Sebuah
informasi mengenai Najwa Shihab tertuliskan dalam status facebook beberapa
teman, intinya mereka menginfokan bahwa sosok Najwa Shihab telah terpilih
menjadi Duta Baca Indonesia (DBI).
Oh, ya … tambah salut saja dengan sosoknya.
Sebelumnya, saya memang mengidolakan sosoknya, karena berawal dari acara TV yang cukup popular itu,
yaitu Mata Najwa. Kemasan acara yang menarik, terasa pas dengan dengan
penampilan Najwa Shihab sebagai pembawa acaranya. Dengan ciri khas mata najwa
yang selalu bisa menatap tajam isu-isu kritis yang dibawakan oleh setiap narasumber
yang hadir, membuatku tercengang ketika menyaksikanya.
Karena info dari beberapa teman di FB tersebut hanya
sekilas saja, tentunya saya ingin tahu lebih jauh tentangnya, yakni tentang
sosoknya yang terpilih menjadi Duta Baca Indonesia. Apalagi, saya baru pertama
kali tahu tentang hal ini, apa sebenarnya DBI?
Langsung
saja, tidak perlu pikir panjang untuk segera mencari artikel terkait.
Beberapa artikel teratas dari kata kunci yang telah saya tuliskan di mesin
pencari langsung saya baca, diantarannya terkait dengan DBI itu sendiri, lalu
artikel dari Metro News dan Tribun News yang membahas tentang terpilihnya Najwa
Shihab jadi Duta Baca Indonesia yang selanjutnya, setelah Tantowo Yahya dan
Andi F. Noya. Dengan ditambah artikel pendukung lainya, saya jadi tahu tentang
berita ini.
Dalam
sederet artikel yang berhasil saya dapatkan, juga ada video yang belum
terlalu lama diunggah. Saya niatkan untuk juga menyaksikan isi dari video
tersebut. Video tersebut merupakan cuplikan salah satu acara Metro TV dengan
tuan rumah seorang presenter cantik, Widya Saputra. Program tersebut mengundang
Najwa Shihab, yang baru saja mendapat pengukuhan dari PERPUSNAS pada tangal 01 Maret kemarin untuk menjadi
Duta Baca Indonesia. Sangat menarik, karena beberapa pertanyaan dilontarkan
oleh presenter berkaitan dengan kebiasaan membaca yang tengah ia lakoni dan
tentunya tentang rencana kedepan selama menjadi DBI ini.
Berkaitan
dengan video tersebut, saya tengah berhasil mentraskrip perbincangan diantara
keduannya. Sangat menginspirasi ketika Najwa Shihab menceritakan tentang kebiasaan
membaca yang telah ia lakukan, lalu berkaitan dengan gebrakan beliau kedepan
untuk memupuk minat baca masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah. Berikut
traskrip yang berhasil saya abadikan:
Najwa : “Halo
Widya (Sambil berjabat tangan dengan presenter sesaat setelah
memasuki
ruangan).”
Widya : “Halo
Najwa, terima kasih dan juga selamat tentunya akhirnya
terpilih,
mengalahkan ratusan kandidat untuk menjadi duta baca
Indonesia.”
Najwa
: “Terima kasih, terima kasih sudah diundang untuk berbicara tentang
topik yang menurut saya super penting…”
Widya
: “Super penting …”
Najwa
: “Super penting …”
Widya
: “Iya, ada satu nih yang dari tadi saya baca mengenai speech Najwa
setelah terpilih menjadi Duta
Baca Indonesia, perlu satu buku saja
untuk jatuh cinta pada membaca. Pada
saat itu jatuh cinta pada buku
apa sih Najwa?
Najwa
: “Saya sebetulnya jatuh cinta pada membaca sebelum bisa membaca,
karena dikenalkan oleh orang tua. Jadi dibacakan buku sewaktu
kecil
dulu. Sebelum bisa membaca sudah dikenalkan buku, ketika baru
mulai belajar membaca, menjadi hal yang natural begitu, menjadi
kebiasaan, karena sehari-hari rumah selalu penuh dengan buku,
keluar rumahpun selalu mencari buku, jadi saya rasa memang
pengaruh keluarga, kebiaasaan, tuntunan keluarga itu betul-betul
menjadi salah satu faktor penentu mengapa kita bisa jatuh cinta
pada
membaca. Cuman … cuman …betul nih saya merasa tidak perlu
banyak-banyak, kalau menemukan buku yang tepat, pasti kemudian,
yaa.. orang jatuh cinta, ga mau lepas ya …iya kan? (diiringa tawa
olah
Najwa dan presenter)
Widya
: “Hmmm, Okay … Ya, ternyata
membutuhkan satu buku saja untuk
jatuh cinta. Nah, sekarang sudah menjadi duta baca nih, tentunya aka
nada apa ya namanya …gerakan-gerakan yang akan dilakukan oleh
seorang Najwa untuk mengkampanyekan Gerakan Gemar Membaca,
karena data ini berbicara bahwa Indonesia ternyata cukup
memprihatinkan data minat bacanya. Jadi, apakah kaum mudanya
dulu yang mungkin selama ini sudah terpapar buku -buku sekolah
atau mungkin malah generasi-generasi semi tua seperti kami-kami
ini
yang sudah jarang terpapar lagi buku bacaan, Najwa?”
Najwa
: “Menurut saya, ini harus menjadi
gerakan yang dilakukan oleh semua
orang, bahwa ya memang duta baca mempunyai misi bekerja sama
dengan …, nah, saya ditunjuk oleh perpustakaan nasional untuk
mengkampanyekan gerakan membaca, tapi saya merasa ini
sesungguhnya kebiasaan yang harus dengan mudah bisa dilakukan
semua kalangan. Tadi, menyebutkan soal data-data yang memang
sangat memprihatinkan. Emmm,
minat baca?
Widya
: “Iya.”
Najwa
: “UNESCO tahun 2012 ada data. Di tahun 2012, 0,001, jadi hanya dari
seribu penduduk hanya satu yang suka membaca, yang serius
membaca. Kita bandingkan misalnya dengan negara-negara maju
yang datanya itu angkanya 0,45 artian diantara 45 ada satu yang
gemar membaca. Kita juga ada lagi penelitian, misalnya di Eropa
itu
rata-rata anak-anak dalam setahun mampu membaca 25 buku. Di
Singapura, di Jepang 16-17 buku. Di Indonesia rata-rata nol buku.
Kalau dibuat rata-rata, ini sesuatu yang mebuat kita miris. Belum
lagi
kalau kita mmebandingkan …. tidak usah jau-jauh di dunia, di Asia
…Asia Timur, tingkat terendah dari 65 Negara Asia Timur,
kemampuan dan minat baca kita. Jadi memang secara umum … Jadi
tradisi membaca kita memang sangat lemah dan menurut saya ini
memang tantangan yang berat untuk semua karena sesungguhnya
kemampuan untuk membaca itu mempengaruhi begitu banyak skill-
skill lain… Membaca itu bukan hanya merangkai huruf ya?"
Widya
: “Iya.”
Najwa
: “Menurut saya, … Kita membedakan, kita disebutkan 95 persen kita
sudah melek aksara, sudah tidak disebut buta huruf, tapi itu hanya
mengenali huruf. Kemampuan
membaca itu kan untuk bisa membuat
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain, menemukan
makna dari teks yang terpampang. Errr, mengambil menggunakan
logika untuk mencacah ide-ide dalam bacaan. Membaca itu seperti
itu, menemukan ide, inspirasi dalam kalimat yang tersusun.
Kemampuan membaca ini yang masih sangat jauh dan menurut saya
memang …ehmmm."
Widya
: “Harus dirubah budaya baca Indonesia …”
Najwa
: “Iya, memang ada beberapa hal yang memang sudah dilakukan,
misalnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mulai Bulan Juni tahun
2015, wajib anak sekolah membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran harus
membaca. Kemudian, juga ada gerakan-gerakan lain yang di banyak tempat , karena
menurut saya kita tidak bisa tergantung pada institusi tertentu, pada PERPUSNAS
misalnya, kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Pendidikan
tinggi. Ini harus menjadi gerakan semesta yang dilakukan oleh semua orang dan saya rasa makin kesini makin banyak
komunitas-komunitas di masyarakat yang memang peduli dan melakukan itu dengan
serius, mereka membentuk perpustakaan-perpustakan kecil …”
Widya
: “Di daerah-daerah juga ya?”
Najwa
: “Di daerah-daerah, mereka membuat perpustakaan keliling, ada
gerakan minggu berbagi, di etiap hari minggu membaca bersama. Jadi,
gerakan-gerakan yang menurut saya memang harus terus di dorong,
karena sekali lagi ini urusan bersama , dan tidak bisa hanya pada
satu
orang …"
Widya
: “Atau institusi terentu ya …"
Najwa
: “Institusi tertentu…"
Widya
: “kita akan nantikan gerakan-gerakan revolusi apa yang dilakukan
oleh najwa Shihab untuk membangkitan …."
Najwa
: “Tentunya bersama Widya… bersama semuanya karena ini urusan
kita semua."
Widya
: “Okay, terima kasih Najwa Shihab."
Najwa
: “Terima kasih sudah diundang."
Widya
: “Duta Baca Indonesia sukses sampai 2020 nanti, semoga terpilih lagi.”
Ada
beberapa poin penting yang saya dapatkan dari jawaban Najwa Shihab atas pertanyaan yang diberikan. Pertama, kebiasaan
membaca akut beliau telah ditanamkan oleh keluargannya sejak kecil. Jadi, dalam
hal ini keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk menumbuhkan minat
baca. Kedua, meskipun masyarakat Indonesia tingkat melek aksara sangat tinggi,
tetapi hal tersebut tidak sebanding dengan minat bacanya. Gebrakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebt?. Ketiga, memang
beberapa perencanaan program gemar membaca sudah dijalankan, namun yang lebih penting lagi
adalah kesadaran dari pribadi untuk juga membiasakan budaya baca."
Saya
tutup tulisan saya kali ini dengan ucapan selamat kepada Duta Baca Indonesia
yang baru, Najwa Shihab. Congratulation …. Semoga bisa jadi semangat baruku
untuk lebih bisa meningkatkan kebiasan membaca saya, setelah Kak. Najawa Shihab
yang jadi DBI-nya, he he he ^__^
Najwa Shihab ketika diwawancarai mengenai terpilihnya
Duta Baca Indonesia di salah satu program talk show Metro TV
Thailand,
02-03-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar