Buku "Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali |
Dalam sebuah pertemuan dengan Pak Guru J.
Sumardianta di acara SLG STKIP Ponorogo (12/02), membuat saya sedikit tahu
tentang buku yang berjudul "Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali". Saat
memperkenalkan diri, beliau menunjukkan beberapa karyanya yang telah terbit,
maupun masih proses terbit. Salah satunya buku "Jatuh 7 Kali Bangkit 8
Kali" itulah yang pada bulan itu masih digarap penerbit. Dan akhirnya buku
tersebut terbit pada bulan Maret 2017.
Tidak sengaja saat ke toko buku, kalau tidak
salah satu bulan yang lalu saya dipertemukan dengan buku ini. Langsung saya
beli tanpa basa-basi. Membaca buku-buku Pak Guru J. Sumardianta, seperti
"Mendidik Pemenang Bukan Pecundang", "Guru Gokil Murid
Unyu", dan "Habis Galau Terbitlah Move on" membuat saya
penasaran kisah-kisah apa lagi yang selanjutnya beliau tuliskan.
Meskipun sudah cukup lama saya beli, namun
belum saya baca sepenuhnya, beberapa kali hanya saya baca sekilas saja. Hari
ini buku itu saya pandangi lagi dan saya baca. Baru bagian depannya saja yang
saya cermati, diantaranya biografi kedua penulis, kata pengantar oleh Anindito
Aditomo, Ph.D. yang berjudul "Belajar Menghayati Kehidupan" dan juga
kata pengantar yang ditulis oleh dua penulis buku ini, G. Sutarto dan J. Sumardianta
berjudul "Kehebatan Sehari-hari", serta prolog yang berjudul
"Kesulitan Menuntut Kreativitas". Bagian intinya masih saya baca
sekilas dan acak.
Membaca bagian-bagian yang saya sebutkan di
atas saja banyak inspirasi kehidupan yang luar biasa tentang kedua penulis
tersebut, belum lagi jika kisah-kisah kehidupan dalam buku ini bisa dibaca
tuntas. Sungguh buku yang bagus sekali karena memang ditulis based on true
stories. Buku ini ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga yang
lebih condong membahas seputar kisah kehidupan G. Sutarto atau lebih dikenal
dengan Sutarto. Berbagi tantangan kehidupan, peliknya kehidupan yang pernah
beliau alami dulu tersaji rapi dalam buku ini.
Menurut Anindito Aditomo, Ph. D. Sutarto ini
punya "mindful awareness" alias kemampuan dalam menghayati tiap momen
kehidupan. Berkat keahlian itulah yang tengah membuat beliau sadar akan arti
pahitnya hidup yang dialami. Kegagalan seakan menurutnya sebagai anugerah dalam
hidup yang harus disyukuri setiap saat. Beliau yang pada akhirnya menjadi orang
yang hebat, segaligus guru hebat berkat kegigihan beliau dalm memaknai
kesulitan dan tantangan hidup.
Kisah-kisah dalam buku ini juga karena
dilatabelakangi oleh beberapa hal. Dalam buku ini disebutkan ada tiga
diantaranya, pertama, berkat pertemuan Sutarto dengan para guru yang
menginspirasinya waktu duduk di bangku sekolah. Kedua, karena kebaikan-kebaikan
kecil yang seringkali datang dari orang tak dikenal. Menurut Sutarto kebaikan
kecil seperti inilah yang mampu memberikan kekuatan pada dirinya yang hidup di
tengah kemalangan dan seakan dalam kehidupan yang tak adil tersebut.
Ketiga, Sutarto punya kemauan untuk
menghayati setiap momen kehidupan, bahwa ada akar spiritual yang kuat. Beliau
punya segudang keyakinan bahwa dibalik itu semua ada rahasia kebaikan sang Maha
Agung. Beliau percaya kalau kehidupan yang Tuhan anugerahkan adalah sumber
pelajaran yang tak ada habisnya. "Tidak ada proses belajar tanpa
kegagalan".
Kisah-kisah beliau ini benar-benar ditulis
dengan sangat detail, baik nama, lokasi, waktu, dan kejadian. Ceritanya menjadi
sangat hidup. Tentunya hal itu tak lain juga berkat kepekaan Pak J. Sumardianta
dan Pak G. Sutarto dalam merangkai setiap peristiwa menjadi kisah unik nan
inspiratif itu.
Jatuh 7 kali bangkit 8 kali (Bentang, 2017) punya pesan yang
sangat mendalam tentang tantangan dan pengalaman getir kehidupan yang tidak
mudah. Itulah yang dialami oleh G. Sutarto mulai dari masa anak-anaknya hingga
beliau sekarang menjadi guru hebat di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Dibalik
pahitnya hidup yang membelenggu, Sutarto sangat gigih dan punya semangat tinggi
untuk bisa sekolah SMA dan kuliah. Waktu itu ayahnya hanya meminta untuk
sekolah SPG saja setelah lulus SMP agar bisa langsung menjadi guru. Namun, beliau
tidak setuju.
Sutarto adalah orang yang percaya bahwa dengan mengenyam
pendidikan akan bisa merubah nasibnya dan memberikan jalan keluar akibat
pahitnya kehidupan yang membelenggu. Beliau menjadi orang pertama di kampung
halamannya yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Berkat
kesungguhan, beliau menjadi sosok yang berpengaruh di bidang pendidikan,
khusunya di sekolah tempatnya mengajar.
Ya, buku yang mengisahkan perjalanan hidup Pak G. Sutarto
ini terdiri atas 3 bagian, bagian pertama berjudul Mensyukuri Keuntungan Tak
Adil. Kisah yang diangkat pada bagian pertama ini lebih ke pengalaman masa lalu
Sutarto saat kecil hingga remaja yang cukup pahit. Pada bagian kedua berjudul
3M: Menemani, Melayani, dan Membela. Orang- orang yang berjasa besar bagi
kesuksesan Sutarto diceritakan pada bab ini. Bagian terakhir berjudul Stay Hungry, Stay Foolish. Terus lapar (hungry) dan bodoh (foolish) selalu dijadikan motivasinya agar selalu menjadi manusia
pembelajar.
Sedikit demi sedikit bagian demi bagian pada bab satu saya
baca meskipun belum semuanya. Ceritanya yang memang sangat hidup, membacanya
seakan diberi cerita langsung oleh yang bersangkutan, Pak G. Sutarto dan Pak J.
Sumardianta. Kisah pahit, sedih, haru dibalut dengan cara menghadapi sebuah
persoalan yang bijak membuat segala pahit getirny hidup terselesaikan dengan
baik.
Seperti contohnya pada sebuah kisah yang penuh perjuangan
bagaimana beliau baru pertama kali masuk SMA. Kisah dramatis saat Sutarto
mendapatkan celana pramuka diceritakan pada bagian pertama berjudul
"bersiap diri menerima keberuntungan".
Alkisah awal-awal sekolah ia kebingungan mendapatkan seragam
sekolah pramuka. Orangtuanya tidak punya uang untuk membelikanya. Satuasi dan
kondisi serumit apa pun selalu megandung jalan keluar. Baju atasan pramuka waktu
SMP menurutnya masih pantas dipakai. Celananya, ia membujuk simboknya agar
menjual ayam lancur dan uangnya dibelikan kain celana Famatek coklat. Namun
uangnya cukup untuk dipakai menjahitkan kain itu. Untung ada Yu Ngadiyem,
seorang penjual tempe yang bersedia meminjamkan uangnya. Itulah pakaian terbaik
yang pernah Sutarto miliki.
Menghayati kisah demi kisah dalam buku Jatuh 7 Kali bangkit
8 Kali menyadarkan saya tentang sebuah arti kehidupan yang sebenarnya.
Sebenarnya banyak hal yang bisa kita raih dari sebuah kegagalan atau pahitnya
hidup. Salah satunya menurut saya mampu menjadikan pribadi yang bersyukur
karena kegagalan telah menjadikan pribadi yang kuat. Kita juga harus percaya
bahwa rencana Tuhan akan indah pada waktunya. Kesuksesan yang menghampairi
Sutarto saya kira juga buah dari sebuah kegagalan yang membuatnya menjadi
pribadi yang kuat dan tahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar