Di
Thailand ternyata ada tradisi “kenduri” juga dan istilah yang mereka gunakan
juga sama dengan yang biasa dipakai di Indonesia. Meskipun kadang ada juga yang
menyebut “genduren”, tetapi saya lebih familiar dengan “kenduri”. Ternyata saya
lihat di kamus, memang ada istilah ini, berarti sudah sesuai dengan kaidah penggunaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar, he
he. Menurut KBBI "kenduri" berarti perjamuan makan untuk memperingati
peristiwa, minta berkat, dan sebagainya.
Tepat
sekali, kenduri memang biasanya untuk memperingati suatu peristiwa tertentu,
seperti kenduri untuk selametan kelahiran atau kematian, kenduri yasinan,
kenduri khitanan, kenduri pernikahan, dll. Begitu juga dengan tradisi kenduri
yang ada di Thailand Selatan ini, kurang lebih seperti itu.
Kali
ini adalah kedua kalinya saya diajak ke acara kenduri. Kebetulan kedua-duannya
di acara kenduri pernikahan, yang pertama pernikahan seseorang yang saya tidak
tahu, karena waktu itu tiba-tiba diajak begitu saja dan yang kedua ini kenduri
pernikahan salah seorang guru di sekolah, Kak. Fuziah.
Ah,
saya pikir yang kesana hanya segelintir para guru disekolah saya, sehingga
menggunakan mobil sekolah saja sudah cukup. Hari ini pergi ke rumah Kak. fuziah
di Naratiwat bersama para guru dan para warga yang rumahnya dekat dengan
sekolah, dan ada juga yang membawa anak-anaknya. Jelas hanya mobil sekolah saja
tidak muat. Pergi kesana naik bus tinggi (bukan bis dowo, he he). Ada sekitar 75 orang jama’ah kenduri yang pergi
kesana.
Sesuai
dengan kesepakatan bahwa semua orang yang ikut kesana jam delapan harus
sudah berkumpul di sekolah. Karena tinggal melangkah saja, saya berangkat tepat
pukul delapan, Bus masih belum datang, yang lain juga ada yang baru datang.
Tidak lama kemudian Bus tinggi datang. Setelah
bus siap, satu per satu masuk ke dalam untuk mencari tempat duduk. Karena sebelumnya
sudah diatur oleh yang bertugas, sehingga tempat duduk sudah pasti mencukupi. Saya duduk
bersebelahan dengan ibu penjaga kantin, duduk di bangku nomor dua dari belakang.
Setelah
semua masuk, guru yang bertugas membawa data siapa saja yang ikut, mengecek
satu per satu. Semua sudah lengkap, lalu berangkat. Do’a naik kendaraan di
ucapkan bersama-sama sebelum bus mulai melaju. Kami akan melaksanakan
perjalanan yang lumayan jauh, sekitar empat jam dari Songkhla ke Narathiwat.
Perjalanan
kali ini cukup seru karena anak-anak yang duduk di belakang meramaikan suasana,
yaitu menyanyi. Ada fasilitas LCD di dalam bus. Petugas bus memutar lagu, lalu
anak-anak diberi mic dan mereka
diminta untuk menirukan bersama-sama lagu yang diputar. Serunya lagi karena ada
beberapa guru yang bersedia menjadi guide
perjalanan kami, bagaimana wilayah yang dilewati, ada apa saja, dll. Hampir
pukul 12, Bus sudah memasuki wilayah Pathoni. Kami ditunjukkan sebuah Masjid
Agung Pathoni yang menjadi masjid kebanggaan muslim Melayu di Wilayah Thailand
Selatan. Rencanannya perjalanan pulang kami diberhentikan terlebih daahilu di
masjid ini.
Satu
jam kemudian, sampailah kami di tempat yang kami tuju, rumah Kak. Fuziah. Ia
rumahnya di dekat bukit-bukit, bahkan di samping rumahnya banyak tumbuh pohon
karet yang menjulang tinggi. Untuk sampai di halaman rumahnya melewati jalan kecil terlebih dahulu dan
menyebrang jembatan pohon yang rupanya baru saja dibuat, mungkin sebelumnya
harus menyebrang sungai kecil dulu, he he.
Sesampainya
kami di halaman rumah, pasangan pengantin sudah siap menyambut kedatangan kami
rupannya. Kami bersalaman dengan pasangan pengantin, kemudian duduk di
tempat yang di sediakan.
Saya
kurang tahu persis bagaimana seremonial adat pernikahan di sini. Seperti halnya
kalau seremonial adat Jawa ada pecah telur, siraman, dll, saya tidak tahu bagaimana adat seremonial perneikahan disini, ada semacam itu atau tidak, atau mungkin upacaranya sudah
diadakan pada pagi harinya.
Kali
ini saya akan menceritakan bagaimana adat jamuan yang ada di Wliayah Narathiwat
ini ketika ada para tamu yang datang. Ada yang berbeda dari cara menjamu tamu
dari yang biasa saya lihat bahkan yang pernah saya alami di tempat tinggal
saya. Berikut ceritanya,
Setelah
bersalaman dengan pasangan pengantin dan juga tuan rumah, kami di persilahkan
duduk di kursi yang sudah tertata rapi. Dari penataan kursi dan mejanya sudah
berbeda dengan yang biasa saya lihat. Baik kenduri yang pernah saya datangi
seseblumnya (di Songkhla), maupun kenduri kali ini sama saja. Ratusan kursi plastik
disusun di halaman rumah. Setiap kursi ditata melingkari sebuah meja bundar.
Per meja ada sekitar enam kursi. Di
setiap meja bundar tersebut ada tenda payungnya. Semua sudah dipersiapkan untuk menyambut tetamu.
Setelah
semua duduk, masing-masing meja bundar didatangi pelayan
yang mengantarkan jamuan. Uniknya, di atas meja tidak tersedia jajanan seperti yang ada
di hajatan pada umumnya, contohnya jenang, rengginang, kue, dll, yang ada
hanyalah makanan yang diberikan pelayan tersebut.
Satu
talam berisi jamuan makan tetamu disuguhkan. Salah satu isinya, ada nasi
bungkus. Nasi yang sudah dimasak dibungkus dengan plastik gula 2 kg. Umumnya, satu
talam ada tiga bungkus nasi. Nasi-nasi itulah yang dihidangkan untuk tetamu dan
undangan. Setiap tamu akan menuangkan nasi dari bungkus plastik ke dalam
piringnya. Satu plastik cukup untuk dua orang. Jika mereka butuh nasi tambah
atau ada sesuatu lainnya yang masih kurang, kami boleh meminta lagi. Untuk yang
acara kenduri di Songkhla waktu itu, nasi di tempatkan di sarang plastik kecil,
kalau kurang juga boleh minta tambah lagi. Intinya, kenduri disini nasi tidak
dibuat rames yang di dalamnya sudah ada lauk yang meyertainya, namun jamuannya
sekilas seperti prasmanan.
Selain
nasi berbungkus plastik, juga ada ada beberapa jenis masakan yang siap
memanjakan lidah, ada masakan ayam, sup sapi, tumis mie putih, teri kecil di
goreng sabagai lauk, dan yang tidak ketinggilan lalapan irisan timun muda dan
sambal trasi yang berasa sedikit masam. Sepertinya, timun dan sambal terasi adalah lalapan
yang mesti ada. Tak hanya di rumah kenduri, di warung-warung nasi pun selalu
disiapkan timun dicicah bersama sambal terasi.
Terakhir, yang menjadi jamuan
kami di acara kenduri adalah namplau.
Namplau merupakan es kosong di dalam
gelas. Setiap gelas untuk tetamu akan diberi es kosong. Adapun air putihnya
sudah disediakan dalam ceret di atas meja. Tetamu tinggal menuangkan air putih
ke dalam gelas mereka. Uniknya lagi, memang sudah menjadi adat jamuan orang
sini, bahwa air tradisional (Namplau)
tersebut menjadi hidangan minuman popular, hehe.
Di warung makanpun namplau selalu
ada, dan bisanya disajikan secara cuma-cuma alias gratis. Semua
sudah siap, tinggal menyantapi jamuan kenduri bersama-sama.
Setelah
semua selesai makan, ada pelayan yang mengantar makan penutup, berupa ubi yang
dimasak manis. Ubi kukus , lalu dilumuri rebusan gula merah.
Kuamati
juga di sampaing kanan rumahnya ada tenda lainya tempat berkumpulnya para Ibu,
ada yang menupas bawang, mngiris mentimun, memeprsiapkan jamuan untuk para
tamu, mengelap piring dan sebagainya. Tidak hanya kamum Ibu saya, juga ada
Bapak-bapak yang ikut membantu aktivitas disana. Segala aktivitasnya di lakukan di halaman rumah. Tampak sekali gotong royong
diantara mereka.
Suasana
yang ada di kenduri kali ini juga sangat berbeda dengan di kenduri atau pesta
pernikahan yang pernah saya lihat, dimana disitu ada banyak orang yang biasanya
kalau ke tempat hajatan seperti itu menggunakan busana yang bagus dan juga
dandan, disini hanya pasangan pengantin saja yang dandan, menggunakan gaun
mewah dengan make up diwajahnya. Selain
itu, mereka berpakaian biasa-biasa saja, bahkan tuan rumahpun juga berpakaian
harian biasa. Santai sekali, sederhana dan penuh gotong-royong.
Tidak
ada tempat duduk khusus seperti pesta pernikahan pada umumnya. Namun disediakan
miniatur berlatar belakang romantis, yang biasannya di tempat itulah para
tetamu yang datang, sanak famili akan berpose bersama dengan pasangan
pengantin.
Itulah
sedikit cerita tentang segala keunikan tentang tradisi jamuan kenduri
pernikahan disini, khususnya yang ada di Wilayah Narathiwat Thailand.
Thailand,
23-24.03.2016
Wah. Mesti
BalasHapusSesuk nek mb eka nikahan terus melu2 kaya neng thailand. Hehe pissss
Yahh...kan saya pengen cerita saja Bu. Ima he he😄
BalasHapus