Masih
ingin bercerita tentang unek-unek saya pada beberapa hari yang lalu yang belum
sempat saya terealisasikan menjadi kata-kata nyata.
Perjalanan dari Thailand tanggal 5 April, sampai di Malaysia 6 April, lalu tiba di kota
tercinta pada 07 April. Menempuh perjalanan sekitar empat jam dari Surabaya
menuju Kota. Tulungagung dengan menggunakan Bus kampus. Ketika kami masih
berada di Bandara KL, bus kampus sudah standby di Surabaya, sehingga saat kami
tiba tidak pernu menunggu lama dan langsung melakukan perjalanan pulang.
Ketika
masih di Thailand saya sudah menghubungi keluarga untuk diminta menjemputku pada
Kamis pagi, agar saya bisa secepatnya pulang ke rumah. Kebetulan Pakde dan Bude
hari itu ada keperluan ke Kediri, jadi sekalian saya dijemput mereka.
Kami
tiba di kampus masih dini hari, yaitu sekitar pukul empat. Terlihat sudah ada
orang tua teman kami yang menunggu disana untuk menjemputnya, selang beberapa
lama datang para orang tua teman-teman lain datang.
Saya
waktu itu bingung, karena nomor saya masih tidak aktif untuk menghubungi
keluarga saya, apakah mereka sudah datang apa belum. Akhirnya saya minta
sumbangan jaringan internet kepada teman saya yang masih belum dijemput untuk
menghubungi teman kos, bahwa saya sudah sampai. Kebetulan salah satu
teman sedang On, jadi saya menghubunginya. Saya meminta teman untuk memberitahu Adik saya yang
jadi satu kos untuk menjemput.
Tak
berselang lama, Adik saya datang. Rindu yang tertahankan dengannya, hari itu
akhirnya bisa terlepaskan. Waktu itu, Adik saya yang membantu mengangkut barang-barang menuju kos, diantaranya koper dan beberapa tas. Sampai di kos, teman-teman rupannya juga sudah bangun, lalu
saya menghampiri mereka. Rinduku dengan mereka yang juga tertahankan, akhirnya
bisa terlepaskan juga.
Saatnya
menghubungi Pakde…saya meminjam HP adik untuk menghubunginya. Ternyata,
Pakde sudah datang dari sebelum jam empat dan menunggu di SPBU dekat kampus. Saya
kira masih siangan sedikit, waladalah.
Saya memberitahunya bahwa saat itu sudah berada di kos.
Rupannya
selain Pakde dan Bude, kakung saya dan keponakan ganang juga ikut.
Sesegera
saya dan adik saya diminta untuk bersiap, lalu ikut ke Kediri. Tujuan kesana
adalah untuk tes psikologi di RS. Gambiran. Saya kurang tahu hasilnya akan
dibuat apa, yang jelas untuk memenuhi persyaratan suatu hal. Selama mereka melakukan
test, kami diminta untuk menjaga keponakan ganang.
Berangkat
ke Kediri dari kos masing cukup pagi. Tentunya waktu berangkat belum makan. Sehingga, kami berhenti di
sebuah pedagang bergerobak yang sudah dikerumuni banyak pembeli di pagi itu. Yups, apalagi kalau bukan bersinggah
untuk sarapan. Karena saya merasa capek, jadi sempat tertidur di perjalanan,
tiba-tiba saja dibangunkan untuk diajak makan. Sepertinya saat sarapan, kami
sudah berada di Kediri, yang lokasinya tidak jauh dari RS. Gambiran.
Ada
beberapa variasi menu yang tersedia, diantaranya Nasi Urap, Nasi Lodho, Nasi
Campur, dan Nasi Pecel. Adik saya memilih Nasi Urap, sementara Kakek dan Pkde
memilih Nasi. Lodho, keponakan ganang hanya dipesankan Nasi irisan telur yang ditaburi
serundeng, sementara saya dan budhe memilih pecel. Kami makan bersama-sama
dengan tempat duduk lesehan, ditemani segelas teh hangat, dan kebetulan langit
paginya mendung, jadi semakin cocok saja.
Nasi
Pecel akhirnya bisa kunikmati lagi setelah sekian lama puasa untuk makan Nasi
Pecel. Makanan tradisional ini memang tak ada duannya jika dinikmati saat
sarapan.
Ternyata
bukan hanya saya saja yang menikmati Nasi Pecel di pagi itu, teman-teman saya
yang lain yang juga menahan rindu dengan Nasi Pecel, menjadikannya menu
sarapan. Saya tahu dari grup WA yang saling memposting foto-foto menu sarapan
di kala itu.
Selesai
makan, kami menuju arah rumah sakit. Yang masuk hanya Pkde dan Bude saja,
sementara kami menjaga keponakan ganang sembari menunggu di area parkir. Kami menunggu
cukup lama, menjelang waktu Dhuhur baru selesai. Katanya, memang soal test
psikologinya jumlahnya tidak main-main dan mulek
jadi perlu waktu yang lama pengerjaanya.
Setelah
selesai, kami langsung kembali. Menempuh perjalanan satu jam menuju Kota
Tulungagung. Disana masih harus berhenti lagi di tempat-tempat tertentu untuk
mencari barang kebutuhan. Sebelumnya, bersinggah dulu di Masjid Agung untuk
melaksanakan Sholat Dhuhur.
Sholat
selesai, mampir dulu di Warung Bakso. Bakso yang ada di sekitar alun-alun
Tulungagung menjadi menu makan siangnya. Ohh..Bakso.
Dalam hati aku merasa bersorak, karena selama di Thailand tidak ada Bakso, adanya
pentol bulat yang berbahan dasar ikan.
Perjalanan
pulang dari Tulungagung menuju Trenggalek sudah cukup sore. Kami berhenti lagi
di Gondang, Tulungagung yang terkenal dengan Soto Ayam Kampung-nya, yaitu di
Warung Soto “Condong Raos”. Kan siang belum makan Nasi, jadi disini
penggantinya, he he. Kami sekeluarga
seperti sudah langganang menikmati Soto Condong Raos yang ada tepat di jalan
raya Tulungagung – Trenggalek ini. Rasanya
memang seger dan cocok untuk dinikmati bareng dengan keluarga.
Antara
Pecel, Soto, dan Bakso telah menjadi menu pembuka (ku) sesampainya pulang dari
Thailand, yang mana di sana tidak ada makanan begonoan.
nasi urap dan pecel kesukaan saya apalagi lauknya peyek gereh.
BalasHapus