Tepat pada
Hari Kartini, 21 April 2016 giliran saya dan teman-teman yang melaksanakan ujian kompre gelombang dua. Ada sekitar 90 mahasiswa dari seluruh fakultas TIK
yang ikut ujian kompre , termasuk yang mengulang. Saya bersama teman seangkatan
yang ikut KPL di Thailand menjadi satu team, maksud saya ada di ruang yang sama
dengan dosen penguji yang sama.
Ada dua
dosen yang menguji kami, Pak. Susanto
dan Pak. Kharis. Dosen penguji tidak bisa diketahui sebelumnya, tapi saat ada teman yang sudah masuk ruang ujian baru tahu. Sehingga mendapat dosen penguji belau berdua merupakan sebuah kebetulan. Beliau berdua juga kebetulan tidak bisa masuk dalam waktu
bersamaan, karena pagi hari Pak. Kharis ada acara, yaitu mengisi sambutan di
upacara Hari Kartini yang di gelar oleh Jurusan PGMI di lapangan kampus.
Round
pertama ke penguji satu terlebih dulu (Pak. Susanto). Satu per satu memasuki
ruang ujian sesuai dengan giliran yang dijadwalkan. Saya mendapatkan giliran
keempat setelah ketiga teman saya selesai. Dalam kesempatan ini beliau mendapat
tugas untuk menguji bidang pendidikan dan kejurusan. Pertanyaan yang beliau
berikan tidak langsung tanya dan jawab, namun terlebih dahulu diberikan situasi
terkait kehidupan nyata, lalu diminta untuk memberikan solusinya.
Pertama kami
terlebih dahulu diminta untuk menulis sebuah paragraf bebas, ketika gilirannya
masuk lembaran tersebut dibawa. Dari paragraph tersebut, diminta untuk menjelaskan.
Ketika saya meminta murid saya untuk menulis paragraph, apa yang ingin saya
jelaskan? Maka dalam kesempatan ini Pak. Santo berpura-pura menjadi murid saya.
Disinggung juga tentang konsep dasar pendidikan, teknik mengajar Bahasa
Inggris, serta masih banyak pertanyaan tentang kejurusan dan pendidikan yang
lainnya.
Ketika
menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak. Santo, saya tidak
merasa grogi. Semuanya saya hadapi dengan tenang. Apalagi sudah pernah diajar
oleh Pak. Santo selama beberapa semester yang konon sosoknya menjadi idola
mahasiswa seantero kampus, jadi berhadapan dengan beliau seperti ketika ngobrol
santai begitu. Beliau juga termasuk salah satu dosen favorit saya, he he he. Tenang
bukan berarti semua pertanyaan yang beliau ajukan, bisa saya berikan solusi
dengan sempurna. Namun, dengan ketenangan, saya lebih terlihat yakin dalam
melontarkan jawaban sesuai dengan apa yang saya ketahui. Benar atau salah,
bukan persoalan … kalau benar atau salah saya persoalkan, pasti saya tidak akan
yakin dengan diri saya sendiri. Kalau berdasarkan ukuran pribadi saya, apa yang
saya lakukan sudah maksimal, feeling ku
sich bisa lolos he he . Semoga
bisa lolos beneran ….
Setelah
semua sudah mendapat gilirannya untuk menghadap Pak. Santo, kini berlanjut untuk ronde kedua bersama Pak. Kharis. Sempat
menunggu kehadiran beliau dalam waktu yang lama. Pertama salah seorang teman saya menemui
di kantornya tapi tidak ada. Selang beberapa menit lagi, beliau dihubungi lewat
via SMS. Dibalas...katanya sebentar lagi. Hampir satu jam lebih beliau tidak
datang juga. Kami berharap tidak ditunda esuk hari. Mendekati waktu istirahat,
baru muncul. Karena waktu sudah mepet, beliau mengajak untuk masuk setelah
isirahat, sekitar pukul 13. 00. Ada yang tetap di kampus, namun saya memilih
pulang ke kos bersama salah seorang teman.
Pukul satu kurang beberapa menit saya dan teman saya kembali lagi ke kampus
untuk melanjutkan ujian kompre yang ronde ke dua. Bersama Pak. Kharis, kami
akan diuji seputar keagamaan dan penelitian. Hampir pukul setengah dua kami,
baru masuk. Kali ini tidak satu per satu yang masuk ruangan, melainkan 3-2-2,
pertama tiga orang, untuk yang selanjutnya dua-dua. Saya kebetulan mendapat
giliran untuk maju yang kedua, setelah ketiga teman saya selesai.
Pastinya suasana akan berbeda berhadapan dengan Pak. Santo dan Pak. Kharis.
Kami belum ada pernah diajar beliau. Namun saya sering berhadapan dengan
beliau, khususnya ketika ada kegiatan di Himpunan Mahasiswa (HMJ), beliau
sering diminta untuk hadir memberikan sambutan atau membuka acara. Jadi nervest-nya lumayan berkurang, karena
sudah pernah bertemu beberapa kali dengan beliau.
Hampir satu jam lebih, ketiga teman saya yang mendapat giliran maju pertama
diuji oleh Pak. Kharis. Dalam benak kami, apa saja yang ditanyakan oleh beliau
kok lama sekali. Mungkin bagi mereka
yang berhadapan langsung, tidak terasa duduk lama di ruangan ujian, karena harus
berpikir dan menjawab solusi pertanyaan yang dilontarkan, namun kami yang
menunggu merasa sangat lama, sudah tidak sabar ingin segera diuji dan selesai.
Setelah ditinggal membuka-buka materi dan ngobrol sana-sini, akhirnya
selesai juga. Kini giliran saya dan teman saya yang memasuki ruang ujian
menghadap Pak. Kharis. Saya buat tenang dan fokus. Satu pertanyaan untuk kami
berdua, jadi gantian, tinggal siapa yang bisa menjawab terlebih dahulu.
Di tahap pertama aman, kami disodorkan lembaran ayat Al-Qur’an dan diminta
untuk membacanya dengan tartil. Jurus dari saya belajar mengaji Al-Qur’an Metode ‘Ustmani dengan
Kyai. Saiful Ponpes. Garum-Blitar saya keluarkan. Syukurlah, tidak banyak
komentar yang di berikan. Saya puas (masih saja pakai tolok ukur pribadi he he). Pertanyaaan lanjutan ternyata
juga dikaitakan dengan kegiatan keagamaan yang dilakoninya setiap hari. Hmmm, level-nya sudah kontekstual dan
praktis bukan lagi konseptual dan teoritis. Saya menjawab apa adanya dengan
penuh yakin. Lagi-lagi abaikan soal benar dan salah, lalu tunjukkan wajah yang
penuh dengan keberanian dan keyakinan saat memberikan solusi setiap persoalan
yang diberikan. Tipsnya dijamin manjur ...
Pertanyaan terakhir tentang keagamaan membuatku klepek-klepek, namun aku berusaha untuk tidak takut dan pantang
menyerah. "Sebagai pertanyaan yang terakhir, coba sebutkan hadist atau ayat
Al-Qur’an sebanyak-banyaknya tentang pentingnya menuntut ilmu, birrul walidain (berbakti kepada orang
tua), pentingnya Sholat, dan Puasa!". Kata “sebanyak-banyaknya” mungkin terkesan
jurus mematikan, karena pasti saya tidak bisa menjawabnya, namun aku memaknai
lain, dimana saya bisa bebas (tidak terikat) mau menyebutkan hadist atau firman
Allah yang mana saja, yang penting berkaitan. Lha satu saja belum tentu bisa, kok mau sebutkan semuanya.
Hadist-hadist tertentu, berhasil saya sebutkan, dan ada ayat Al-Qur’an
tentang puasa yang berhasil saya ingat. Sudah lumayanlah ... Yang saya pelajari
kebanyakan bukan hadist-hadistnya, namun lebih ke teori. Jadi sudah untung-untungan
saya bisa mencicil menjawab. Sebenarnya kurang memuaskan jawaban yang saya
lontarkan terkait hal ini, namun tetap saja obsesi saya untuk lolos tertanam
kuat, he he, memang begitu adanya kemampuan saya.
Saya sudah belajar dari kesalahan yang saya lakukan, dimana setelah selesai
ujian, langsung saja kucari beberapa Hadist dan juga ayat Al-Qur’an yang
berkaitan untuk saya pelajari lagi. Akhirnya yang semula masih belum lengkap,
saya bisa melengkapinya dan yang awalnya saya sebenarnya tahu, namun ketika
ingin diucapkan menjadi sulit, setelah saya berusaha mencarinya, bisa segera
saya pelajari, dan itu malah akan ingat lebih lama.
Tentang penelitian, Pak. Kharis lebih banyak memberikan pertanyaan kepada
teman saya. Saya cukup dilontarkan pertanyakan tentang judul penelitian dan
jenis penelitiannya saja. Ketika saya bilang penelitian saya tentang library research atau studi pustaka
dengan judul penelitian bla bla bla.
Beliau mengatakan sudah jelas. Pertanyaan lebih detailnya diajukan kepada teman
saya yang penelitiannya berupa kualitatif.
Entah kapan hasil ujian kompre gelombang dua ini diumumkan, karena sampai
saat ini belum keluar hasilnya. Pikir saya sich
lolos, namun kalau memang mengulang saya juga harus siap. Berarti masih ada
hal-hal tertentu yang masih perlu saya pelajari kembali.
T.Agung, 24-04-2016
tolok ukur keberhasilan adalah kalau pengujinya manggut-manggut. hhh
BalasHapusHe he, bisa jadi ya 😄
BalasHapus