Segera
mengamalkan ilmu yang telah saya dapatkan adalah keinginan kuat saya setelah
lulus kuliah. Sepertinya banyak teman-teman juga yang terjun ke dunia ini, ada
yang mengabdikan dirinya di TK, SD, SMP, maupun LBB. Saya terkesan sekali pada
teman-teman, lebih utamanya pada mereka yang sudah memberanikan diri untuk
mengajar di sekolah-sekolah.
Entah
kenapa, saya masih belum siap saja untuk mengajar di sekolah. Saya masih takut,
saya takut kalau belum bisa menjalankan tugas saya dengan baik. Saya memutuskan
untuk pemanasan dulu, tidak langsung mengajar di sekolah. Saya mendaftarkan
diri di lembaga kursus. Beberapa lembaga kursus yang saya masuki diantaranya,
Primagama dan GO di Trenggalek dan beberapa kursus Bahasa Inggris yang ada di
Kampung Inggris Pare.
Saya tidak
langsung menyerahkan surat lamaran, namun terlebih dahulu saya bertamu dan
bertanya-tanya. Jika sekiranya memungkinkan untuk merekrut tutor baru, maka
keesokan harinya saya menyempatkan diri untuk datang lagi sambil membawa surat.
Saya tidak tahu, kesempatan mana yang datang lebih dulu.
Setelah menunggu,
akhirnya ada nomor baru masuk dan memberitahukan lewat pesan singkat berbahasa
Inggris yang intinya saya diminta untuk datang ke tempat kursus binaanya di kampong
Inggris Pare untuk adakan test wawancara dan test tulis. Test tersebut
berlangsung kemarin.
Sesuai
dengan kesepakatan, saya meminta untuk datang pukul 10. 30. “Assalamualaikum…Excuse
me Mr, I think I will have got there about at 10. 30 am.” Beliau
mengiyakan. Perjalanan sebelumnya yang telah saya tempuh menuju Pare, Kediri
kurang lebih hampir enam jam. Itu yang pertama kali. Jadi banyak waktu yang
saya habiskan untuk bertanya-tanya arah menuju kesana, belum lagi kalau salah
arah dan harus putar balik. Namun, untuk kali berikutnya perjalanan sudah lancar.
Waktu lima jam setengah bisa saya tempuh dari rumah. Saya berangkat dari rumah
pukul 05. 30.
Kemarin
hujan cukup deras. Saya tetap berangkat dengan senang hati dan semangat. Siapa
tahu kesempatan ini bersahabat di pihak saya. Dari rumah saya membawa bekal
untuk makan siang dan juga baju ganti.
Ternyata
sampai disana pukul 11. 00. Saya langsung menuju ke kantor, lalu meminta izin
untuk menemui Mr. Gio. Saya diminta masuk ke ruanganya. Hmmm pertama
kali berjumpa, saya langsung dihadapkan dengan Bahasa Inggrisnya yang cas
cis cus. Saya kira berbincang-bincang dan wawancaranya pakai Bahasa
Indonesia begitu. Tapi saya tidak nervest waktu ditanya-tanya. Saya
jawab saja sesuai dengan kata hati saya. Banyak pertanyaan yang dilontarkan,
mulai dari pertanyaan personal hingga menyangkut pengalaman mengajar saya,
tentang akomodasi, quality time, dsb. Setelah
berbincang-bincang dan interview agak lama, akhirnya satu tahapan selesai.
Dilanjutkan
setelah Sholat Dhuhur adalah untuk test tulis. Selama istirahat saya menuju
Masjid terdekat, setelah selesai kembali lagi. Saya diberikan soal-soal Bahasa
Inggris yang menyangkut berbagai aspek. Ada sekitar 100 pertanyaan. Ada pronunciation,
grammar, pengusaan kosa kata, translating, dan open question
untuk pengetahuan umum. Hampir dua jam saya mengerjakannya. Tidak semua soal
bisa saya kerjakan. Ada yang sangat mudah, tapi karena lupa akhirnya jadi blank.
Ada juga yang tidak saya kerjakan karena memang belum tahu. Namun, sudah saya
kerjakan semaksimal mungkin, entah bagaimana hasilnya.
Ternyata
tidak selesai sampai disini. Padahal saya sudah mau berpamitan untuk pulang.
Hari itu juga saya masih ingin di test seberapa jauh kemampuan saya untuk meng-handle
kelas. Test microteaching akhirnya dilaksanakan pada hari yang sama. Beliau
menjelaskan kalau ada kelas speaking di jam sore, yaitu jam 4. Kebetulan
mentornya tidak datang, jadi saya diminta untuk adakan test microteaching di
kelas tersebut.
“So,
I will teach in real class Mr?” Saya bingung saja kalau harus mengajar,
karena tidak ada persiapan sebelumnya.
“Yes,
because Mss. Sisil as speaking teacher couldn’t come today, I will give you
chance to change her class.”
Untuk
menunggu jam empat, saya berkekliling-keliling di sekitar kampung inggris Pare
untuk mencari warnet. Saya ingin mencari informasi tentang pengajaran speaking.
Kalau misalnya mengajar pronunciation, grammar, reading atau
writing, saya masih sedikit punya gambaran. Namun untuk speaking
class, saya benar-benar tidak punya gambaran untuk mengajar apa. Kebetulan
hari itu saya lupa membawa HP, jadi repot juga kalau cari informasi mendadak
begini. Ada dua warnet yang saya temukan, pertama yang berada di sekitar kampus
STIKES Karya Husada, namun beberapa kali saya datangi tidak juga buka. Lalu,
ada lagi di tempat lain namun setelah saya tanyakan sudah tidak ada yang kosong
karena telah dibuat untuk main PS.
Buku
yang saya bawa hanya berupa kamus, panduan pronunciation, dan buku grammar.
Di kompleks Kampung Inggris itu ada agen menjual buku-buku Bahasa Inggris. Saya
mencoba mendatangi toko buku itu. Saya langsung saja bertanya tentang buku
pembelajaran speaking. Ia meminta untuk mencarinya di deretan rak buku
nomor dua. Saya menemukan buku yang kiranya cocok untuk sikon saya saat ini.
Tanpa ba bi bu, buku berjudul menarik : 100 Games for Teaching English (Pusparagam
Permainan Seru untuk Mengajar Reading, Listening, spekin, Writing, dan
Developing Vocabulary) saya beli. Saya tidak bisa mengintip isinya terlebih
dahulu, karena masih di bungkus plastik.
Segera
saya larikan buku itu ke mushola SPBU terdekat untuk saya nikmati isinya sambil
istirahat dan menunggu waktu ‘Asar tiba. Buku ini cukup menenangkan saya,
karena sehedaknya saya telah menemukan gambaran tentang pengajaran di speaking
class. Untuk materi yang akan saya ajarkan, masih diberitahukan sesaat
sebelum kelas dimulai.
Dua
jam diberikan sepenuhnya untuk saya dan member yang ada di kelas speaking. Tema
yang kami pelajari adalah seputar Daily Activities. Yups, waktu satu jam
setengah benar-benar sangat menyenangkan. Sudah tidak ada lagi rasa nervest yang
saya rasakan, karena hilang seketika setelah berada di kelas. Meminta mereka
untuk membuat jadwal harianya, lalu mencoba untuk menceritakan kepada teman-temannya.
Di akhir presentasinya, siswa lain harus membuat satu pertanyaan tentang
kegiatan harianya dan ia harus menjawab pertanyaan dari teman-temannya tersebut.
Masing-masing member mendapatkan kesempatan yang sama.
Di akhir, saya memberikan contoh-contoh
pertanyaan tentang daily activities. Ide masing-masing siswa saya tulis
di papan tulis, tapi jika ada susanan katanya yang salah saya memberitahukanya.
Saya sertakan juga jawaban-jawaban dari pertanyaan itu. Sebagai penutup, tugas
mereka adalah membuat pertanyaan tentang daily activites sebanyak-banyaknya
di sebuah kartu dan untuk pertemuan selanjutnya dijadikan acuan untuk
bercakap-cakap dengan temanya. Begitulah gambaran skenario pembelajaran yang
saya susun untuk test microteaching kemarin.
Adzan
maghrib telah berkumandang. Saya berpamitan untuk segera pulang.
“Okey,
for the next information I will text you soon. Take care on the way.”Kata-kata
terakhir beliau setelah saya menyelesaikan serangkaian tahapan test itu.
Secercah
harapan untuk bisa diterima pasti ada, namun tetap saja itu adalah kebijakan
pihak yang bersangkutan. Berdoa saja apapun hasilnya.
Perjalanan
malam saya lalui. Karena sudah terlalu malam untuk pulang ke rumah, akhirnya
saya memutuskan untuk menginap di kos Adik saya. Sedikit ada kendala sebenarnya
perjalanan malam saya kemarin, karena tetiba ban saya bocor. Untungnya beberapa
meter lagi ada tukang tambal ban yang baik hati. Meskipun sudah tutup, bersedia
untuk melayaninya. Akhirnya saya pulang dengan selamat.
That’s
my story …
Tulungagung, 14 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar