Sebelum berangkat bekerja, emak sempat saya
buatkan akun FB, berarti hanya daftarkan saja, setelah itu biarkan emak sendiri
yang atur. Tidak yakin kalau emak saya bisa gunakan he he, bisa SMS dan telpon saja baru-baru ini. Waktu itu saya hanya
menambahkan beberapa teman saya di FB emak. yaitu saya, adik, dan beberapa
sudara saya.
“Kalau emak mau buka FB, klik saja ini mak, sudah langsung bisa
dibuka.” Saya memberitahu emak tentang cara membukanya, lagian emak kan tidak saya
beritahu username dan password-nya apa, hiks hiks yang punya FB siapa, yang tahu password-nya juga siapa. Itu tidak penting buat emak, yang lebih
penting bisa buka FB yang saya buatkan itu.
Saya iseng saja, tidak ada maksud
apa-apa, sepertinya emak juga cukup familiar dengan nama medsos ini, hanya saja
belum tahu aturan mainnya. Seringkali saya lihat berandannya, ternyata emak
sudah bisa menambahkan pertemanan, meskipun temannya tidak lebih dari lima belas
ha ha. Untuk yang lainnya masih belum
bisa, seperti membuat foto profil, foto sampul, begitu juga membuat status.
Iya, memang FB emak saya masih kosong di dalamnya, hanya ada dua postingan yang
ditandai oleh adik saya ketika hari ibu kemarin dan satunya ditandai oleh
saudara saya.
Meskipun emak hanya bisa menambahkan
pertemanan saja, namun jangan salah emak acap kali aktif. Kalau aktif berarti
otomatis ia membuka akun FB-nya.
Karena pertemanaannya hanya sedikit,
emak bisa melihat dan membaca semua status yang dibagikan oleh teman Fb-nya. Ah, salah satunya kan saya, anak emak. Yakin
kalau emak-mu baca statusmu?
Setiap satu minggu sekali atau dua
minggu sekali, saya selalu telpon emak. Ketika telpon ini, emak selalu
mengungkit-ungkit catatan yang saya buat di FB. Ia menceritakan kembali tulisan
yang saya buat tersebut. Memang emak tidak banyak komentar, sesekali hanya
menanggapi saja Misalnya waktu telpon beberapa hari yang lalu, saya baru saya
membuat catatan tentang Nasi Kerabu. Setelah emak baca, emak bilang “kok suka nduk
sama Nasi biru?” “Bisa nuliskan Bahan-bahannya juga, kalau sudah dirumah coba
buat nduk?”, dll. Begitulah contoh emak menanggapi tulisan yang buat, Ia akan
menanggapi sesuai dengan isi tulisanku. Setiap kali saya telpon, emak selalu ngomongin soal catatan yang telah saya
buat. Kadang saya kaget juga …loh bagaimana
emak bisa tahu? Oh, iya, baru saja saya nulis status tentang itu.
Kalau emak buka FB, lalu dilihat belum
ada yang baru, emak menagih tulisanku. Katanya tulisanku belum ada yang baru
lagi. Terima kasih emak sudah baca status FB-ku. Kalau lagi tidak buat tulisan,
hmm serasa saya lagi punya hutang …..hutang
menulis maksudnya. ^__^
Thailand, 22.03.2016
jadi emak harus gaul mbak. mengapa saya harus punya akun ABC, biar saya bisa berteman dengan anak saya. saya bisa memantau tulisan-tulisannya. kalau tulisannya nyindir2 orang, saya selalu mengingatkan. o, o, ternyata cuma guyon. bahkan teman2 anak saya juga nge-add saya. walah, ada baiknya juga loh. ternyata saya benar-benar bisa memantau anak-anak. emak gaul emak yang punya akun di sosmed untuk kepentingan menulis.
BalasHapusBenar sekali Bu. Ima, jadi emak gaul sebenarnya harus, sehinga bisa mengawasi anak-anaknya di sosial media. He he, tapi emak saya masih belum gaul Bu. Ima, karena memang gaptek ibu saya, jadi saya harus bisa mengontrol diri untuk menggunakan media sosial dengan baik,salah satunya buat belajar menulis
BalasHapus