Berbicara skripsi, sepertinya tak lain
menyangkut dengan revisi, dosen pembimbing, persiapan sidang, dll. Kini aku
tengah mengalaminya. Bermula dari pengajuan judul sekaligus mengumpulkan
proposal. Lalu, mendapatkan dosen pembimbing, melakukan seminar proposal,
bimbingan intens, revisi, dan masih banyak lagi.
Studi pustaka (Library Research) adalah riset yang saya ambil. Hmmm, saya ambil itu tidak terlepas karena minat dan
ingin saja.
Data penelitian tidak saya peroleh dari lapangan melainkan
dari analisa teks atau wacana. Disinilah sisi lain yang saya maksudkan, yaitu
berkaitan dengan teks atau dokumen yang saya pakai sebagai subjek penelitian.
Ada apa dan mengapa?
Sekitar satu bulan yang lalu saya
menghubungi salah seorang dosen mata kuliah di kampus. Saya mendapat info dari
adik tingkat, kalau yang mengajar mata kuliah yang saya maksudkan, argumentative writing adalah Mr. X.
Syukurlah, karena pengalaman saya diajar oleh beliau sangat bersahabat, beliau care dengan mahasiswanya, jadi saya cukup
tenang ketika akan menghubungi beliau.
Ternyata butuh beberapa kali pertemuan
dengan beliau (hanya) untuk meminta students’
work mahasiswa. Untuk pertemuan pertama saya tidak menghubungi beliau,
langsung menemui di kelas saat mengajar. Saya tahu kelas mana yang diajar saat
itu, karena telah bertanya. Jadinya surprise
dech bertemu beliau. Saya berbicara baik-baik dengan beliau tentang maksud
dan tujuan saja. Mr menerima dengan baik, bahkan memberikan kesempatan kepada
saya untuk menghubungi beliau jika ada yang ingin dibicarakan lagi.
Pertemuan kedua, saya menerima students’ work dari beliau, saya
diminta untuk membacanya dan segera mengembalikan karena belum dikoreksi.
Segera saya FC lalu menemui beliau lagi untuk mengembalikan. Rupanya masih
kurang puas dengan data yang peroleh, sambil mengembalikan saya bertanya lagi
apakah masih punya SS’ work lainya. Beliau
yang baik hati tidak mengatakan saya seenaknya sendiri, malah menceritakan
semua tugas-tugas yang telah beliau berikan ke mahasiswanya.
Pertemuan
berikutnya saya diminta untuk menemuinya lagi. Semua tugas siswa yang
beliau berikan dibawa ke kampus dan diminta untuk membawa semua, saya bebas memilih
yang mana. Lalu, menemui beliau lagi untuk mengembalikan.
Tidak cukup sampai disini. Sesui dengan
rencana, saya ambilkan sample penelitian secara merata dari semua kelas. Kebetulan
Mr. X hanya mengajar satu kelas saja, untuk beberapa kelas yang lain diampu
oleh Mrs. Y dan beliau adalah dosem pembimbing saya. Berkali-kali tatap muka
dengan beliau, sekedar mau menayakan tugas siswa rasanya berat sekali, seperti
ada yang menarik lidah saya ketika ingin minta ijin atas hal itu. Huh takut sebelum waktunya. Beberapa
minggu yang lalu, saya memberanikan diri untuk ngomong. Alhamdulillah
ditanggapi dengan baik, namun saya tidak berhasil mendapatkan tugas siswa itu,
karena terlanjur sudah dikoreksi. Beliau tidak mengijinkan saya meminjamnya.
Setelah mendapat kepastian itu,
pekerjaan siswa yang saya dapatkan dari Mr. X itulah yang segera saya eksekusi, dengan
membaca dan mengkajinya, serta mencatat informasi-informasi yang saya perlukan
sebagai data mentah penelitian.
Menikmati apa yang saya kerjakan itu
adalah sebuah keharusan, agar saya bisa senang melakukannya. Begitu juga dengan
melakukan analisa wacana dari tugas siswa. Lembar demi lembar akhirnya selesai
saya analisis, tinggal meminta validasi pembenaran kepada beberapa teman dan
juga dosen yang ahli dibidangnya. Syukurlah, satu per satu dari mereka telah
saya hubungi, dan mengiyakannya.
Tidak hanya itu, sisi lain yang lainya
adalah saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan menarik, sekaligus bermanfaat
dari argumentative writing yang
ditulis siswa. Topik yang Mr. X berikan ternyata juga cukup cocok di kalangan
para mahasiswa dan bisa memberikan peluang sebesar-besarnya kepada mahasiswa
untuk beragumen dan menguatkan argumennya, yaitu tentang matchmaking. Tak jarang orang tua menginkan anaknya untuk hidup
bahagia di masa depannya, yang akhirnya orangtua berusaha mencarikan jodoh terbaik
untuk mereka. Namun, tak jarang juga yang tidak setuju, karena mungkin mereka
sudah punya pacar atau tidak cocok dengan pilihan orang tuanya. Kadang tidak
serta merta orang tua juga menyetujui dengan pilihan anaknya, namun tidak semua
anak juga bersedia jatuh pada kehendak orang tuanya, akhirnya beberapa masalah
muncul, seperti eloping, the forbidden love, married without parental consent, dll. Hmmm, kiranya menjadi topik yang debatable bukan? he he.
Setiap mahasiswa punya sudut pandang
yang berbeda, baik pro atau kontra. Menikmati kata demi kata, kalimat demi
kalimat, paragraph demi paragraph, tulisan demi tulisan menjadi tidak lagi
terasa membosankan.
Every sign has meaning
selamat menempuh tugas besar
BalasHapusTerimakasih...Hee tugas kebesaran Bund 😊
BalasHapus