Sebenarnya uang makan yang diberikan
sekolah untuk aku hidup disini setiap bulannya memang lebih dari cukup, bahkan aku masih bisa menyisihkan sebagian
kecil dari uang tersebut. Beberapa bulan lalu, memang sengaja saya menyisihkannya
untuk membayar tiket pesawat pulang, karena ini yang sangat penting. Bagimana
jadinya saya kalau tidak ada uang buat bayar tiket? Tidak mungkin sekali kan kalau
pulang jalan kaki. Setelah bayar tiket, rasanya sudah ploong artinya kalaupun hanya ada uang pas-pasan tidak jadi soal.
Berbicara soal biaya hidup saya disini,
sebisa mungkin saya harus bisa memanfaatkan uang yang diberikan oleh sekolah (bukan
uang gaji tetapi uang makan). Lagian saya membawa uang baht cuma sedikit, karena sebelum berangkat kampus sudah memberitahu kami, bahwa selain fasilitas
tempat tinggal, juga mendapat fasilitas berupa uang makan. Jadi biaya hidup
sehari-hari menggunakan uang yang dari sekolah.
Biaya hidup sehari-hari yang paling
krusial memang makan, kalau dibandingkan dengan yang lainnya. Lewat cerita
teman-teman, ada beragam cara bagaimana untuk makan sehari-hari, ada beberapa dari mereka yang beras disediakan oleh keluarga
angkatnya, sementara sayur serta lauknya masak sendiri, ada lagi yang makan
gratis setiap harinya karena serumah dengan keluarga angkatnya, ada juga yang
beli setiap hari, dll.
Waktu sekolah masih aktif, saya
mendapat jatah makan dari asrama sekolah yang disedikaan oleh kantin sekolah
selama dua kali, makan pagi dan malam. Makan bersama-sama dengan murid yang tinggal di asrama.
Kalau tidak puasa, makan siang beli. Untuk harganya masih lumayan. Tapi
dibandingkan dengan teman-teman saya yang tinggal di wilayah Pattani, Yala,
Narathiwat, harga makanan di tempat saya lebih mahal.
He
he,
pembuka ceritanya panjang amat. Langsung saja sekarang ke inti cerita saya.
Begini
… Kan satu bulan terakhir ini sekolah sudah libur, otomatis jatah makan saya
sudah di cut, lha kantin sekolahnya saja juga sudah tidak lagi beroperasi.
Otomatis untuk makan sehari-harinya selama itu, saya membeli. Itulah mengapa,
pengularan saya akhirnya membengkak yang membuat uang bulan ini jadi mepet.
Benar-benar mengkhawatirkan he he.
Mungkin hanya saya saja dari sekian persen yang pergi ke tempat-tempat
tertentu, ke tempat wisata atau tempat yang lain hanya membawa cukup untuk
hal-hal penting saja, misalnya untuk membayar kendaraan, makan (jika harus
bayar), atau iuran bersama. Benar-benar cukup untuk itu saja, tidak lebih.
Kalau mau pengen beli apa begitu, berarti ya sudah tidak bisa. Kaalu saya sih tidak masalah
tidak bawa uang, yang penting bisa foto-foto, dan syukur-syukur kalau saya bisa
membuat cerita tentangnya, hmm sudah
lebih dari cukup, ha ha.
Beberapa hari terakhir ini aku sungguh
merasakan mendapat nikmat yang luar biasa dikala uangku bulan ini mepet, yaitu dapat
makan gratis. Dengan mendapat makan gratis tersebut, sehendaknya bisa
mengurangi jatah pengeluaran makan saya dibulan ini dan bisa digunakan
untuk hari selanjutnya. Makan gratis seraya datang dari segala penjuru di beberapa hari terakhir ini, ha ha.
Sampai-sampai saya ingin menuliskan hal
ini, karena atas heran saya dan Alhamdulillah
karena makan gratis tersebut seringkali hadir secara tiba-tiba dengan
berbagai cara. Antara lain, tetiba diajak keluar kepala sekolah, sudah pasti kalau makan
gratis dengan beliau dan beberapa hari terakhir ini saya sering di ajak keluar.
Ada yang tetiba memberi nasi pagi di sekolah. Beberapa hari ke depan ini ada
acara English Camp, para guru yang bertugas di agenda ini mendapat jatah makan siang yang luar biasa,
saya mengira makan beli sendiri. Meskipun dinamakan camp, namun acara tersebut hanya selesai sampa pukul empat sore saja, setelah
itu pulang ke rumah dan esoknya balik lagi. Dengan begitu berarti masih perlu
makan malam kana? Eeeh … tetiba malam
ini Baboo saya datang ke asrama, lalu mengajak saya pergi ke kenduri slametan
meninggal dunia di dekat sekolah. Kalau tidak sungkan dan (isin), saya bisa datang di jam yang sama ke tempat tersebut selama
tujuh hari ke depan. Sepertinya ini sudah menjadi skenario terbaik yang Allah
berikan. Alhamdulillah, Allahumma
a’inni ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika.
Thailand, 29.03.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar