Bulan Maret sudah detik terakhir, beberapa
judul tulisan masih menggerombol di otakku, yang seharusnya ide tulisan
tersebut segera saya tuangkan dalam tulisan lalu ku posting. Waktu ide tersebut datang, aku menyadarinya, bahkan aku memang sengaja menghadirkannya.
Tapi kenapa saya harus menunggu esuk hari untuk menulisnya?, …besok saja saya tuliskan bersamaan dengan itu, esok
datang ternyata belum ditulis juga dan dalam waktu yang bersamaan ada ide baru
datang.
Hari esok datang lagi, ternyata ide
kemarin dan lusa belum saya tuliskan juga, lalu datang lagi ide yang
selanjutnya. Saat sudah menumpuk begini, ternyata bukan lagi menggebu-gebu
ingin segera menuliskan satu-per satu, namun adakalanya saya malah malas. Lha wong satu tulisan saja belum tentu
bisa selesai, kok malah mau menulis
beberapa tulisan.
Suatu hari ku mengira bahwa cukup mudah
menuangkan ide yang ada di otakku itu ke dalam deretan tulisan, karena hanya
ide biasa-biasa saja, sehinga dua tulisan atau tiga tulisan tidak masalah saya kerjakan
sekalian alias tidak jadi beban.
Ternyata jika sudah berhadapan dengan monitor dan keyboard.
Ide yang saya anggap mudah untuk saya tuliskan tersebut, ternyata tidak lagi semudah
merangkai ide dalam bayang, bisa berlari kesana kemari membayangkan apa yang ingin
saya tulis tentang ide tersebut. Giliran sudah mau menulis …. Zonk.
Akibatnya, tulisan saya beberapa hari
terakhir ini masih sekedar judul saja. Isinya kemana? dan kapan saya harus
mengisinya?
Isinya tetap masih masih dalam bayang dan waktu yang paling tepat untuk menterjemahkan ide tersebut ke dalam tulisan tak lain adalah
sekarang juga. Yups, sekarang harus menulis
untuk melengkapi tulisan yang masih berupa judul itu.
mbak, makadari itu penting kita punya notes utk nyimpen judul2...itu yg kulakukan...supaya klo blum tereksekusi gak buyar aja idenya
BalasHapus