Doc: Sumber Gambar
Tiga minggu
berjalan ini asaya tinggal di sebuah desa yang menurut saya sangat mengesankan,
yaitu Desa Tulungrejo, Pare-Kediri. Sebuah desa yang terkenal dengan lembaga
kursus Bahasa Inggrisnya. Karena saking banyaknya tempat kursus dan lembaga
pendidikan Bahasa Inggris yang berdiri, itulah mengapa desa ini dijuluki
sebagai Kampung Inggris.
Mulai memasuki
Kecamatan Pare, belum ada tanda-tanda adanya ada kursusan Bahasa Inggris disana.
Setelah berjalan beberapa kilo kemudian akan menemukan sebuah gapura yang terlihat
sudah tua bertuliskan “Selamat Datang di Kawasan Kampung Inggris Ds. Pelem Kec.
Pare Kab. Kediri”. Ucapan selamat datang itu masih berada di jalan besar dan
masih ada beberapa kursus saja yang berdiri di desa itu. Yang menjadi tanda
pertama kali kesana selain gapura itu, juga tugu garuda. Setelah berada di
perempatan tugu garuda itu, maka saya ambil jalan lurus. Masuklah di Desa
Tulungrejo.
Di desa itu
ada beberepa gang jalan yang sangat ramai, karena disitu berjajar-jajar tempat
kursus dengan berbagai keunikanya. Lewat pengamatan saya selama ini, gang itu
antara lain berada di Jl. Kemuning, Jl. Brawijaya, Jl. Anyelir, dan Jl. Seruni.
Yang saya perhatikan sejauh ini masih sebatas di jalan itu. Saya bertempat
tinggal di Jl. Seruni sementara mengajarnya di Jl. Briwijaya. Jadi kalau
berangkat atau pulang bisa lewati
jalan-jalan itu.
Selain
tempat-tempat kursus yang menjamur di desa itu, juga saya perhatikan pertokoan
atau penjual jasa sangat banyak disana. Bahkan setiap rumah mesti ada sesuatu
yang diperdagangkan. Ada yang menjual aneka makanan, bisa memilih mulai makanan
yang ringan hingga yang berat, dari yang murah hingga yang elit. Karena banyak
yang datang ke kampung Inggris berasa dari luar kota bahkan luar jawa, maka
bisnis kos atau camp sangat menjanjikan. Ada kursusan yang langsung menyediakan
asrama ada juga tempat kos biasa. Jenisnyapun juga bermacam-macam, mulai yang
kos murah hingga yang mahal.
Ada lagi banyak
rumah-rumah yang membuka jasa penyewaan sepeda onthel. Puluhan bahkan ratusan
sepedha onthel berjejer di halaman rumah lengkap dengan harga sewa. Sempat saya
baca di papan, harganya 50 rb-70 rb untuk sewa satu bulannya. Maka, menjadi
pemandangan yang sangat menarik ketika banyak orang, khususnya peserta kursus
yang memanfaatkan onthel sebagai kendaraan menuju tempat kursusnya. Aktivitas
ekonomis ini menjadi pemandangan sehari-hari dan tidak bisa dipisahkan. Suasana
yang asri dan ramah lingkungan pun menjadi daya tarik tersendiri di kampung
Inggris.
Masih banyak lagi yang bisa ditemukan di desa itu, ada beberapa agen travel, toko buku, dll. Pada
intinya, segala kebutuhan warga desa dan peserta kursus sudah tersedia di area
itu, sehingga tidak perlu keluar area kampung Inggris.
Ada
yang menarik lagi. Desa ini menurut saya tingkat religiusnya tinggi. Kenapa
saya bisa katakan begitu? Saya menyusuri gang-gang jalan di desa itu, telah
kutemukan banyak masjid. Coba itu dalam satu desa saja. Beberapa masjid
pernah saya singgahi. Yang paling sering adalah masjid Darul Falah yang berada di
Jl. Anyelir.
DI desa ini, ketika menjelang waktu sholat tiba, nuansa religiusnya sangat
terasa. Gema ayat suci bersautan, adzan, tarhim, dan masih banyak lagi yang
dilakukan oleh pengurus masjid menjelang waktu sholat dimulai. Selain masjid,
juga berdiri beberapa pesantren.
Waktu
Shubuh menjadi sangat bertolak belakang dengan keadaan di rumah. Jarak masjid
atau mushola yang cukup jauh dari rumah penduduk, adzan tidak selalu terdengar.
Sunyi. Berbeda ketika disini, satu jam sebelum masuk waktu Shubuh sudah ada suara
dari beberapa masjid yang mulai menggema. Tidak jarang saya bangun ketika
mendengarnya. Sholat Subuh tiba, seruan adzan meramaikan pagi disini.
Sangat-sangat ramai. Sayapun menjadi tidak biasa Sholat Subuh telat disini. Malah
menjadi semangat dan segera bergegas menuju masjid terdekat.
Pada
suatu hari memang saya bertanya-tanya dengan tempat ini, kalau tidak salah saya
mengenal waktu awal-awal kuliah dulu. Ada beberapa teman saya yang pernah
mengambil kursus disana dan bercerita. Rasa penasaran itu, sedikit demi sedikit
akhirmya bisa terbayarkan. Semoga tempat ini bisa membawa keberkahan, untuk mencari pengalaman dan belajar.
Pare,
27 September 2016