juga menghadirkan macam-macam tips yang bisa dilakukan untuk membangun ketrampilan menulis. Salah satunya beliau mendorong mahasiswa untuk menggunakan metode “ngemil”  ala pak Hernowo. Metode ini dirasa sangat efektif untuk meningkatkan ketrampilan membaca dan menulis. Selain Pak Hernowo, ternyata Pak Peng Kheng Sun juga punya pengalaman tentang metode “ngemil” ini, menulis sedikit demi sedikit selalu beliau lakukan. 


Menentukan target menulis juga sangat penting. Target tersebut bisa berupa waktu, misalnya menyisihkan waktu untuk menulis selama 15 menit setiap harinya. Target juga bisa diwujudkan dalam bentuk panjang karya, misalnya menghasilkan 1 atau 2 halaman tulisan setiap hari. Dengan menentukan target tersebut, irama atau konsistensi menulis akan teratur.


Di bagian akhir, beliau juga memberikan saran bagaimana caranya untuk mewujudkan target menulis. Pertama-tama yang bisa dilakukan, seorang penulis harus memiliki manajemen waktu yang baik. Penulis, khususnya mahasiswa harus mengkhususkan waktu untuk menulis secara rutin. Selain itu juga harus berani menyendiri dan menemukan tempat khusus yang menjadi tempat favorit untuk menulis. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas tulisan, beliau menyarankan para mahasiswa khususnya untuk merawat catatan, terus berlatih, dan meningkatkan jam terbang.


Proses kreatif yang beliau jabarkan dalam buku ini sebenarnya bukan hanya untuk kalangan akademisi saja, namun sesungguhnya bagi siapa pun yang yang ingin mengembangkan kemampuan menulis sangat disarankan membacanya.


Di saat banyak mahasiswa yang belum menyadari sepenuhnya akan pentingnya budaya menulis, hadirnya buku berjudul Proses Kreatif Penulisan Akdemik (Panduan untuk Mahasiswa) karya Dr. Ngainun Naim ini tentu sangat bermanfaat. Buku ini saya dapatkan ketika kopdar SPN ke-4 di ITS Surabaya lalu dan beliau memberikannya gratis. Terimakasih, Pak Ngainun Naim.  


Saya selalu punya kesan yang menarik ketika membaca buku karya guru saya ini. Pertama tentang gaya tulisan beliau yang begitu mudah dipahami. Beliau selalu menggunakan bahasa yang mudah memahamkan di setiap karyanya, meskipun buku ilmiah sekali pun. Kedua, Dr. Ngainun Naim bisa meramu tulisan-tulisan harian tentang refleksi pengalaman kepenulisan beliau menjadi buku yang syarat makna. Saya pernah membaca beberapa bagian tulisan dari buku ini lewat blog dan status FB beliau. Inilah sumber kekuatan tulisan beliau. Bukan teori semata, namun buah dari pengalaman empiris beliau. Sungguh keren sekali.


Membaca buku karya Dr. Ngainun Naim ini sungguh sebuah kuliah literasi yang berharga bagi saya. Terlebih saya masih tahap belajar. Saya akan berusaha semampu saya untuk mengamalkan wejangan beliau ini. Saya kemudian berusaha untuk belajar menulis. Beberapa buku menulis karya beliau telah saya punyai. Dengan membaca buku-buku beliau tentang menulis, saya menjadi tidak takut lagi untuk menulis. Terimakasih Pak Ngainun Naim atas ilmu dan pengalamannya.


Buku Proses Kreatif Penulisan Akademik

Judul: Proses Kreatif Penulisan Akademik
Penulis: Ngainun Naim
Tahun Terbit: 2017
Penerbit: Akademia Pustaka
Tebal: xxii + 146
ISBN: 978-602-60339-9-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...