Tahukah
kalian jika antara "mendengar" dan "mendengarkan" itu punya
makna yang berbeda? Keduanya sama-sama bentuk kata kerja, namun secara makna
berbeda sekali. Dalam bahasa Inggris, istilah keduanya pun dibedakan. Mendengar
diartikan dengan istilah "hear(ing), sedangkan mendengarkan itu
"listen(ing)". Kalau mengenal istilah salah satu kecakapan berbahasa
"menyimak" atau mendengarkan" memang tidak disebutkan "hearing skill" tetapi "listening
skill". Mengapa demikian?
Jujur saya
mengenal perbedaan keduanya belum lama ini. Sebual judul tulisan "Hearing
but Not Listening" dalam buku "Path of Life" karya Komaruddin
Hidayat menyadarkan saya tentang hal itu. Buku tersebut sudah lama saya punya
dan tulisan tersebut rupanya juga sudah lebih dari dua kali saya baca. Tapi
sayang saya baru paham maksud tulisan itu setelah saya baca yang kesekian
kalinya ini. Apa mungkin sebelum-sebelumnya saya tidak tuntas membacanya? Ah,
ya sudahlah.
Inti yang
saya tangkap jika mendengar itu seperti angin lalu yang kemudian beberapa saat
kemudian terlupakan. Suara yang terdengar hanya sekilas mampir di telinga,
sehingga tidak sengaja di dengarkan dengan baik-baik dari awal hingga akhir.
Berbeda dengan mendengarkan, istilah ini lebih dimaknai sebagai mendengar
secara aktif. Kita benar-benar fokus dan penuh perhatian terhadap apa yang kita
dengarkan.
Orang yang
mampu mendengarkan ternyata adalah mereka yang punya ketulusan hati untuk
menjadi pendengar yang baik (good listener). Diakui atau tidak menjadi
pendengar yang baik itu susahnya luar biasa. Kita lebih sering minta
didengarkan, lebih suka dihargai. Kan, menjadi pendengar yang baik berarti kita
telah menghargai pembicaranya. Bukankah kita juga akan mendapat ilmu atau
pelajaran darinya jika mampu mendengarkan.
Kadang memang kita itu merasa sudah
tidak perlu diajari lagi, apalagi diajari oleh mereka yang lebih rendah
posisinya. Gengsi dong, mungkin begitu pikir kita. Stop, stop! Semua orang itu
punya sesuatu yang spesial. Mungkin kita adalah seorang yang sudah kuliah. Kita
belum tentu lebih tahu dari mereka. Pasti ada suatu ilmu yang belum pernah kita
ketahui darinya. Dengan semua orang pun, saya kira penting untuk mendengarkan
apa-apa yang baik darinya.
Antara
"mendengar" dan "mendengarkan" jangan sampai juga tukar.
Keduanya punya tempat yang pas masing-masing. Ditukar balikkan itu begini
contohnya. Berita gosip atau yang seharusnya cukup terdengar sambil lalu, malah
kian asyik dan menarik didengarkan, direkam, lalu disebarkan dengan sangat
antusias baik lewat obrolan, SMS, wasap, atau yang lain. Malah berita atau
informasi yang bermutu hanya didengar saja, tidak didengarkan. "Mlebu
kuping tengen, metu kuping kiwo" begitulah orang jawa mengatakan.
Diambil dari catatan facebook,
Pare, 15
Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar