Pejuang skripsi yang tidak punya printer sendiri memang cukup membikin risau, karena harus ngeprint
di rental yang harganya jauh menguras uang saku lebih dalam dibandingkan dengan
punya printer sendiri.
Pernah saya punya printer, tapi hanya waktu-waktu
tertentu saja memakainya, akibatnya seringkali error (katanya kalau
printer tidak sering dipakai malah tidak bagus). Berkali-kali sudah saya
bawa ke tempat servis. Setiap setelah diperbaiki, normal, namun tak
lama kemudian error lagi, yang akhirnya rusak total.
Kalau memiliki printer sendiri lebih irit sepertinya,
karena kadang biaya ngeprint satu kali bisa sebanding dengan harga kertas satu
rim yang mana bisa buat ngeprint revisian hingga berkali-kali kan, belum lagi kalau harus beberapa
kali ke rental. Ha ha, sampai segitunya ...
Meskipun yang mendapat revisi hanya lembar tertentu, namun
tidak bisa hanya di print yang lembar itu saja, karena sampai lembar belakang
otomatis akan ikut berubah jika ada yang harus ditambahkan dalam perbaikannya. Uhh, kayaknya yang nulis ini lagi
menjadi korban revisi skripsi, he he.
Teman satu kamar kos saya kebetulan semua semester akhir,
jadi kami bernasib sama, yang setiap kali ingin berbuat sesuatu yang berhubungan
dengan ongkos (uang) merasa keberatan karena esuknya uang tersebut bisa buat
ngeprint revisian lagi, “mendingan digawe ngeprint”.
Inisiatif yang kami lakukan agar biaya ngeprint tidak terlalu
menguras saku, setiap pergi ke rental dengan membawa kertas sendiri. Kadang
juga nebeng kepada teman-teman terdekat yang sudah tajir masalah ngeprint
kerena mereka punya printer sendiri di rumahnya, tak jarang mereka memberikan
separo harga, bahkan juga diberi gratis. Yang penting jangan terlalu sering ya, ha ha.
Meperhitungkan
ongkos ngeprint memang bukan sebuah persoalan saat skripsi, meskipun bisa
membuat uang saku terkuras dalam-dalam, karena memang itulah yang harus
dilakukan. Nikmati saja …
Tulungagung,
18.04.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar