Sudah beberapa kali kami ingin
merencanakan bertemu (diluar jadwal pertemuan), namun belum bisa juga. Aku dan
temanku, kami berdua teman satu kampus yang ditempatkan di wilayah
yang sama selama KPL di Thailand, yaitu di Wilayah Songkhla. Kebetulan hanya kami berdua saja yang berada di wilayah ini. Meskipun masih dalam satu wilayah atau provinsi, sayangnya kami berada
di jarak yang cukup jauh. Saya di Hat Yai District, sementara teman saya di Chana District, kami tinggal di kabupaten yang berbeda.
Sekitar 50 km jarak antara tempatku dan tempat temanku. Karena sama-sama tidak
ada yang mengantar, jadi kami kesulitan untuk bertemu jika hari longgar tiba.
Rabu malam, temanku menelpon, ia
berkeinginan berat untuk datang ke Hat Yai. Konon, di Hat Yai ada banyak
tempat menarik dan juga banyak wisata belanja yang bisa dikunjungi. Ia ingin
pergi bersama saya ke tempat-tempat tersebut. Dalam pembicaraan kami lewat
telpon, menyakinkan sekali jika kami besuk bisa bertemu. Ia mau bilang Baboo-nya untuk mengantar ke stasiun, lalu dari stasiun berencana akan
saya jemput disana, lalu bersama-sama kami jalan kaki ke tempat-tempat di Hat Yai yang berada di
sekitar stasiun, lalu, lalu, dan lalu, masih banyak lagi yang kami rencanakan dalam
telepon itu untuk esuk hari. Takutnya sudah terlanjur menggebu-gebu untuk
merencanakan apa yang akan kami lakukan saat bertemu, tapi malah tidak jadi. “Awas
ya sampai tidak jadi datang.” di sela-sela ia berbicara ini itu, saya potong pembicaraanya
dengan maksud memastikan kalau ia beneran datang. Iya, ia sudah fix kalau mau
datang.
Telpon kami akhiri setelah semuanya
sudah jelas apa yang akan kami lakukan esuk hari. Saya minta untuk mengirimkan
pesan lewat WA saja untuk memberitahu tentang info selanjutnya, seperti berangkat
jam berapa, sudah sampai dimana, dll. Sudah tidak sabar
menunggu hari esuk karena kami akan bertemu.
Kesokan harinya,
Hari ini saya memutuskan untuk tidak ke
sekolah karena akan menjemput teman saya di stasiun, lalu dilanjut dengan jalan
ke tempat-tempat terdekat. Hampir pukul sembilan teman saya belum memberikan kabar terkait dengan berangkatnya.
Sekitar pukul 10, ada suatu kabar yang
tidak mengenakkan dari seorang guru di sekolah, ia tidak hadir ke sekolah hari
ini, beliau menghadiri seminar di Pinang, Malaysia bersama para guru lainnya.
Apa hubungannya? uang saya, kecuali uang makan, saya titipkan kepada beliau agar
disimpannya dalam ATM, biar aman. Saya hanya pegang uang secukupnya saja, cukup
buat makan dan membeli keperluan sehari-hari, jika perlu sewaktu-waktu saya
tinggal bilang berapa, maka beliau akan mengambilkan dan memberikan uang yang
saya butuhkan tersebut. Saya belum beruntung karena dihari itu uang saya hanya
cukup buat beli nasi untuk makan siang dan malam saja, kalau mau tambah beli
yang lain sudah tidak cukup. Selain memang saya ingin minta uang lagi karena
uang makan sebelumnya sudah habis, juga karena ingin menjemput teman saya, jadi
perlu ongkos angkot sampai di stasiun, belum lagi kalau mau pergi ke
tempat-tempat belanja, kan perlu uang lebih. Sementara beliau tidak datang ke
sekolah, saya tidak bisa meminta uang saat itu juga. Sudah ada tanda-tanda jika kami akan
tidak bisa bertemu dalam kesempatan ini.
Saya sudah khawatir jika teman saya
kecewa. Ternyata saya, bukan teman saya yang akan membatalkan pertemuan yang
sudah dengan matang kami berdua rencanakan pada malam sebelumnya. Saya termakan
dengan omongan saya sendiri?, pasti kalau ia tahu bakal kecewa. Hmmm,
mengecewakan seseorang itu rasanya tidak nyaman, apalagi yang merasa kecewa.
Jalan satu-satunya memang harus ngomong saja dengan jujur. Kalaupun ia akan
marah, mungkin di lain waktu akan mengerti juga.
Bismillah, saya kirim pesan
kepada teman saya yang isinya pernyataan ma’af dan alasan yang sedikit panjang
tentang ketidakbisaan saya untuk pergi di hari ini. Beberapa menit kemudian ia
membalas … Legaaa, karena diantara kami saling tidak bisa, ia tidak ada yang
mengantarnya ke stasiun.
Rencana teman saya untuk kemari ini
memang mendadak, baru memberi tahu saya waktu itu juga, Karena rencana dadakan
ini gagal, jadi rencana awal dipakai kembali.Berarti deal kami hari ini sudah
tidak bisa bertemu. Namun, kejadian tak terduga datang sehingga membuat kami
bisa bertemu. Ini nih ceritanya,
Siang itu saya memutuskan untuk cari
makan makan siang. Karena tidak sekolah, saya malu lewat jalan depan sekolah,
jadi saya lewat jalan yang satunya. Dari arah yang berlawanan ada Mr. Ahmad. Seketika melihat saya, beliau memanggilku, akupun menenanggapinya. Saya bilang jika saya
tidak sekolah dan ini mau pergi membeli makan siang.
“Eka, let’s go to Chana now to pick up my
son in Tasdikiah school! Awalnya saya menghiraukan ajakannya, saya pikir tidak
serius karena tidak biasa mengajak saya. Setelah saya perjelas kembali,
ternyata beliau beneran ajak saya. Sayapun pergi berdua dengan beliau. Ya, ini
kali pertama saya jalan dengan Ustadz. Karena tidak ada persiapan kalau mau
pergi, benar-benar dadakan, jadi saya tidak dandan dan tidak bawa apa-apa,
namun kirannya sudah pantaslah busana yang saya kenakan ini, rok hitam, baju
kaos, dan jilbab besar.
Tidak bawa apa-apa? … hanya bawa uang yang cukup buat
beli makan siang di kedai dekat sekolah. Awalnya kan hanya mau pergi sebentar
membeli makan siang, HP juga tidak saya bawa.
Dari Hat yai ke Chana di tempuh sekitar
satu jam dengan kecepatan sedang. Selama di perjalanan, Ustadz sempat bertanya
tentang tempat tinggal teman saya yang ada di Chana. Sebelumnya, saya pernah bercerita kepada beliau kalau ada teman saya yang disana, jadi beliau tahu. Sayangnya beliau belum kenal dengan nama sekolah teman saya. Pengen sekali sebenarnya ingin memberitahunya
kalau saat itu sedang pergi ke wilayah Chana, siapa tahu dekat. Karena tidak
membawa HP, jadi saya tidak bisa menghubunginya.
Sampai di Chana, tiba-tiba Ustadz
menunjuk jalan belok kanan yang mana jalan tersebut jalan ke sekolah teman
saya, Darunwittaya School. Mungkin Ustadz tahu dari papan nama yang ada di
pinggir jalan kalau belokan itu arah ke sekolah teman saya, mungkin saja begitu. Saya tidak paham tulisan dipinggir jalan tersebut karen ditulis dengan Huruf Thai. Saya masih ingat betul kalau waktu acara monitoring disana kemarin, lewat jalan ini. Saya senyum
girang meskipun hanya ditunjukkan jalannya saja…*entah kenapa, seneng aja, he he.
Untuk sekolah Tasdikiah, Chana masih
harus berjalan cukup jauh lagi. Setelah perjalanan beberapa menit kemudian
sampailah kami disana. Sepanjang perjalanan sempat saya berpikir tentang
sekolah ini, rupanya tidak asing lagi di telinga saya. Apa saya punya teman
yang KPL disini, tapi saya tidak ingat siapa. Lagi-lagi aku merasa sangat
familiar dengan nama sekolah ini. Namun, belum tahu juga apa yang membuat nama
sekolah Tasdikiah tidak asing di benakku.
Tepat sekali, ketika kami sampai di depan
asrama sekolah, anak laki-laki Ustadz kebetulan berada di luar. Langsung saja, beliau meminta anaknya
untuk segera bersiap-siap. Berbeda dengan anak cewek yang butuh waktu lama jika
akan bepergian, kalau anak cowok cepat kilat persiapannya. Tidak berselang lama
ia keluar. Ternyata juga ada beberapa dari teman-temannya yang ikut, naik
sampai terminal bus. Mereka duduk di bak mobil belakang, sementara saya tetap di
depan.
Sebelum naik ke mobil, sempat saya
meminta Ustadz untuk menanyakan mahasiswa Indo apa ada yang mengajar di sekolah ini kepada anaknya untuk menjawab rasa penasaran sara.
Katanya ada, tapi ia sudah pulang beberapa waktu yang lalu. Benar saja, aku
sekarang ingat. Sekolah ini tempat mengajar teman saya dari UIKA Bogor, Teteh.Fuzna. Ketika pertemuan hari guru di Songkhla, sempat saya bertemu dangannya,
lalu saling bercerita tentang sekolah kami. Akhirnya aku mengingatnya. “Teh.
fuzna, aku baru saja dari sekolah teteh nih.” Sampai rumah langsung saya
kirimkan pesan ini, bahwa aku baru dari sekolahnya.
Perjalanan pulang, tetiba Ustadz
menawari untuk mampir di tempat teman saya, Darunwittaya School. Ah, mau mampir
beneran ini. Serasa aku deg deg-an,
teman saya pasti akan heran sekaligus senang aku bisa datang ke sekolahnya.
Padahal, sebelumnya sudah sepakat kalau diantara kami pada hari itu sama-sama
tidak bisa ketemu. Belum lagi, saya tidak bisa menghubunginya kalau saya mau
datang. Pasti bakalan surprise dech, he he.
Perjalanan dari sekolah Tasdikiah ke
sekolah Darunwitaya tidak terlalu jauh. Tinggal berjalan lurus saja, lalu masuk
gang ke sekolah, sudah sampai. Hmm, ini yang
kedua kalinya saya menginjakkan kaki di sekolah temanku.
Karena libur, sekolah juga sepi, tidak
ada murid-murid di sekolah. Kebetulan, ada beberapa guru yang sedang duduk
melingkar di gazebo sekolah. Saya diminta Ustadz untuk turun dari mobil dan
bertanya kepada mereka. “Assalamu’alaikum…ni peean Kak. Ulfa kha, Kak. Ulfa mi
mai?” (Assalamu’alaikum, saya teman kak. Ulfa, apa Kak. Ulfa-nya ada?). Saya
mencoba bertanya kepada mereka menggunakan Bahasa. Thai. Mereka langsung paham
jika saya telah bertanya tentang keberadaan teman saya, Mbk. Ulfa. Salah
seorang meminta seseorang lainnya untuk memberitahunya kalau ada teman datang.
Beberapa menit tidak muncul juga,
akhirnya saya diminta untuk masuk ke asramanya. Baru jalan beberapa langkah, ia
keluar juga. Ia terheran-heran, kok aku bisa sampai disini. Lalu, saya ceritakan
kepadannya bagaimana saya bisa sampai disini. “Jadi ndak pergi ke Hatyai?” Karena
memang ia sangat ingin sekali pergi ke tempat saya, tidak perlu pikir panjang, ia-pun mengiyakan.
Tentu saja sebelum pergi, ia pamit
terlebih dahulu dengan keluarganya. Saya diajak untuk menemui Umi-nya dan
berpamitan, beliau mengijinkan. Saya juga bilang kalau teman yang ajak ia
pergi. Mbk. ulfa diminta pulang oleh Umi-nya Hari Sabtu. Berarti menginap dua
hari dua malam di asrama saya. Oke-lah
Karena memang mendadak, jadi masih ribet
dulu sebelum berangkat, masih menyiapkan barang bawaan, menyimpan
barang-barangnya, ganti baju, belum juga Sholat ‘Asar, masih harus nge-print nilai juga, karena nilai harus
diserahkan besuk. Tidak enak juga dengan Ustadz kalau harus menunggu terlalu
lama dan beliau sudah menunggu hampir satu jam, ia belum selesai. Saya memintanya untuk cepat
sedikit. Setelah semua persiapan sudah beres, saya diajak menemui Umi-nya lagi untuk pamit
sebelum berangkat. Setelah pamit, kami naik mobil dan melanjutkan perjalanan ke
Hatyai.
Sekitar pukul 16. 30 sampai juga di asrama sekolah.
Saya juga ngomong dengan guru yang ada di asrama jika ada seorang teman yang
menginap disini selama dua hari dua malam. Alhamdulillah dengan senang hati,
beliau mengijinkan. Senang sekali, akhirnya kami bisa bertemu.
Sekitar pukul 18. 00, saya mengajak teman
saya membeli makan malam di kedai terdekat. Kami memilih nasi goreng (khao pat)
untuk makan malam kali ini. Tidak jadi dibungkus, kami langsung memakannya di tempat.
Malam harinya, kami merencakan sesuatu.
Rencananya esuk hari (Hari Jum’at), kami akan pergi bersama ke salah satu
tempat menarik di Hatyai, yaitu area pasar yang sangat luas yang menjadi tempat
favorit para pendatang berburu oleh-oleh di Thailand, selain di Bangkok, yaitu
Gim Yong. Kami belum tahu betul akan area tempat tersebut, namun kami sama-sama
semangat untuk mencoba menjajaki tempat tersebut. (Ceritan yang ini akan saya
tuliskan di catatan berikutnya). See you
my next story ^__^
Cerita Hari Kamis, 17.03.2016 ketika aku dan temanku akhirnya bertemu yang semula kami sama-sama tidak bisa. Ada orang baik hati yang tetiba mengajakku untuk pergi ke sekolah teman, lalu sekalian saya mengajaknya.
Aku dan temanku saat di kedai dekat sekolah untuk makan malam.
bgitulah mbak, kadang kita sdh pasrah tp mendadak malah dapet surprise..takdir-Nya semata
BalasHapus