Membicarakan
tentang pentingnya untuk selalu berbuat baik dan menghargai orang lain, itulah
salah satu dari sekian poin yang saya tangkap dari pembicaraan teman saya pada
kelas motivasi yang diadakan pada Malam Jum’at kemarin (kelanjutan cerita ada yang berbeda). Menjadi sesuatu yang
menarik kiranya karena banyak kiasan-kiasan yang ia gunakan untuk menggambarkan
kondisi ini.
Kejelekan orang
lain kadang lebih terlihat lebih dulu. Kita sering menghiraukan kalau sebenarnya
diantara kejelekan yang nampak itu, ada segudang kebaikan di dalamnya. Ia
menggambarkan hal ini dengan mengambil selembar kertas putih yang dikasih satu
titik hitam dengan spidol di dalamnya. Ia bertanya “teman-teman, apa yang kita
lihat dari kertas ini?” Terbukti, banyak dari kami yang menjawab kalau yang menonjol
dari pikiran kita lebih dahulu ada titik itu. Kenapa kita menyebutkan bahwa
masih ada kertas putih disitu.
Berbeda lagi
ketika kondisinya bertolak belakang, yang mana aktornya adalah diri kita. Kemungkinan
besar kita tidak akan memperlihatkan kesalahan kita kepada orang lain, namun
akan mengagung-agungkan kebaikan yang telah dilakukan yang belum tentu kebaikan
itu jauh lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan kejelekan yang dilakukan. Ya,
akibatnya diantara kita sering sakit hati, baik itu disakiti maupun menyakiti
atau membuat hati orang lain terluka. Keduanya sama-sama tidak baik.
Ia
mengibaratkan kondisi ini dengan seperti halnya gelas kaca yang pecah yang
meskipun berusaha untuk disatukan kembali, masih ada bekas pecahan yang
terlihat. Mungkin senada kondisi ini dengan cerita yang pernah saya baca
tentang kisah paku di dinding. Pada intinya, hati kalau sudah tersakiti atau
dibuatnya luka akan sulit untuk dikembalikan seperti sedia kala.
Solusi yang
bijak sepertinya. Berarti, kita harus selalu berpikiran positif kepada orang
lain. Tidak boleh membuatnya sakit hati. Dan kalau kita sendiri yang disakiti
orang lain, maka jangan sampai ibarat kaca tadi menjadi pecah. Berusaha untuk mudah memaafkannya. Berusaha tetap mengharapkan yang
terbaik untuknya.
Pare-Kediri,
25 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar