Ma’afkan anakmu Pak, aku baru memberi kabar kepada Bapak.
Setiap kali saya telepon, nomor Bapak selalu tidak aktif. Saya maklum akan hal
itu, Bapak tidak selalu siap sedia dengan HP di tangannya. Pekerjaannya yang
setiap saat pergi ke sawah dan kebun, membuat Bapak tidak begitu berminat untuk
membawa HP ke kebun atau ke sawah.
Jaringan telphon di rumah saya juga cukup sulit. Jika
bebetulan HP tidak diletakkan di tempat-tempat tertentu, panggilan masuk tidak
bisa di terima. Kadang untuk membalas pesan masuk pun tidak bisa terkirim.
Hanya tempat-tempat tertentu saja yang bisa dijangkau oleh jaringan telepon. Jika
perlu, selalu pergi ke tempat yang lebih terbuka untuk bisa telpon atau SMS
denga leluasa. Kan rumah saya tertutup dengan pepohonan dan gunung, jadi
jaringan telephon sedikit terhambat, he he he.
Karena sebab diatas, selama di Thailand, saya memberi tahu
kabar kepada Bapak atau menanyakan kabarnya hanya lewat perantara saja, belum bisa
menanyakan kabar Bapak secara langsung. Biasanya Adhik yang saya minta untuk
menceritakan tentang kabar orang rumah. Ketika Adhik sedang ada di kota untuk
kuliah, ia lebih mudah untuk dihubungi dan bisa bercerita panjang lebar
dengannya. Sesekali ia pulang ke rumah, saya meminta Adhik untuk
menceritakan semua tentang ku yang telah saya ceritakan dengannya, lalu menceritakan ke saya kembali
akan kabar keluarga di rumah setelah ia kembali ke kota.
Rasannya rinduku dengan Bapak, tidak cukup diobati dengan
cerita kabar tentangnya, tanpa mendengarkan langsung suara Bapak yang dalam
keadaan sehat. Beberapa hari yang lalu saya menghubungi saudara saya di desa
yang kebetulan rumahnya sedikit terbuka (maksdunya berada dekat jalan raya desa
dan banyak rumah di sekelilingnya). Bapak sering ke tempat saudara saya
tersebut untuk belanja. Suatu saat, jika Bapak pergi kesana lagi, saya minta
kepadannya untuk memberitahu Bapak buat menghubungi saya atau dengan memberi tahu saya dan saya akan segera
menelpon Bapak.
Tadi malam panggilan dari nomor baru masuk. Sayang saya
tidak bisa menerimannya, karena sedang sholat. Setelah saya amati, nomornya,
nomor Indonesia. Setelah saya paggil balik, ternyata itu nomor Bapak saya.
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mendengarkan kabar langsung dari
Bapak. Meskipun pulsa saya hanya cukup bebebrapa menit saja untuk berbincang
dengan Bapak, sehendaknya rasa rinduku dengan kabar Bapak bisa sedikit
terobati. Syukurlah, Bapak sehat.
Ternyata Bapak benar-benar tahu tentang kabarku. Di
sela-sela saling bercerita tentang kabar kami, ia sedikit bercerita tentangku disini,
ia tahu dari cerita Adhikku. Bapak senang ketika mendapati kabarku yang
baik-baik saja, karena yang susah-susah memang sengaja tidak saya ceritakan, he he he. Saya pun juga senang mendapati
kabar Bapak dan keluarga di rumah (kakek dan nenek) yang juga sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar