Salah satu yang menjadi perhatian kita
dari masalah rumah adalah halamannya. Bahkan bisa jadi menjadi perhatian
utamanya. Coba jika ada pertanyaan begini, “Jika
anda punya uang berlebih, bagian rumah mana yang kamu renovasi terlebih
dahulu?” Sangat mungkin jawaban banyak orang adalah halaman rumahnya, tentu
dengan berbagai alasan. Mungkin agar tamu nyaman datang ke rumah atau biar
terlihat indah. Jadi tak heran jika banyak orang yang mendesain halaman
rumahnya sebagus mungkin, ada taman bermain, kolam, berbagai jenis bunga,
gazebo, dll.
Bercerita tentang halaman rumah, tentu saya teringat dengan halaman rumah sendiri. Karena berada di desa, sepertinya
bunga berpot tidak begitu mainstream.
Ketika saya masih SD aku pernah menanam bungan di halaman rumah yang bibitnya saya
dapatkan dari teman. Namun ketika SMP dan tidak tinggal di rumah,
bunga-bunga itu dibersihkan, bahkan ada yang tumbuh di kebun sampai sekarang. Tinggalah
pepohonan di halaman rumah, seperti kelapa, cengkeh, rambutan, pisang, durian, kopi,
kecombrang, belimbing, singkong, dan masih banyak lagi.
Mengamati rumah Pamanku yang berada di
kota Kecamatan juga menarik. Dari SMP hingga SMA aku tinggal di sana. Halaman
rumahnya juga cukup unik dan membuatku ingin menuliskan di ini. Ada-ada saja yang
ia lakukan dengan halaman rumahnya. Bisa juga istilah DIY (Do It Yourself) cocok untuk menamainya, kerena memang
dilakukan sendiri. Halaman rumahnya dulu penuh dengan tanaman bunga, dari yang
ditanam di tanah hingga yang di pot besar maupun kecil. Setiap sore biasanya saya menyiramnya agar tumbuh subur. Tak
jarang bunga itu di pinjam sekolah untuk mendekorasi penggung acara. Kebanyakan
bunga yang ditanam adalah Eforbia dan Kamboja, ada juga bunga Melati dan Pucuk
merah.
Selain bunga, ada juga kolam ikan lele
raksasa di halaman rumah itu. Hanya lima ekor saja kalau tidak salah. Beberapa
hari sekali kolam itu oleh Paman dibersihkan. Kolam itu diletakkan di sebelah
kanan-kiri pintu pagar. Selang beberapa bulan, pamanku membuat kandang ayam
yang cukup besar mengelilingi kolam ikan itu. Hiduplah lele serumah dengan
ayam. Sisa-sisa nasi tidak lagi dibuang, tapi dipakai pakan ayam. Ayam itu
beranak pinak jadi banyak. Kadang diambil telurnya dan ayamnya juga disembelih
untuk lauk.
Sisi samping halaman |
Tentang kolam selesai, sekarang saya
akan bercerita tentang tanamannya. Bunga-bunga itu juga tidak bertahan lama.
Sedikit demi sedikit Paman mengalihkan bunga-bunga itu menjadi bibit buah dan tanaman
sayur. Berbagai bibit buah (nangka, durian, sawo) dan sayuran serta
rempah-rempah (bayam, sawi, cabe, salam, singkong, jeruk nipis, kunyit, dll).
Hanya ada dua pot bunga yang tersisa sekarang.
Pernah Pamanku mencoba menyulap halaman
rumah itu menjadi tempat membudidayakan buah naga. Memang Pamanku itu suka
mencoba sesuatu Ia membuat papan dari kayu untuk merambatkan buah naga itu.
Entah kenapa buah naga itu tak lama kemudian dipindah ke kebun. Belum lama ini
Pamanku juga membuat tempat untuk membudidayakan tanaman hidroponik. Lumayan
rumit sepertinya membuatnya. Tanaman yang ditanam ada kangkung, selada, sawi, dll. Never try never know. Meskipun tanaman
hidrponik itu tidak bisa tumbuh maksimal, yang terpenting Paman sudah
mencobanya. Entah apa yang kurang, sehingga tanamannya tidak tumbuh subur.
Terakhir yang ingin saya ceritakan, halaman rumah itu kini dibuat tempat parkir pasar malam. Halaman yang cukup
luas dibersihkan agar memuat motor banyak. Sering pasar malam diadakan di
lapangan depan rumah Paman. Begitu juga kegiatan lain, misalnya sholawat,
pengajian, dll, sehingga tak salah memanfaatkan halaman rumah itu untuk tempat
parkir. Lalu, apa yang selanjutnya terjadi dengan halaman rumah ini? Let’s wait and see!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar