Terdapat
serangkaian kegiatan bernuansa islami yang diadakan sebagian besar tempat
kursus di kampung Inggris Pare pada Malam Jum’at, tak terkecuali di tempat saya
mengajar. Ini menjadi malam Jum’at yang pertama kali saya saksikan, jadi
sekiranya maklum kalau saya cukup terkesan dengan kegiatan yang menurut saya
tidak biasa dilakukan oleh tempat-tempat kursus yang biasa saya jumpai.
Setelah
mengajar sore hari, saya diberitahu kalau ada serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan pada setiap malam Jum’at. Jika bersedia, saya diminta untuk datang.
Saya tidak tinggal di asrama atau camp bersama
siswa dan juga tenaga pengajar disitu, karena katanya sudah penuh. Jadi saya
harus mencari tempa lain. Maka kalau ada kegiatan selain mengajar seperti
halnya yang dilakukan pada malam Jum’at ini, saya perlu info dari teman-teman
atau dengan bertanya.
Sayapun
bersedia datang pada malam harinya. Saya membawa Al-Qur’an dan mukena.
Sebelumnya saya diberitahu kalau ada acara mengaji bersama. Saya membawa mukena
juga siapa tahu akan dilanjutkan Sholat Isya berjamaah.
Ternyata
sampai disana, mengaji bersama -membaca yasin dan tahlil- telah dilaksanakan, tepat setelah Sholat Maghrib.
Mereka yang tinggal di asrama sholat berjamaah, lalu dilanjutkan mengaji
bersama. Saya telat datang. Menuju ruangan saya langsung duduk. Saya tidak tahu
persis kegiatan apa saja yang bakal dilakukan. Saya ikuti saja apa yang ada.
Dengan
didampingi Mr. Gio, yaitu head dari
kursus ini acara demi acarapun mulai dilaksanakan. Yang tadinya lantunan
ayat-ayat Al-Qur’an dan Sholawat diputar, dimatikan terlebih dahulu dan
berganti MC untuk memandu jalanya acara.
Teks
Asmaul Husna dibagikan. Secara bersama-sama, tentunya dengan salah seorang yang
menjadi imamnya, Asmaul Husna tersebut dilantunkan. Ya, Asma-asma Allah itu
tengah berkumandang di tempat kursus, keren bukan? Setelah selesai teksnya
dikumpulkan lagi untuk dipakai pada malam Jum’at selanjutnya.
Acara
dilanjutkan dengan makan bersama. Sebelumnya peralatan makan-makan sudah siap
sedia. Kami membentuk lingkaran dan peralatan makan ditaruh di tengah-tengah.
Setelah membaca Asmaul Husna bersama-sama, dua orang segera maju dan
membagi-bagikan makanan itu. Pertama yang dibagikan minumannya dan selanjutnya
nasinya. Lalu siapa yang masak ini? Karena saya penasaran, sayapun bertanya
pada teman saya yang duduk di sebelah saya terkait makanan itu.
Ada
maksud tersendiri rupanya dari makan bersama ini. Sebagian besar yang berada di
tempat kursus ini adalah orang-orang jauh sana. Ada yang dari Pati, Brebes, Jakarta,
Ternate, Ambon, Sulawesi, dll. Malah jarang yang dari kota Tetangga. Pokoknya
dari wilayah dengan berbeda-beda. Setelah masuk disini, kami menjadi teman tanpa
memandang perbedaan. Saling tanya menanya adalah sesuatu yang mengesankan,
karena menjadi tahu tentangnya.
Kembali ke makanan, bahwa masakan tersebut
adalah wujud saling meghargai. Bagaimana bisa? Setiap malam Jum’at dua orang
dipilih secara acak untuk bertugas memasak di minggu berikutnya. Semua mendapat
giliran, baik siswa mau tentor, baik laki-laki maupun perempuan. Hmmm, saya juga bersiap menunggu
giliran. Bisa tidak bisa, harus memasak. Masakan itu dinikmati bersama dan
tidak boleh ada yang protes. Makanan yang dibagikan harus dimakan dan
dihabiskan. Sebelum menikmati makanan yang disajikan itu, kami berdoa bersama.
Makan
selesai, dua orang yang mendapat giliran tadi dengan sigap langsung membereskan
semuanya. Piring-piring dikumpulkan dan dibawa ke belakang. Tempat kembali
bersih.
Tempat
disulap menjadi sebuah panggung pementasan. Acara ini berada di kelas, namun
tidak menggunakan bangku. Biasanya saat belajar, kami memakai meja belajar lipat.
Panggung pementasan hanya dengan dibatasi meja-meja itu, yang ditata sedemikian
rupa agar ada beda antara panggung dan bukan. Kami duduk membentuk setengah
lingkaran besar dengan menghadap ke pangggung itu.
Acara
demi acara sungguh mengejutkanku. Panggung
itu adalah untuk pementasan oleh dua orang yang bertugas. Mereka juga tengah
dipilih secara acak pada malam Jum’at sebelumnya. Satu orang untuk menampilkan
hiburan dan satu orang lagi untuk memberikan ceita syarat motivasi, baik lewat
pengalaman pribadi, cerita dari buku, refleksi, self-reminder atau yang lain.
Hiburan
yang ditampilkan bisa bermacam-macam juga, bisa menyanyi, membaca puisi, atau
yang lain. Pada malam ini salah seorang teman membawakan puisi. Kalau tidak
salah judul puisinya air mata terakhir.
Pada
kesempatan ini kami tidak perkenankan mengambil gambar atau merekam. Semua HP
dikumpulkan, agar bisa konsentrasi menyaksikan penampilan mereka. Begitu
aturanya. Tepuk tangan meriah diberikan sesaat setelah menutup penampilanya di
sesi entertainment ini.
Lalu,
MC mempersilahkan salah seorang lagi untuk maju. Dengan bahasa gaul ala Yusuf
Mansyur begitu, salah seorang teman ini sangat mengusai apa yang ia sampaikan.
Pembawaanya enak di dengar, memang ia sudah terbiasa dengan Bahasa Indonesia.
Yang ia sampaikan ada bermacam-macam. Untuk catatan dari hasil mendengarkan
cerita mereka, mungkin akan saya tuliskan pada catatan selanjutnya. Insya Allah.
Setelah
selesai, dibukalah pertanyaan dari kami. Kami bebas bertanya apa saja, yang
penting masih seputar materi yang ia sampaikan. Kalau ada ide lain, kami juga
bisa menyumbangkanya.
Terakhir,
sambutan dari Mr. Gio sendiri. Beliau memberikan penjelasan lebih jauh terkait
apa yang teman sampaikan dan juga ada beberapa tambahan yang beliau berikan.
Tepat
pukul 20. 30, acara diakhiri dan ditutup dengan doa. Malam Jum’at yang berbeda
dan sangat mengesankan …
Pare,
23 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar