Seharian
memang aku tidak singgah di kamar bawah, siang hari aku memilih duduk di kamar
lantai atas karena lebih terang dan isis (bukan ISIS). Setelah malam tiba, aku menuju ke
lantai bawah untuk menemani Achan tidur. Achan tidak berani tidur di lantai
atas karena sepi. Setelah kubuka pintu kamar, setengah kaget, setengah heran, kulihat ada motor Honda yang joknya masing berbungkus plastik, bodinya masih kinclong terlihat nangkring di kamar dengan PD-nya.
“Loh,
ada motor baru, punya siapa kak?” Aku bertanya dengan nada penasaran sambil ku
hampiri dan mengelus-elus body motor tersebut.
“Moto saya .... tadi sore, oghe gi hantar barang.”
“Achan
beli motor, sungguh?” Saya masih kurang percaya dengan jawaban yang ia lontarkan
sambil senyum-senyum itu.
“Sungguh lah, biar kalo jale tak sulit lagi,
mau gi dok?” Dengan Bahasa Melayu kekhasannya, ia memperjelas bahwa motor itu
memang punya Achan agar setiap saat ingin pergi kemana tidak lagi sulit. He he, rupanya tawaran yang ia lontarkan
membuat saya gemes saja, “mau gi dok?” (mau
apa tidak pergi dengan motor ini?). Selama ini memang kami berdua selalu
kesulitan jika ingin bepergian cukup jauh. Tidak selalu jika ingin pergi
kemana, ada sepeda motor yang parkir di halaman lalu bisa dipinjam. Kalau mau
pergi yang cukup jauh, perlu bilang dulu ke kepala sekolah atau Baboo untuk
mengantarkan atau lebih sering menunggu ada orang yang mengajak, baru kami bisa
pergi.
Rupanya
ia membeli sepeda motor tersebut untuk kepentingan tersebut, jika sesekali
ingin bepergian yang cukup jauh tidak perlu merepotkan orang lain lagi. Saya
ikut-ikutan seneng, kan berarti kalau Achan pergi kemana saya bisa mbuntut, he he. Bukan berarti saya memenfa’atkan kesempatan ini, tapi saya
bisa punya peluang lebih besar untuk
pergi kemana-mana lebih mudah jika Achan punya motor. Itu buktinya, saya sudah
ditawari, “mau apa tidak pergi dengan motor ini?” Ye ye ye, tinggal tunggu tanggal mainnya berarti, he he.
Motor
yang tengah ia beli ini khusus untuk dibuat disini tidak untuk dibawa pulang. Jika
dibawa pulang tidak memungkinkan karena jarak rumah beliau yang sangat jauh
dari sekolah, biasanya ia lebih memilih untuk naik kereta api yang lebih cepat.
Semoga
kehadiran motor ini membawa berkah, khusunya untuk Achan. Ya, katannya Achan
beli sepeda motor ini dari uang hasil kerja kerasnya selama menjadi guru di
sekolah ini. Hampir setahun lamanya beliau diangkat jadi guru Bahasa Arab di
sekolah Thayai, disisihkan sedikit demi sedikit gaji yang ia dapatkan, akhirnya
terkumpul dan bisa buat beli motor baru. Bukan untuk gaya-gayaan, memang beliau
sepertinya sangat perlu sekali dengan barang yang satu ini dan syukurlah Allah
titipkan rezeqi kepada Achan lalu bisa beli motor, sehingga ia bisa lebih mudah
jika ingin bepergian.
*Achan adalah istilah yang biasa dipakai
untuk menyebut guru, baik laki-laki atau
perempuan.
Thailand, 16.03.16
alhamdulillah, bisa mendapatkan barang sesuai kebutuhan. semoga bermanfaat dan menjadi ladang amal bagi achan yang membeli sepeda motor dari jerih payahnya sendiri
BalasHapusIya Bu. Ima, Aamiin
Hapusalhamdulillah.... Achan jadi ojek cantik bagi Mb Eka deh
BalasHapusHe he ada-ada saja, saya bisa nebeng cantik juga berarti
Hapus