Rabu, 14 Januari 2015

Romantika Ujian dimata GW - A Piece of My Idea in this night



Ujian bagi saya adalah tantangan yang mendebarkan dan juga menjadi  sebuah kesempatan yang memaksa diri kita untuk belajar. Setelah tantangan itu terselesaikan, semua beban terasa hilang dan pikiranpun menjadi lega, saatnya relaksasi, he e…Semua aktivitas di semester 5 ini, mulai dari lecturing, presentasi, mengerjakan tugas, ribet dengan final project, dll telah terselasaikan saat menjelang UAS, dan di tutup dengan UAS. Good Bye for 5th semester. Tak terasa sudah 5 semester saya menuntut ilmu di kampus tercinta ini, artinya kurang sebentar lagi saya bisa menikmati romantika perkuliahan ini. Semester 6 adalah masa terakhir berjumpa dengan beragam mata kuliah. Mulai dari semster satu hingga kini banyak sekali pengalaman yang telah saya alami baik yang menakutkan (scary), menyenangkan (fun), menyedihkan (sad) hingga pada hal yang konyol sekalipun. Tentunya pengalaman itu terjadi ada kalannya saat kita bersama teman-teman kita maupun bersama para dosen kita, itulah romantika belajar. Kayaknya semester 7 dan 8 nanti akan berbeda dengan semester sebelumnya, karena yang di hadapi nanti bukan mata kuliah pada umumnya...kalau melihat kakak kelas yang saat ini sudah semester 7, mereka di fokuskan dengan aktifitas PPL, KKN, buat laporan, cari Judul skripsi, buat proposal, ribet menemui dosen pembimbing, persiapan kompre, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, mari kita nikmati masa-masa yang tersisa ini, buat semua enjoy and fun, dan tanpa ada sesuatu yang menjadi beban. Buat semua beban-beban itu nanti menjadi hal yang menyenangkan, termasuk UAS, ataupun tugas-tugas yang lainnya. May all is well done.
Kembali ke soal UJIAN … dibangku kuliah ini menurut saya memang berbeda dengan masa SMP atau SMA. Flashback masa muda,,,,,Pengalaman di SMP, waktu ujian bagi saya menjadi momok yang menakutkan, karena tradisi hafalan masih kental saat itu. Sehingga sebelum ujian mulut harus komat-kamit untuk mengahafal, dan alangkah sulitnya pada saat itu otak mencerna kata-kata. Mungkin critical thinking masih belum terbangun pada masa itu. Cieee :). Sehingga apapun yang terjadi jawaban harus sama persis dengan buku. Tidak ada pembelajaran bermakna saat itu, karena kurangnya pemahaman…yang ada hanya menghafal dan menghafal, sehingga cepat lupa. Tradisi saya menyontek pada saat itu juga masih sangat kental..uuupps, apalagi pas waktunya pelajaran yang sangat sulit untuk di hafal. Saya ingat sekali saat try-out, saat itu yang di ujikan pelajaran IPA, tidak tanggung-tanggung semua buku LKS mulai kelas satu sampai kelas tiga saya bawa semua ke kelas untuk contekan…yaa untungnya tidak ketahuan. Kurangnya motivasi untuk saya belajar waktu SMP dulu, saya akui sangat kurang. Hampir tidak ada mata pelajaran yang saya sukai, dan guru yang mengajar pun hampir tidak ada yang membuat saya termotivasi untuk belajar. Akibatnya ya seperti itu….nilai yang pas-pasan sampai minimal menjadi hal yang biasa saat itu.
Berbeda dengan zaman SMA, masa ini agak contrast dengan masa SMP. Semangat saya untuk belajar mulai tumbuh, karena ada hal-hal yang menjadi penyebabnya…*agak rahasia. Pada waktu ujian-pun ada usaha untuk memahami materi di samping menghafalnya. Sudah ada sedikit bakat untuk mengarang bebas. He e e. Selain itu banyak sekali para guru yang menjadi idola saya saat itu, dan otomatis pelajaran yang ia ajarkan sekalipun, khususnya di pelajaran eksak, pada mata pelajaran MTK dan kimia. Sehingga pada saat ujian mata pelajaran tersebut, saya punya greget untuk belajar. Tapi usaha itu tidak sia-sia, usaha yang maksimal, menghasilkan hasil yang memuaskan. Ada usaha pada saat menjelang ujian, tradisi nyontek dalam diri saya pun sedikit. berkurang. H e e e kok Cuma sedikit, karena masih ada saja sich pelajaran yang menggugah selera menyontek, bedanya yang dulunya nyonteknya bawa buku, kalu yang jaman ini agak modern…di catat dengan tulisan yang kecil-kecil, sehingga satu lembarpun sudah menyangkut banyak materi. Tapi indah pokoknya masa SMA ini…
Berbeda lagi dengan zaman saya sekarang ini…bangku kuliah. Saya bisa menahan diri saya untuk menyontek. Hampir tidak minat lagi. Luasnya materi yang di ajarkan, malah sulit untuk mengambil point apa yang harus di jadikan catatan bahasa kasarnya repekan. Yang di perlukan saat menjelang ujian, bagi saya adalah pemahaman, memahami garis besarnya saja dan bagaimana untuk bisa menghasilkan good critical thinking. Dengan begitu, pada saat ujian kita bisa mengarang indah dengan ide-ide kritis kita. Karena dengan begitu ujian kita pasti akan lancar. Mungkin menghafal masih di perlukan, tapi tidak sefanatik saat di SMP atau di SMA. Sistem Ujian di bangku kuliah tidak seperti jaman SD, SMP, dan SMA secara objective. Semua soal subjective, sehingga mengarang bebas itulah solusinya. Ada kesenengan tersendiri bagi saya jika saya mampu menjawab soal hingga satu lembar penuh, tidak peduli itu jawaban benar atau salah…yang penting banyak. THE LONGER IS THE BETTER. Tapi lucunya lagi, pernah ada salah satu dosen yang memberikan pertanyaan di soal ujian itu dengan membatasi berapa baris jawaban yang harus di tulis. Jadi di kasih pertanyaan, dan di tulis keterangan di bawahnya  *setiap soal minimal setengah halaman. Dan sialnya soal itu sulit untuk di kembangkan,,, yaa apa boleh buat, kalimatnya di putar-putar dan akhirnya menjadi karangan yang indah nan mulek. Ujian itu pun juga tergantung pada pengawasnya….dalam keadaan kepepet dan tidak membawa catatan, kalau pengawasnya baik hati dan mengerti keadaan kan bisa di buat kesempatan untuk mencari inspirasi,, Heee :). Tapi sehendaknya usaha yang saya lakukan di bangku kuliah ini sudah maksimal. Meskipun kadang hasilnya tidak memuaskan, misalnya kadang IP tidak sesuai target, kesal saat mengetahui jawaban soal ujian yang tidak sesuai, dll,, tapi saya tidak begitu respect, yang penting saya sudah berusaha. Untuk mata kuliah yang saya sukai, usaha saya pun maksimal untuk belajar mata kuliah tsb, but on the contrary.......sensor. Saya suka dengan mata kuliah atau pelajaran itu karena beberapa factor yang mengajar pelajaran itu asyik, tidak monoton, ramah, baik pokoknya, mungkin karena passion … untuk menguasai pelajaran itu. Menurut saya apapun yang harus kita lakukan, pertama kalinya kita harus SUKA dulu, maka kalau sudah suka usahapun akan mengikut. Saya teringat dengan UAS matkul Statistics yang disitu ada data peneletian tentang corelasi antara pelajaran yang di sukai dengan nilai pada mata pelajaran tersebut, dan di suruh untuk menentukan bagaimana korelasinya. Dan ternyata berdasarkan perhitungan saya itu terbukti kalau there is strong correlation between the subject that you’re like and the grades of this subject. Kalau penelelitian itu terbukti ada kan ya mudah untuk mendapatkan nilai bagus,,, tinggal kita suka atau tidak. Kelihatannya entheng sekali ya,, tinggal suka atau tidak suka he e e. Menurut saya untuk membuat suka atau tidak suka itu tergantung pada guru, bagaimana guru itu melakukan management class nya sehingga, murid-muridnya akan senang dan termotivasi untuk belajar… Saya pun nanti bercita-cita seperti itu, saya sangat tertarik sekali jika ada dosen yang mengajar di kelas itu penuh dengan leluasa menyampaikan ulunan materinya, yang menggunakan management kelas yang bagus, sangat interaktif dengan muridnya. Semoga saya bisa seperti mereka, begitu professional …. DREAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...