Empat
tahun bukanlah sesuatu yang mudah begitu saja untuk dilalui, banyak tantangan tersendiri
yang harus dilalaui. Memang, terkadang menghadapinya membuat diri ingin menyerah saja. Tetapi, itulah
falsafah dari perjuangan. Kita dituntut untuk “tidak menyerah begitu saja,”
Kamis, 21
Juli 2016 menjadi momen penting bagiku. Sebuah episode yang begitu dinanti
sebagai ujung dari perjuangan menempuh studi pada jenjang ini, yaitu ujian
skripsi Alhamdulillahirabbil'alamin…tiada
kata yang patut dan pantas saya ucapkan selain kata syukur kepada Allah.
Syukran ya Rabb atas segala yang Engkau berikan, atas segala kesempatan dan
kemudahan.
Tentu
dihari itu diliputi dengan perasaan campur aduk, antar senang, deg-degan, semangat,
dan was-was. Arrrghh … rasanya saat-saat seperti ini membuat serba sesuatu. Do'aku...
semoga saya bisa melewatinya dengan baik, Aamiin yaa Rabbal'alamin
Sesuai
dengan jadwal ujian yang telah ditentukan, saya mendapat giliran di siang hari
tepat jam 14. 00-15.00. Saya tidak berangkat terlalu mepet dengan jadwal yang
telah ditentukan, karena pengalaman yang sebelumnya ada beberapa teman yang jadwal
sidangnya dimajukan.
Pukul
satu tepat saya berangkat. Di waktu tersebut seharusnya teman saya yang
mendapat giliran sidang sebelum saya sudah memasuki ruang ujian. Karena belum
ada peguji yang memasuki ruangan, akhirnya harus menunggu. Beberapa menit
kemudian, satu penguji datang. Menunggu lagi dua penguji yang lainya. Karena
sudah hampir setengah jam belum kunjung datang juga, akhirnya teman saya
berinisiatif menghadap beliau untuk menanyakan apakah tetap menanti atau bisa
dimulai. Beliau memutuskan untuk menanti saja.
Setelah
ditunggu, jam 13. 52, satu penguji datang , tinggal satu penguji lagi. Padahal
waktu tersebut seharusnya sudah giliran peserta ujian berikutnya yang memasuki ruang
ujian, namun karena molor, jadi harus menunggu lebih
lama. Sudah dipastikan satu penguji lagi tidak bisa hadir, yaitu Prof. Imam Fuadi
dan waktunya juga sudah mepet akhirnya ujian segera dimulai. Teman saya akhirnya
memasuki ruang ujian.
Tidak
ada satu jam sudah selesai, tibalah saya yang memauski ruang ujian. Ambil nafas
dalam-dalam, lalu bersiap menghadap dua penguji yang super keren. Yang
disayangkan, terasa ada yang kurang karena Prof. Fuadi yang menjadi penguji
utama saya tidak hadir. Secara otomatis meskipun sudah diuji oleh kedua penguji,
tetap saja harus konfirmasi dengan beliau, apakah harus ujian ulang atau tidak.
Pertama, dosen pembimbing saya selaku sekretaris penguji terlebih dahulu meminta saya untuk bedo'a. Setelah itu, saya diminta untuk mempresentasikan penelitian saya, lalu beliau melontarkan beberapa
pertanyaan. Waktu presentasi dan menjawab pertanyaan dari beliau, saya tidak
merasa grogi atau takut, saya merasakan santai seperti biasa. Dijawab dengan
penuh yakin dan tenang.
Setelah
giliran dosen penguji saya yang super keren, Mr. Sukarsono yang saya selalu salut dan ngefans dengan ilmu linguistiknya. Kemudian beliau bertanya mengenai
materi yang dihubungkan antar beberapa materi dalam penelitian barulah membuat
otakku mesti berputar keras mengingat-ingat kembali beberapa konsep penelitian
yang selama ini menjadi acuan dalam mengerjakan skripsi ini.
Hufft…disinilah
saya makin merasakan serba kurang. Ternyata masih banyak yang harus
dikaji, masih banyak yang harus saya
pelajari, dan masih banyak yang tidak kuketahui. Yah, disinilah terlihat letak
kekurangaku, “kurang mengkaji”. Saya menjadi tersadar atas "ketidaktahuanku".
Saya sebenarnya malu pada diriku sendiri, tetapi tidak mengapa ketidaktahuan
itu menjadikan saya sadar bahwa saya perlu harus terus belajar.
Terima kasih
pembimbing dan pengujiku... ujian ini betul-betul sukses membuatku berpikir
keras dan sukses membuatku makin sadar "semua masih harus berproses dan masih
perlu terus belajar, tidak cukup diakhiri sampai pada episode ini saja.”
Tulungagung,
22-07-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar