Awalnya
saya iseng saja untuk bertanya-tanya tentang Bendungan (merupakan salah satu kecamatan
di Trenggalek) yang konon sangat terkenal dengan Sego Gegog-nya. Sama sekali saya belum pernah menginjakkan kaki
saya disana, karena banyak yang bilang bahwa medan yang harus dilalui sangat
sulit dan jauh. Dengan tahu info seperti itu, membuat saya tidak tertarik untuk
kesana.
Setelah
sekian lama mengurungkan niatan untuk pergi ke Bendungan-Trenggalek tapi belum juga
keturutan, akhirnya kemarin pagi saya bersama teman saya bisa dengan selamat
sampai di tempat tersebut. Pukul 09. 30 kami sampai disana. Karena dari rumah
belum sarapan dan sengaja kami ingin menikmati sarapan dengan Nasi Gegog, jadi
pas sekali untuk pemuas lapar kami pagi itu setelah perjalanan yang lumayan
jauh.
Saya
mengira untuk ke Bendungan, lewat jalur Kampak-Munjungan, ternyata bayangan
saya salah. Cukup mudah medan untuk menuju kesana dibandingkan jalan menuju
rumah saya dan jarak yang harus kami tempuh menurut saya juga lumayan dekat.
Sebelum
berangkat, saya cari info tentang tempat tersebut kepada teman saya yang
katanya sudah pernah kesana.
“Itu lho, Sampean lewat Trenggalek kota, sampai di alun-alun ambil
arah ke Bendungan. Sudah sampean ikutin saja jalur itu.”
“Lha,
nanti cari Nasi Gegoknya gimana?”
“Kalau
sudah sampai di Bendungan, akan ada warung-warung di pinggir jalan Mbak, Nasi
Gegok-nya dijual disitu. Kira-kira 20-menitan dari alun-alun Trenggalek”
Info
tersebut tentunya sangat membantu bagi saya dan sepertinya jalurnya juga
tidak muluk-muluk amat.
Sekitar
pukul 08. 15, saya bersama seorang teman berangkat. Satu jam perjalanan menuju
Trenggalek kota. Mendekati alun-alun, saya memastikan arah ke Bendungan
dengan bertanya kepada salah seorang satpam yang sedang berjaga di sebuah
pertokoan. Sebenarnya sudah yakin
benar, karena saya telah mengikuti papan petunjuk arah, hanya ingin memastikan
saja. Ia dengan senang hati memberitahu kami.
Setelah
melewati pusat kota Trenggalek, lalu menyusuri jalan menuju Bendungan,
pemandangan berubah drastis. Yang semula banyak rumah-rumah dan pertokoan yang
mengihasi pinggir jalan dan kendaraan yang berlulu-lalang, setelah berjalan
beberapa kilo menuju Bendungan pemandangan tersebut tidak ditemukan lagi. Jalan pegunungan menanjak dengan udara segar yang masih
sangat alami khas pedesaan menyambut kedatangan kami. Meskipun jalan pegunungan
menanjak, bekelok-kelok, jangan salah medannya sangat mudah ditaklukan karena sudah
beraspal halus. Namun harus tetap berhati-hati.
Tidak ada 20 menit dari Trenggalek kota, kami
sudah sampai di komplek warung-warung di pinggir jalan yang rupanya tempat Nasi Gegog
dijajakan. Saya mulai berjalan lambat-lambat.
Lokasi warung tidak seperti di Kota yang
berdekatan satu sama lain, jadi antara satu warung dengan warung yang lain
jaraknya jauh, berjalan beberapa meter kemudian baru menemukan warung lagi.
Setelah menemukan warung yang menjual Nasi
Gegok, kami tidak langsung berhenti, tapi terlebih dahulu mengamatinya,
sekiranya ada yang tempatnya cukup nyaman dan ramai kami baru berhenti. Setelah
sampai di depan SD Srabah, saya balik arah. Dari beberapa warung Nasi Gegog
yang kami lewati, kami memutuskan untuk berhenti di warung “Sego Gegok Mbah'
Tumirah Desa. Srabah Kec. Bendungan”, begitulah tulisan dalam banner yang
terpajang cukup besar di depan pintu masuk warung.
Saya parkirkan motor Saya di halaman, lalu menuju
ke warung. Terlihat disana sudah ada beberapa pembeli yang menikmati Nasi Gegog
di pagi itu. Seorang Ibu menyambut kedatangan kami. Sayapun segera
memberitahunya kalau kami ingin Nasi Gegog.
“Bu, tumbas Nasi Gegog, maem mriki?”
“Pinten Nduk?”
Saya juga baru tahu kalau ketika ada pembeli,
Nasi Gegog mendadak diambilkan dari dalam, tidak langsung disediakan di meja.
Baru setelah memesan, Ibu itu akan mengambilkan sesuai pesanan.
“Sekawan rumiyen mawon Bu.”Ya, empat bungkus
untuk dua orang, karena memang porsi bungkusanya tidak terlalu besar. Mungki
saja satu orang akan menghabiskan dua hingga tiga bungkus Nasi Gegog.
Ibu-nya juga menawarkan kepada kami gorengan
(Tahu Bulat Goreng, Tahu Kotak Goreng, dan Tempe Goreng) sebagai lauk makan
Nasi Gegok. Kami mengiyakannya. Sebenarnya kami juga ditawari unjukan atau minuman. Karena kami sudah
siap sedia Air dari rumah, jadi untuk minumnya tidak pesan. Karena semua sudah
siap dan tinggal ambil, tidak lama kemudian pesanan kami datang. Hmm, belum makan saja, sudah terbayang
nikmatnya!
Saya akui dibandingkan dengan makanan-makanan
pada umumnya, seperti Bakso, Soto, Lodho, Sate, Nasi Gegok tidak ada yang spesial,
karena masih sangat tradisional. Tapi, disinilah letak keunikanya. Ketika
makanan-makanan modern sudah menjamur di berbagai tempat, Nasi Gegok tetap
eksis saja, dan juga masih banyak peminatnya. Terutama di daerah Bendungan
sendiri, makanan ini ternyata masih menjadi menu makanan sehari-hari mereka.
Ini yang pertama kalinya saya makan Nasi
Gegok dengan datang ke pusatnya langsung, jadi rasanya masih asli (No filter he he). Sepertinya, setelah mencoba yang
pertama ini, lain waktu akan ketagihan untuk mencobanya lagi.
Seperti yang saya katakan diatas bahwa tidak
ada yang spesial dari Nasi Gegog bila dibandingkan makanan seperti Bakso, Soto,
Sate, Lodho, dll. Namun, Nasi legendaris ini sungguh punya keunikan tersendiri
yang tidak ada duanya. Bahkan dari ciri khasnya yang sangat tradisional inilah
letak kenikmatanya.
Dalam sebungkus Nasi Gegog, tentu ada
Nasinya, selain itu ada lauk yang menyertai, yaitu sambel teri dan ada campuran
tempenya yang diris kecil-kecil. Nasi yang dimasak setengah matang kemudian
dibungkus Daun Pisang bersama lauk tersebut, lalu dikukus. Ketika makan Nasi
gegok, maka akan merasakan sensasi aroma dan rasa yang alami dari Daun Pisang yang membuat cita
rasa Nasi Gegog yang tampak sederhana itu menjadi kaya rasa. Tambah maknyuss lagi, karena lauk yang
menyertai Nasi Gegok itu dimasak dengan rasa yang lumayan pedas.
Nasi Gegog sendiri dibandrol dengan harga
yang sangat murmer, cukup Rp. 2. 000,- saja sudah bisa mendapatkan satu bungkus
Nasi Gegog yang sangat nikmat dan mengenyangkan.
Setelah selesai menikmati Nasi Gegok yang
langsung kami makan di tempat, tak lupa juga membeli untuk dibawa pulang.
Diberikan kepada teman-teman yang notabene belum mengenal makanan yang enak dan
unik ini.
Saya kira, makan Nasi Gegog di warungnya
langsung lebih nikmat. Lokasi warung yang berada di daerah pegunungan yang
masih asri dan segar, membuat menyantap Nasi Gegog ada kesan tersendiri.
Doc. Pribadi: Penampakan sebungkus Nasi Gegok
Tulungagung, 12-13.05.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar