Bebicara
tentang buku bacaan berbahasa Jawa, jujur … saya jarang sekali membeli dan
membacanya, bahkan tidak pernah. Lebih sering buku yang saya baca adalah
buku-buku popular berbahasa Indonesia.
Rasa
penasaranku tentang isi buku “Kadhung Kepincut” terbayarkan juga. Berawal dari
pertemanan di facebook dengan Ibu. Eni Siti Nurhayati, membuat saya jadi tahu
tentang buku ini, sebuah karya yang di dalamnya berisikan cerita pendek berbahasa
Jawa.
Kenapa
saya tertarik untuk memesan buku berbahasa Jawa ini? Apalagi kalau tidak dari
catatan-catatan yang beliau posting dinding facebook yang selalu menarik untuk
dibaca. Menarik karena narasinya ditulis menggunakan Bahasa Jawa, biasanya
dalam bentuk cerpen dengan tokoh “Yu. Kanthi” yang selalu ada di dalamnya. Notabene
saya yang tidak biasa membaca bacaan Bahasa Jawa karena seringkali menemukan kata-kata
sulit yang tidak saya mengerti, ketika mengetahui catatan beliau itu saya
menjadi jatuh cinta (kepincut) untuk
selalu membacanya.
Sebagai
orang Trenggalek, apalagi rumahnya di bagian ujung kulon Trenggalek , tentunya
Bahasa Jawa menjadi Bahasa Daerah yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari.
Jarang yang menggunakan Bahasa Indonesia, kecuali jika ada pendatang dari luar
kota, misalnya pada saat hari raya biasanya ada yang pulang kampung dari tempat
kerjannya di luar kota, kadang Bahasa percakapan yang mereka gunakan sudah
berubah, tidak lagi menggunakan Bahasa daerah (Jawa Galekkan).
Namun sejatinya Bahasa Jawa tetap mendunia di
kalangan orang T. Galek, khusunya di kampung tempat tinggal saya. Orang tua
bahkan para guru mengajarkan untuk bertingkah laku sopan, salah satunya dengan
Bahasa yang digunakan, bertutur dengan krama saat berbicara dengan orang yang
lebih tua, yang penting jangan pakai “Bapak
sare kula siram”, karena bukan malah menjadi sopan, tapi bisa berakibat
fatal, ha ha ha . Dengan orang tuapun,
saya berusaha untuk boso saat
berbicara.
Jadi intinya, meskipun di awal saya hampir tidak pernah membaca
bacaan Berbahasa Jawa, namun Bahasa Daerah tersebut masih melekat penuh dalam diri
saya. O … iya waktu SD sampai SMP, Bahasa Jawa sempat jadi pelajaran favorit
saya, tapi saya lebih karena menulis aksara jawa (Ha Na Ca ra ka) daripada
mengarang atau membacanya.
Memang
Bahasa Jawa yang sehari-hari saya dengar, saya gunakan, tapi kadang ketika
membaca cerita berbahasa Jawa, isinya sulit dipahami. Seringkali tingkatan Bahasa Jawa
yang digunakan terlalu tinggi (Misalnya menggunakan Bahasa Kedhaton, Bahasa
Pewayangan, Bahasa Jawa Krama Inggil, dll).
Namun
catatan-catatan Ibu. Eni yang sering ditulisnya menggunakan Bahasa Jawa
keseharian yang ringan dan mudah dipahami, maka dari itu saya jadi kepencut membacanya, terlebih pada buku
karangan beliau yang saya pesan belum lama itu.
Buku
“kadung kepincut” ternyata tidak hanya buku ini berkisah tentang jalinan kisah cinta seseorang yang disajikan
secara menarik dan dramatis, juga ternyata bisa bikin kepencut beneran karena meskipun di tuliskan dengan Bahasa Jawa,
namun Bahasanya mudah dipahami. Bahasa yang digunakan kebanyakan bahasa ngoko
keseharian, namun jika dibaca berasa alus dan sopan, entah resep apa yang
beliau gunakan.
Makanya
dengan membaca buku ini, secara tidak langsung saya akan belajar, jika masih belum mampu mengarang tulisan
Berbahasa jawa, sehendaknya saya tahu tentang penggunaan kata-kata Bahasa Jawa
yang digunakan dalam cerita.
Karena
saya sudah berhasil mengkhatamkan buku cerkak berbahasa Jawa “Kadhung Kepencut” ini, maka akan saya
ceritakan bagaimana variasi cerita bertajuk romansa ini dalam bagian (2).
See you my next story ...
Buku "Kadhung kepencut"
Tulungagung,
19.04.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar