Tidak jarang
aku membuat target membaca, sehingga pada kurun waktu tertentu saya bisa
mengatamkan buku yang ingin kubaca itu. Sebagai orang yang masih belajar membaca, kadang target tersebut memang bisa membuat semangat pacu membacaku tinggi,
apalagi tepat pada buku yang kugandrungi. Jadi, tepat hari yang kutargetkan
bisa selesai.
Membaca
dalam kurun waktu yang telah saya tentukan kadang juga terasa lama sekali,
padahal sebenarnya tidak lama-lama amat. Halaman buku serasa tidak ada habisnya.
Saya telah merasa bosan dengan buku bacaan yang tengah ada dalam genggaman.
Kalau sudah begitu, meskipun buku yang kutargetkan khatam belum selesai, maka
sesegera aku beralih ke buku yang lain.
Selama bulan
puasa ini, sengaja beberapa target membaca kubuat, khususnya membaca Al-Qur’an dan
juga membaca buku. Entah, aku ingin saja. Sehari sebelum puasa kemarin,
aku usahakan untuk mengkhatamkan membaca Al-Qur’an, sehingga di bulan puasa
saya bisa mengawali membaca Al-Qur’an dari awal lagi dan berusaha untuk
membacanya sesuai dengan target yang telah saya tentukan. Begitu juga dengan
membaca buku bacaan, saya memilih-milih dan menyiapkan beberapa buku yang ingin saya baca selama bulan puasa. Lebih banyak saya lakukan pada saat menanti bedug maghrib,
selepas tarawih, dan selepas sahur sambil menantikan adzan Subuh.
Bacaan ringan selama puasa
Puasa
pertama kubuka buku besutan Ust. Yusuf Mansur. Karena ini buku pinjaman, saya
mendahulukannya. Ini adalah buku Ustad yang pertama kali saya baca. Aku
penasaran apa ya isinya? Akhirnya empat hari buku ini selesai kubaca. Bahasanya
yang dipakai persis saat beliau menyamapaikan ceramah dan bahasa blog beliau. Tentunya, saya mendapatkan secercap hikmah dari membaca buku ini.
Novel karya
Andrea Hirata berjudul “Ayah” menjadi buku kedua yang saya baca setelah buku
Ustad. YM. Novel ini juga novel pinjaman. Jujur, saya
jarang membaca novel. Harganya yang bisa menguras saku, membuatku enggan
untuk membeli novel. Kalau beli novel hanya dapat satu, bisa jadi jika saya
belikan buku yang lain akan dapat dua sampai tiga buku.
Namun, saya sering
memburu filmnya, khusunya untuk novel yang difilmkan. Laskar pelangi dan sang
pemimpi (laskar pelangi 2) adalah dua novel Andrea Herata yang difilmkan dan
telah berhasil saya lihat. Selain itu, ada film yang diangkat dari novel karya
A. Fuadi, Negeri 5 Menara, lalu Habibie dan Ainun, Ayat-Ayat Cinta, cinta brontosaurus, 5 CM, 99
Cahaya di Langit Eropa, dan masih banyak lagi. Banyak teman-teman kuliah dulu yang sring update film seperti itu, jadi saya bisa ikut nimbrung mereka.
Membaca
novel ternyata lebih mengena daripada menonton filmnya, namun memahami bahasa
novel rupanya juga tidak semudah memahami lakon film. Begitulah kesanku saat
aku membaca novel Ayah. Ketika membaca novel ini, aku memang sering kurang
paham maksud bahasa yang dipakai yang terlalu metaforis dan puitis. Penggemar
tulisan ringan sepertiku, memang perlu upaya untuk bisa paham isinya. Sesekali
saya perlu ndakik-ndakik untuk
membaca berulang-ulang. Namun, aku merasa terhipnotis dengan jalan
ceritanya, sehingga nyaman-nyaman saja meskipun perlu membolak-balikan halaman demi memahami jalan
cerita.
Setelah bertemu kata-kata itu, akhirnya paham juga maksud judulnya. Lalu kuiseng googling, ehh baru tahu kalau kue yang begono itu namanya kue satu. Jadi selama ini aku menamainya kue apaaa??
Dua hari lagi kiranya saya sudah bisa menyelesaikan membaca novel ini. Setelah sampai di halaman belakang, ceritanya
mengalir begitu saja, sudah jarang sekali mengrenyitkan dahi saat membaca. Bab demi bab terlewati dengan begitu indah. Setelah selesai
membaca, saya niatkan untuk segera menuliskanya. Ya, sebagai kenang-kenangan
kalau saya pernah membaca novel ini.
Untuk
buku yang ingin saya baca selanjutnya, masih belum tahu. Yang, jelas saya telah
target beberapa buku untuk saya baca selama bulan Ramadhan ini.
Ramadhan Kareem,
09 Ramadhan 2016
09 Ramadhan 2016
mengisi waktu luang dengan membaca itu bermanfaat sekali
BalasHapusMBak Ekan, yang buku Adiba A Soebachman akhirnya dibaca, gaak? Hahahaha
BalasHapus