Sebenarnya
sudah beberapa kali saya datang ke Kota Kediri, sayangnya belum pernah saya
mampir di taman Simpang Lima Gumul (SLG). Bahkan ketika saya melewati kompleks
simpang lima, tidak sempat berhenti dan menikmati tempat tersebut. Malah, ada orang
yang bilang “Tandanya pergi ke kota Kediri, kalau sudah bersinggah di monumen SLG.”
Sebagai wisata ikonis Kota Kediri, memang sayang sekali kalau ke Kota Kediri, tidak mampir ke SLG.
Setelah
selesai menghadiri sebuah seminar kepenulisan di STAIN Kediri, saya berencana mengajak
teman yang rumahnya Kediri untuk jalan kesana. Sebelum datang ke Kediri, saya sudah
menghubunginya kalau akan ke rumahnya selepas acara. Dengan senang hati ia mengiyakannya.
Setelah
acara selesai, saya langsung SMS dan menanyakan posisi rumahnya. Ia bilang rumahnya di Pesantren, Kediri. Untuk kesana, Saya
diminta untuk menanti di depan SMAN 4 Kediri, lalu teman saya akan
menjemput.
Karena
belum tahu persis tempatnya dimana, saya bertanya Pak. Satpam dulu sebelum
meninggalkan kampus STAIN Kediri. Beliau sangat baik hati, karena tidak hanya
menunjukkan arah-arahnya, tetapi sampai bersedia menggambarkan denahnya. Untuk
ke Pesantren, kami harus mengambil arah menuju RS. Baptis. Setelah ketemu
rambu-rambu RS. Baptis, kami harus ambil arah belok kanan, maka SMAN 4 Kediri tidak
ada 1 KM, berada tepat di sebelah kanan jalan.
Ternyata
tidak terlalu jauh perjalanan yang kami tempuh, sekitar 15 saja kami sudah
sampai di SMAN 4 Kediri. Kami menanti di depan sekolah, kebetulan ada tempat
duduk disana.
Setelah
menunggu beberapa menit, teman kami datang. Kami berada di belakangnya, mengikuti
arah jalan pulang. Setelah meewati belok kanan, belok kiri berkali-kali,
sampailah kami di rumah teman.
Cukup
lama kami di rumahnya, karena menunggu waktu Sholat ‘Asar tiba. Selepas Sholat ‘Asar,
kami bersama-sama berangkat ke SLG. Dari rumah teman saya, tidak ada 15 menit
sudah sampai.
Sore
hari di SLG, suasana tampak ramai. Tempat parkir sudah dipadati oleh
kendaraan bermotor, mobil, dan beberapa bus pariwisata. Apalagi saat kesana menjelang malam minggu, sehingga lebih ramai dari hari-hari biasa. Di
sekitar area parkir yang cukup luas, para pedagang mulai membuka lapaknya.
Kulirik, berbagai masam barang dagangan dijual disana, mulai souvenir, makanan,
minuman, camilan, pakaian, dll. Untuk masuk ke monument SLG, kami tidak
dipungut biaya tiket masuk, namun hanya membayar parkir (motor) sebesar Rp. 2.
000,-.
Setelah
parkir motor, kami langsung menuju pintu masuk monument SLG, dengan melewati
terowongan bawah tanah. Sore itu banyak juga orang-orang yang baru masuk.
Sampai
di taman SLG, sudah banyak sekali pengunjung yang meramaikan suasana sore itu. Mungkin sekalian
mereka semua akan menikmati malam Minggunya di SLG ini. Ada yang bersama
rombongan keluarga, bersama pasangannya, dan bersama teman-temannya.
Disini, kami
tertarik untuk mengabadikan gambar dari taman hijau nan bersih membentang tepat di sebelah
tugu SLG.
Sebenarnya
pas sekali mengabadikan mentari sore dari
sini, sayangnya waktu itu mendung pekat menggelayut di langit sore Kota Kediri ketika itu,
jadinya pesona senja tidak bisa kami rasakan. Namun, menikmati megahnya monumen
bersejarah SLG sudah lebih dari cukup.
Cukup
lama kami duduk santai di taman SLG, karena kami berencana menikmati suasana SLG
di malam hari. Kata teman saya, saat malam hari tiba, kita akan disuguhi bangunan SLG
yang sangat cantik, temaram lampu penerangan malam semakin menambah
keindahannya.
Waktu
semakin malam, langit pekat akhirnya membuncahkan segala isinya. Hujan yang
sangat lebat turun disertai angin dalam waktu yang cukup lama. Banyak
pengunjung yang semula berfoto-foto sambil menikmati seuasa SLG, mendadak riuh
untuk mencari tempat berteduh. Kami mencari tempat duduk yang nyaman untuk
menunggu hujan reda.
Sekitar
pukul 18. 00 hujan sudah semakin reda. Kami langsung menuju tempat parkir dan
segera kembali.
Sebelum
perjalanan pulang, terlebih dahulu kami ke rumah teman saya
lagi karena belum berpamitan dengan kedua orang tuanya. Karena hujan lebat, kami harus
melewati jalanan tertentu yang genangan
airnya cukup tinggi.
Ketika
ingin berpamitan sempaat kami tidak diperbolehkan, namun kami memaksa untuk
pulang. Akhirnya setelah Sholat Maghrib dan suasana sudah cukup terang , kami
melakukan perjalanan pulang.
Kondisi
jalan cukup licin, suasana jalanan juga ramai, dan keadaanya sudah malam, saya
mengendari sepeda motor dengan kecepatan sedang. Pelan-pelan yang penting
selamat. Selama diperjalanan menuju ke rumah, kami diiringi dengan rintik
hujan. Tetapi, sampai perbatasan Kediri-Tulungagung tidak ada bekas turun
hujan, suasana terang benderang. Hampir
satu jam setengah perjalanan malam kami tempuh dan Alhamdulillah selamat sampai rumah.
memperlihatkan tugu seluruhnya
Diatas rumput menghijau nan bersih di bawah langit sore Kota Kediri
Menikmati senja yang gagal, karena mendung terlalu pekat
menggelayut di langit sore
Masih dengan latar belakang tugu SLG
Diatas rumput hijau
Tulungagung, 02 Mei 2016
asyik aja lah klo jadi mahaiswa...hehehe
BalasHapusAlhamdulillah bisa menunggu bedug maghrib ditemani hujan. Indahnya dunia mhs
BalasHapusjadi kangen jaman mahasiswa :-)
BalasHapus