Selasa, 05.04.2016 aku berangkat lebih
pagi dari hari-hari biasanya, bahkan belum ada satupun guru yang sudah ada di
sekolah. Datang bukan untuk menjalankan tugas sekolah, namun aku mengangkut barang-barang bawaan ke halaman sekolah, serta menanti para
guru lainnya yang mengantar ke tempat
seremonial perpisahan KPL Terpadu di Pattani.
Setelah semua barang sudah siap dan
dipastikan tidak ada yang tertinggal, saya mulai mengangkut barang-barang
bawaan menuju lantai bawah, lalu kulanjutkan dengan ganti baju dan dandan.
Sengaja kusisihkan barang dari kamar terlebih dahulu agar jika memang ada
barang yang tertinggal mudah diketahui. Benar … ternyata ada stopmap hijau
yang berisi lembaran tanda tangan belum masuk di tas ransel bersamaan dengan
laptop dan buku-buku.
Dandan yang cepat kilat karena serba simpel.
Saya langsung turun ke lantai bawah dan mengangkut barang-barang menuju ke
depan sekolah. Pertama yang saya bawa adalah koper, lalu kembali lagi untuk
mengambil beberapa tas. Sebelumnya, saya menghampiri beberapa rumah yang ada di
dekat sekolah untuk berpamitan, meminta do’a restu untuk keselamatan perjalanan
saya dan kawan-kawan hingga tempat tujuan.
Pelukan kasih di hari perpisahan itu
benar-benar membuatku haru. Setiap orang yang saya temuai waktu itu tidak lepas
dengan pelukan hangatnya. Air mata saya mebuncah deras ketika mundhir sekolah,
Guru. Nuha berubah menjadi seseorang yang berbeda dari hari-hari biasannya,
yang bawaanya selalu serius dan tegas, hingga saya merasa enggan setiap kali ingin
ngobrol, namun di hari itu sungguh berbeda, akupun merasa tak sesungkan seperti
hari-hari sebelumnya.
Pada malam harinya menjadi yang pertama kalinya saya
datang ke rumah beliau untuk sillaturrahim sekalian berpamitan. Awalnya saya
akan di temani oleh Achan asrama, namun saya lebih memilih datang seorang diri.
Pikir saya agar bisa ngobrol bebas sana-sini dengan beliau. Kubawakan
beliau kenang-kenangan yang saya bawa dari
rumah. Sekitar setengah jam saja saya disana, karena waktu sudah menunjukkan
jam istirahat. Kesana sudah terlalu mepet, jadi hanya sebentar saja waktunya.
Selain Mundhir sekolah, para guru
lainnya juga melakukan hal yang sama hingga tak kuasa
air mataku menetes karena haru akan pelukan kasihnya. Ya, air mata kesedihan dan keharuan melihat sikap para guru yang
hadir disekolah hari ini menyambut hari perpisahanku dengan penuh kasih. Yang
biasanya mereka jarang ngobrol, karena tempat tugasnya yang berbeda, di hari
ini semua saling sapa, saling mendo’akan, dan saling berpeluk kasih.
Benar-benar tidak menyangka jika di hari
itu sungguh mengharukan.
Jika hari-hari biasanya, kami saling
sibuk dengan tugas masing-masing. Jika bertemu mungkin hanya sebatas senyum,
sapa, salam saja yang kami lakukan,
tidak lebih, tapi di hari itu lebih dari yang ku bayangkan. Kasih mereka
benar-benar mampu menyentuh lubuk hatiku sampai air mataku tak mampu ku tahan.
Banyak dari mereka yang diringi haruku karena ingin berpisah dengan kasih
mereka, memberian bingkisan kenang-kenangan untukku, entah isinya apa, karena
setelah diberi tidak sempat langsung membukannya.
Setelah semua guru yang datang sudah
kusapa, lalu berpamitan, dan berpeluk kasih dengan penuh haru, kami mengakhiri hari
kami bersama mereka dengan foto bersama.
Foto bersama menjelang berangkat ke acara seremonial perpisahan
Beberapa guru yang ikut mengantarkan
saya ke tempat perpisahan di Pattani mulai memasuki mobil, sekitar 15 guru, ada
guru Anuban, Prathom, dan Mattayom. Setelah itu saya menyusul. Para guru yang tiduk ikut mengantar
menyaksikan keberangkatan kami ke Pattani diiringi dengan lambaian tangan tanda
perpisahan. Air mataku yang semula sudah mulai berhenti seketika membuncah
kembali, melihat lambaian tangan kasih oleh para guru di sekolah.
Sebenarnya acara seremonial perpisahan
di Pattani dimulai pada pukul 09. 00 jadi harus berangkat dari sekolah satu jam
sebelumnya. Namun prosesi berpisah dengan para guru di sekolah memakan waktu
yang tidak singkat, kami baru mulai meninggalkan sekolah sekitar pukul 09. 30,
menempuh perjalanan satu jam menuju Gedung Obhocho, Pattani tempat seremonial
perpisahan dilaksanakan.
Untuk memasuki gedung tersebut, awalnya
sempat bingung karena banyak juga bangunan-bangunan lain di dekatnya. Setelah
bertanya, akhirnya ketemu juga gedung yang ingin kami tuju. Kami satu rombongan
masuk bersama-sama. Antara mahasiswa KPL dan rombongan pengantar terlebih
dahulu diminta untuk mengisi daftar hadir yang telah disediakan.
Seketika masuk, gedung yang cukup mewah
dan luas sudah penuh dengan peserta KPL
dan rombongan pengantar. Bahkan ratusan kursi yang ditata, terpenuhi semuanya,
untuk yang datang di akhir-akhir kebanyakan berdiri dibagian belakang. Kalau
terlihat ada kursi yang kosong, langsung saja dibuat untuk duduk.
Gedung Obhocho, Pattani yang cukup luas dan megah hari itu terpenuhi dengan para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan seremonial perpisahan KKN-PPL di Thailand
Terlihat para dosen perwakilan masing-masing kampus yang duduk disana,salah satunya Abah. Abad (Duduk paling kiri berbaju batik biru) dari IAIN T. Agung
Mahasiswa peserta KPL, beserta para pengantar memenuhi Gedung Obhocho, Pattani
Serangkaian acara di seremonial perpisahan
ini satu per satu sudah selesai. Diakhir-akhir, serangkaian acara yang berhasil
kami saksikan adalah menyanyikan lagu tanah air dilanjutkan musikalisasi puisi
oleh grup dari perwakilan masing-masing kampus, beberapa sambutan-sambuatan,
pemberian penghargaan kepada koordinator dari masing-masing kampus, penyampaian
pesan-kesan oleh perwakilan peserta KPL yang mana diwakili oleh teman saya dari
satu kampus, sumbangan lagu dari mahasiswa KPL Universitas Muhammadiyah
Tanggerang, dan terakhir di susul dengan sayonara.
Menyanyikan lagu tanah airku
Koordinator masing-masing kampus menerima piagam penghargaan
Pembacaan pesan-kesan oleh perwakilan mahasiswa KKN-PPL. Kebetulan yang menjadi perwakilannya adalah teman saya satu kampus, yaitu Miss. Tere
Sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan sebelumnya bahwa acara selesai pada pukul 12. 00 dan selanjutnya
persiapan naik Bus menuju Hat Yai-Sadao-Bukit kayu Hitam-Kuala Lumpur. Tidak
terlalu melenceng dari waktu yang ditentukan, pukul 12. 15 seremonial
perpisahan sudah diakhiri. Panitia segera meminta kami untuk membawa
barang-barang menuju Bus yang telah parkir di halaman luar.
Sebelum menuju Bus, suasana haru
menyelimuti semua peserta KPL. Masing-masing keluarga (peserta bersama rombongan
pengantar) mencari tempat sendiri-diri untuk saling berpeluk kasih yang
terakhir kalinya.
Suasana yang tampak ketika mahasiswa KPL akan menuju Bus
Sekiranya cukup, kami masuk ke mobil lagi
untuk mengantarkan barang menuju Bus. Rombongan yang mengantarkan saya tidak
menunggu sampai bus berangkat. Setelah saya masuk Bus, mereka melanjutkan
perjalanan lagi. Suasana di sekitar Bus masih berselimut haru. Meskipun para
peserta sudah memasuki Bus, namun banyak dari mereka yang masih menunggu di sekitar
Bus hingga kami berangkat. Beberapa rombongan pengantar masih tak tertahankan
juga air mata. Mereka begitu tidak tega meninggalkanya.
Kami yang notabene bukan apa-apa
mereka, memang sangat trenyuh dan menyentuh sekali ketika mereka sangat tulus
dan senang hati menerima kedatangan kami. Perjumpaan yang sempat terjalin
kurang lebih lima bulan ini benar-benar sangat mengesankan.
Semoga persudaran diantara kita tetap akan
terjaga.
Catatan saya beberapa hari yang lalu,
Panggul, 09-10.04.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar