Copas status FB-ku
Ceritanya, selepas sholat 'Asar saya diajak teman saya ke Pondoknya, karena mau ada urusan sebentar. Saya
diminta untuk mengantarkannya. Tempatnya berada di Kandangan, Kediri. Sementara
kami berangkat dari Tulungrejo. Agak jauh katanya. Saya juga kurang tahu itu
lokasinya dimana. Saya mengikuti saja arah yang ia tunjukan.
Karena tidak
membawa helm, ia mengarahkan untuk lewat jalan pedesaan. Jalannya sudah
beraspal halus, namun berkelok-kelok. Sepanjang jalan banyak area persawahan,
ada yang ditanami padi, jagung, tebu, dan ada juga yang hanya semak-semak.
"Jalannya
seperti gak ada ujungnya ya kak, jangan-jangan salah jalan saja.Seperti jalan
mau cari harta karun ini ha ha." Begitulah kataku ketika menikmati jalan
yang baru pertama kali saya lewati ini.
"Sebentar
lagi, setelah ini sudah sampai diujung jalan kok. Nanti ada papan petunjuk
arahnya. Ke Pondokku yang belok kiri." Ternyata benar, hanya berjalan
beberapa menit kemudian tibalah di ujung jalan. Disana ada papan petunjuk arah
bertuliskan Pondok Gontor Putri 5 dengan anak panah mengarah ke kiri. "Kak
Diah mondok disini?" Tanyaku penasaran. Waktu berangkat tadi ia hanya
memberitahu kalau mau ke pondok Kandangan, tidak disebutkan tepatnya.
"Iya, ini pondokku." Jawabnya sambil mengarahkan dimana pintu masuk
yang harus saya lewati.
Usut punya
usut, keren juga ini teman. Ia mondok di Pondok Darussalam Gontor Putri 5
Kandangan ini ternyata sudah cukup lama. Kuliah S1 dan S2 ia berada di kampus
pondok itu. Sekarang kuliahnya sudah selesai, tinggal penyelesaian thesisnya.
Ia mengambil jurusan akidah filsafat. Pada saat penyelesain thesisnya itu, ia
berkeluh dengan referensi buku-bukunya yang kebanyakan dari barat. Jadi untuk
sementara ia tidak tinggal di Pondok. Untuk itu, ia sambil mengambil kursus
Bahasa Inggris selama beberapa bulan di Pare. Begitulah sekilas cerita yang
saya tangkap. He he, very pleased to meet
you :)
Sampailah
kami di area pondok. Tempatnya sangat luas. Ia mengarahkan lagi untuk tempat
memakirkan sepeda motor. Kami turun dari motor. Sementara ia masuk ke ruangan,
saya diminta untuk duduk di tempat tunggu tamu. Tamu tidak diperkenankan masuk.
Cukup lama
saya menunggunya. Kebetulan saya tidak bawa HP, jadi mau mainkan HP sambil
menunggu tidak bisa. Akhirnya saya menikmati apa yang sedang saya lihat di
tempat luar biasa itu. Sore itu ada berseliweran para santri, ada yang sedang
menghafal di balik pintu, ada santri yang bertugas membersihkan halaman dengan
berseragam kuning, dan masih banyak lagi yang saya lihat.
Lalu,
pandangan saya merambah kesana-kemari. Sampai menuju pada ungkapan atau
kata-kata indah yang terpasang di setiap bagian atas pintu masuk setiap gedung
disana. Kata-kata itu cukup mudah dilihat dan dibaca, karena ditulis dengan
huruf balok dengan ukuran font yang besar. Sebagian sudah tidak asing lagi.
Kata-kata
yang tertempel di atas pintu masjid tidak terlalu terjangkau oleh mata saya.
Namun sepertinya saya tertantang untuk mengamati kata-kata itu dan membacanya,
syukur kalau saya berhasil memahaminya. Sambil bergumam dalam hati, saya
mencoba membacanya. Memang cukup belibet kata-kata itu untuk saya baca. Setelah
melamunkanya dan mencoba saya pahami, akhirnya saya berhasil membacanya.
"Eka,
yuk pulang. Sudah beres." Ehmmm saya terkejut. Bubar dech lamunan saya.
Selama
perjalanan pulang saya terngiang-ngiang kata-kata itu. Saya bergumam dalam hati
untuk mengingatnya kembali. Saya tidak fokus lagi mendengarkan ia bercerita.
Begini
kata-kata yang saya maksud itu bunyinya. Saya tengah berhasil mengingatnya
hingga tiba di tempat. "BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI. TAKUT MATI JANGAN
HIDUP, TAKUT HIDUP MATI SAJA." He he benar juga ya ...
Begitulah
ceritanya....Sekian ^_^
Takut hidup jangan mati dulu, bertahan, siapa tahu ada hikmah hehe
BalasHapus😊 bener Bund...tapi ga ada pilihannya hehe
BalasHapus