Koran Surya edisi 19.05.2016
Alhamdulillah,
kesempatan membahagiakan datang kembali di malam ini. Catatan sederhana saya
yang saya kirimkan ke redaksi Surya beberapa waktu yang lalu, malam ini dimuat
di laman Koran Surya rubrik Citizen Reporter. Ya, itulah salah satu rubrik yang
saya akui telah memberikan peluang mudah untuk belajar menulis bagi siapa saja, tak terkecuali (yang sudah mahir
menulis dan menulis di rubrik ini juga tidak kalah banyak). Menariknya belajar
menulis disitu, bonus nangkring di Koran rubrik CIPO bersama teman yang
lainnya, asyik kan! he he. Yang
terpenting adalah punya kemauan untuk menulis…beneran lho, yang bagi saya itu tidak mudahhh dan masih harus dipaksakan.
Meskipun kelihatanya sepele, kalau tidak menulis yang tidak bakal bisa, ya
iyalah berarti kalau tidak menulis kan juga tidak ada tulisan yang dikirim.
Sebelumnya,
tidak mengira jika tulisan yang pertama kali saya kirim di redaksi Surya menjadi HL, telah
kuungkapkan rasa senang saya di sini. Tapi, mungkin itu hanya kebetulan saja.
Jika tidak kebetulan bisa jadi untuk tulisan selanjutnya juga jadi HL, he he.
Rubrik
CIPO edisi 19 Mei 2016 itu memuat tiga jenis tulisan dengan latar belakang
penulis yang berbeda dan tentunya ide yang ditulisnya pun juga berbeda. Beberapa waktu
yang lalu saya berkesempatan untuk merasakan kuliner khas kota tercinta yangpertama kalinya. Tentunya, menjadi hal menarik untuk saya abadikan di blog,
sekaligus untuk ide latihan menulisku.
Sekalian
tulisan tersebut saya kirimkan ke Pak. Nurani Soyomukti, pengggas salah satu
komunitas literasi di Trenggalek. Sebelumnya beliau memberitahukan lewat pesan
fesbuk yang intinya diajak untuk meramaikan web baru yang dibuatnya. Sepertinya
cocok dengan tema blognya tentang Trenggalek, akhirnya saya memutuskan untuk mengirimkan.
Sebelumnya sudah ada beberapa tulisan
dari teman-teman yang dimuat disana, jadi tulisan ini sudah yang kesekian
kalinya.
Membaca
tulisan orang lain yang bernas, bagus, berisi, membuat saya selalu minder alias isin setiap kali ingin menulis bersama. Sebelumnya saya sudah bilang jujur ke beliau
sebelum memberikan catatan saya, kalau hanya tulisan sederhana saja, karena
masih belajaran. Namun, ternyata dibilang tidak apa-apa karena masih akan
diedit sebelum dimuat di blog. Ya sudah…sehari sebelumnya muncul dech.
Setelah
itu, Saya iseng untuk mencoba mengirimkanya di rubrik CIPO Surya, yang tentunya harus
diedit ulang, karena ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, seperti
harus sesuai kaidah penulisan berita 5W1H, jumlah kata yang terikat, dll.
Adakalanya Saya malas melakukan hal ini, karena saya mau tidak mau harus
menjadikan tulisan yang bebas jadi itu
menjadi tulisan yang terikat dengan aturan, harus dibuatnya menjadi lebih
singkat, padat, dan jelas. Hmmm,
kadang saya merasa keberatan untuk menghapus satu per satu, kata demi kata
untuk mencapai jumlah kata yang dianjurkan. Saya merasa kata-kata yang telah
saya tuliskan itu penting semua, padahal hanya perasaan saya saja, yang
ternyata itu secara tidak sadar banyak pemborosan kata yang saya gunakan
disana. Setelah sudah jadi dan siap dikirim dan saya baca berulang-ulang
intinya akan sama dengan tulisan sebelumnya meskipun tulisannya menjadi
singkat. The Longer is Better tidak
berlaku dalam hal ini.
Begitulah
perjalanan sebuah tulisan itu, yang pada akhirnya dimuat (meskipun) di Koran
Surya rubrik CiPo itu menjadi kesan tersendiri.
Untuk
HL di laman Koran Surya edisi kemarin itu ditulis oleh seorang mahasiswa
pascasarjana UM yang dengan menarik menceritakan tentang perjuangan penarik perahu penyeberangan di Sungai Kalimas yang tetap bertahan di tengah gempuran zamanyang kian mejadi-jadi. Urutan kedua, saya tidak meyangka kalau akan bertemu
Pak. Eko Prasetyo di laman yang sama pada rubrik koran ini. Bapak penulis tersebut
memang kerap kali muncul menghiasi Koran, terlepas dari Koran Surya yang juga
seringkali menjajaki HL rubrik ini.
Perjumpaan saya yang pertama kali dengan beliau waktu itu, telah memberikan suntikan gizi literasi,
khususnya dalam pribadi saya, sehingga rada gimanaa
ketika mengetahui tulisan saya ada bersama beliau dalam satu laman Koran Surya
edisi 19 Mei 2016 itu, he he. So Sorry Bapak, nama penjenengan disebut-sebut.
Tulungagung,
20.05.2016
semangat terus yaa
BalasHapusInsya Allah Bund, hehe terima kasih
BalasHapus