Setelah beberapa
kali mengendarai beberapa angkutan umum selama di Thailand, saya ingin
memeberikan sedikit cerita tentang beberapa jenis angkutan umum yang ada
disini. Kebetulan saya baru saja melakukan perjalanan untuk beberapa hari
terakhir ini, akhirnya muncul ide untuk menulis tentang angkutan umum. Berikut sekilas ceritanya,
Kereta Api
Kereta api di Hat yai junction
Perjalanan akan
lebih seru dengan naik kereta api. Seru karena melewati rute spesial ketika
perjalanan dengan transportasi yang satu ini. Pemandangan alam yang terlihat
dari dalam kereta bakalan
menjadikan perjalanan dengan kereta terkesan lebih seru. Dibalik sisi megahnya
kota-kota di Thailand, jika perjalanan di tempuh dengan kereta api, juga akan
melihat sisi megahnya pesona alam yang ada di Thailand.
Seperti
halnya kereta api yang ada di Indonesia, ada KA ekonomi, KA eksekutif, KA
bisnis, dll, kereta Api di Thailand juga bervariasi, tegantung pilihan. Sejauh yang
saya ketahui ada tiga jenis, yaitu rapid,
special express, dan ordinary. Jika memilih bepergian dengan
kereta api rapid dan special express, maka harus membeli
tiket berbayar dulu, harga sesuai dengan tempat yang dituju. Saya pernah sekali
naik kereta api special express dengan
rute Yala – Hat Yai, tiketnya seharga 100 baht. Dengan naik kereta yang
berbayar ini, kita akan dimanjakan dengan fasilitas lengkap, bersih, dan nyaman.
Tidak ada penjual bersliweran, duduk di kursi empuk, ber-AC, ada juga yang
tempat duduknya di desain seperti kamar-kamar layakna hotel, dll.
Menariknya,
Thailand punya fasilitas transportasi berupa kereta gratis. Dengan membeli
tiket yang berjenis ordinary,
maka
kereta gratis akan memanjakan perjalanan si penumpang. Namanya saja
gratis, jadi fasilitas di dalamnya juga berbeda dengan yang tidak
gratis. Kalau
yang bayar pakai AC atau kipas, maka yang gratis cukup mengandalkan
angin dari jendela,
dll. Namun, sempat saya perhatikan jam keberangkatan dan kedatangan
antara kereta
api kelas atas, menengah, dan bawah selisihnya tidak jauh berbeda.
Beberapa
kali saya naik kereta gratis, untungnya masih ada saja tempat duduk yang
tersisa. Pada waktu-waktu tertentu, kereta api gratis mengangkut penumpang yang
sangat banyak, sehingga seringkali banyak penumpang yang berdiri dan duduk di
bibir pintu kereta.
Van
Kalau naik
kereta api, sudah pasti penumpang hanya bisa turun di stasiun tertentu, yang
kiranya cukup dekat dengan tempat tinggal. Biasannya untuk berjalan ke rumah, masih harus naik bus lagi
atau kendaraan lainnya. Berbeda dengan Van, karena akan diantarkan hingga
tempat tujuan. Angkutan jenis ini sekilas seperti bus kecil atau colt yang biasanya
dipakai oleh jasa travel. Semua Van
di Thailand berwarna putih yang masing-masing memiliki arah dan tujuan
tertentu.
Jika ingin
bepergian ke satu wilayah ke wiilayah yang lain, angkutan Van ini sangat cocok.
Meskipun dengan harga yang sedikit mahal, namun penumpang bisa menikmati fasilitas yang ada di dalamnya. Sopirnya ramah, ber-AC, membawa penumpang
yang pas, dll. Masing-masing Van punya identitas sopir sendiri-sendiri, seperti
nama, umur, alamat, no- telp, dll.
Selama disini pernah dua kali naik Van,
pertama waktu ke rumah Achan di Narathiwat, PP membayar 400 baht, sedangkan
naik Van waktu perpanjangan visa ke khota Bharu, Malaysia.
Beberapa Van yang siap mengantar kami ke Kota Bharu, Malaysia waktu itu
Ada terminal
khusus untuk angkutan ini, namanya Van station. Di terminal tersebut Van
berjejer sesuai dengan wilayah yang ingin di tuju. Misalnya lajur satu untuk
Van menuju Krabi-Trang-Panga, Lajur dua untuk Van menuju Pattani-Yala, dsb.
Tinggal mencari papan nama sesuai dengan tempat yang dituju, lalu membeli tiket
Van. Tidak perlu khawatir untuk membeli tiketnya, karena di setiap lajur Van
sudah ada petugas yang bersedia melayani
pembelian tiket untuk masing-masing wilayah yang dituju. Tinggal bayar
sesuai dengan harga yang telah di tetapkan.
Tampak petugas pelayanan tiket yang ada di Van Station, Hat Yai
Songthaew
Dalam Bahasa
Thai “Song” berarti dua, sedangkan “Thaew” memiliki arti baris. Ya, angkutan
jenis ini bagian depan seperti mobil pick-up yang biasanya dipakai orang di desa untuk
angkutan ketika pergi ke pasar. Sesuai dengan namanya, bahwa memang angkutan ini
punya dua baris tempat duduk. Pada bagian belakang
dimodifikasi, diberi atap dan dipasangi bangku panjang di sisi kanan dan
kirinya, sehingga ada dua baris tempat duduk.
Songthaew
ada
bermacam-macam warna, ada warna putih, merah, biru, hitam, dll. Sejauh
ini saya masih mengetahui beberapa itu saja. Sepertinya warna tersebut
juga dijadikan penanda untuk tujuan
tertentu, maka harus memilih Songthaew dengan warna yang tepat agar
tidak salah
jalur.
Songthaew warna biru
Seperti kejadian yang saya alami beberapa waktu yang lalu, karena salah
pilih warna, karena memang tidak tahu, terpaksa harus jalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh. Seharusnya saya
naik Songthaew biru untuk menuju tempat tinggal saya, namun saya naik yang
warna putih karena sebelumnya telah tanya sopirnya kalau angkutan ini lewat Khuanlang
Village, tempat saya tinggal. Benar Songthaew ini lewat Khuanlang, tetapi
keberuntungan belum dipihak kami, ternyata kami berhenti di Khuanlang yang
masih jauh dari tempat saya tinggal. Untung saja saya memperhatikan arah yang
sopir Songthaew ambil, yang seharusnya lurus, ternyata belok kanan.
Karena
sudah beberapa kali naik Songthaew, saya jadi tahu juga teknisnya. Ada tombol
bewarna merah yang terpasang di beberapa titik di dalam angkutan ini. Setiap penumpang yang ingin turun tinggal
pencet tombol merah yang ada di dekatnya, maka Songthaew akan segera berhenti. Baru saja saya ketahui hal ini
setelah naik naik Songthaew yang terakhir kali pada beberapa hari yang lalu.
Tidak seperti kereta api dan Van, Songthaew ini
memiliki jarak antar yang dekat, hampir tidak ada songthaew untuk antar
wilayah, paling juah adalah antar kabupaten. Jika ingin bepergian mendadak,
maka naik Songthaew adalah solusi terbaik, karena bisa datang sewaktu-waktu.
Tuk - Tuk
Kendaraan yang satu ini juga tak kalah populer disini,
mungkin salah satunya karena namanya yang unik, “tuk-tuk”. Kalau di Jakarta,
tut-tuk sama dengan mobil Bemo atau Bajaj, yang mempunyai roda tiga dengan
suara knalpotnya yang menggelegar, trun
thung thung thung. Sempat saya mencari informasi di internet, memang banyak
negara yang punya angkutan umum sejenis Bajaj ini, tentunya dengan nama yang
berbeda-beda, misalnya di Pakistan bernama Rickshaw.
Saya malah belum menjumpai tuk-tuk yang
sejenis Bajaj ini, yang sering saya lihat malah sejenis angkot juga, seperti
Songthaew yang ada dua lajur kursi dibagian belakang untuk duduk
penumpang, tapi ukurannya lebih mini. Katanya, kendaraan tersebut namanya juga tuk-tuk.
Selain ukurannya yang lebih mini, untuk membedakan tuk-tuk dengan Songthaew
bisa dilihat bodinya yang bagian depan. Tuk-tuk memiliki bodi bagian depan yang
tumpul, sementara Songthaew bagian depannya lonjong seperti bagian depan mobil
pada umumnya.
Tuk-tuk
angkutan setengah terbuka ya repot kalau hujan hehe
BalasHapus