Sepiring pastel buatan kami
Bermula
dari teman kos saya yang kemarin siang sibuk di dapur. Saya ke dapur untuk
mencuci piring. Melihat mereka berdua terlihat asyik menggoreng sesuatu,
membuatku jadi penasaran. Saya tanya katanya lagi buat dolanan. Walah, mainan
kok pakai di goreng segala. Selesai mencuci piring, saya mengintipnya, ternyata
yang digoreng adalah pastel. Saya memujinya, karena hasil gorenganya memang
persis seperti pastel pada umumnya meskipun katanya baru mencoba yang pertama
kalinya.
Saya diminta untuk mengambil pastel yang sudah matang untuk dicicipi
saat buka buasa nantinya. Karena baru sedikit yang sudah digoreng saya
memutuskan untuk mengambilnya nanti saja, waktu menjelang berbuka. Anehnya, kok
ya saya tidak penasaran bagaimana cara membuatnya, bahanya apa saja, dll? He e, dasarnya saya yang kurang hobi
membuat jajanan … Kalau makan sich hobi
banget. Langsung saja saya meninggalkan dapur, menuju ke kamar.
Kudengar
adik saya keluar dari kamarnya (ya kami jadi satu kos, namun tidak jadi satu
kamar, hee LOL). Ternyata ia juga ke dapur. Berbeda dengan yang saya lakukan pas ke
dapur, cukup memuji pastel buatanya berhasil, tidak lebih, namun adik saya
melakukannya lebih dari itu. Kalau soal masak memasak, sepertinya adik saya
lebih hobi, bahkan pernah saya melihatnya ia telaten sekali mencatat resep
makanan dari internet untuk dibuatnya di rumah. Beberapa kali memang pernah di rumah ia
membuat resep-resep tertentu.
Tidak
kukira, jika saking penasaranya dengan cara membuat pastel goreng yang dibuat
teman saya tadi, adik meminta mengantarkanya untuk membeli bahan-bahannya dan
ia juga ingin membuatnya. Akhirnya mereka berdua pergi ke sebuah toko. Saya
tahu karena sebelum berangkat, adik meminjam motor saya untuk dipakai ke toko
membeli bahan membuat pastel. Tak lama kemudian, ia datang dengan membawa satu
kantong kresek hitam bahan-bahan yang dibeli.
Siang
itu adik sibuk dengan mmebuat adonan pastel bersama temannya, sementara saya
sibuk dengan urusan saya. Awalnya saya tidak tertarik untuk ikut nimbrung.
Namun usut punya usut, kok ya kasihan saya sama adik sedari siang samapi sore
hari belum selesai membuatnya, masih saja uthek
di dapur. Saya menghampirinya. Langsung saja, ia memintaku untuk ini dan
itu. Adik dan kakak siap beraksi.
Pastel menjadi obrolan seru kami sore itu. Sedari siang hingga sore itu, adik telah berhasil menggoreng cukup banyak pastel. Sementara masih ada adonan yang tersisa. Saya diberi contoh membuat pastel yang siap goreng.
Adik
telah membuat bulatan kecil-kecil dari adonan itu, saya tinggal diminta untuk
menipiskannya, lalu diberi isi, dan dicetak. Huhh, ternyata butuh ketlatenan dan tidak sesederhana yang saya
bayangkan. Tapi asyik juga …
Adik
belanja bahan-bahan adonan diataranya, telur, mentega, tepung terigu, dan abon
instant. Dari setengah kilo terigu yang ia beli, adik hanya mengambil separonya
(1/4 kg). Lalu, dimasukkan di ember plastik, diberi satu butir telur, ditambahkan
air, mentega dan garam secukupnya.
Membuat adonan harus dicampur hingga benar-benar merata. Diuleni dan
dibanting-banting secara berulang-ulang, yang akhirnya jadi adonan kalis dan
tidak lengket.
Bahan membuat pastel kering
Setelah
adonan sudah kalis, menjadikan adonan tersebut menjadi bulatan kecil-kecil yang
siap ditipiskan. Yups, ini tugas saya, yaitu memipihkan bulatan kecil-kecil menjadi tipis
(tapi jangan sampai robek). Botol sirup menjadi alat bantu memipihkan adonan.
Adonan dilapisi plastik dan diletakkan di atas talenan, lalu dipipihkan dengan
botol tersebut.
"Jangan dibiarkan adonan terbuka, karena akan mengeras
dan sulit untuk dipipihkan." Nasehat adik ketika ia tahu bahwa beberapa kali setelah mengambil bulatan adonan, tutupnya tidak saya kembalikan.
Setelah
adonan bulat kecil itu berubah jadi tipis, kemudian dimasukkan dalam cetakan pastel
dan diberi isi abon. Mencetaknya mudah, tingal meletakkan adonan yang sudah ditipiskan
diatas cetakan itu, diberi abon, lalu ditutup. Setelah dibuka, maka akan
membentuk pastel yang siap digoreng. Adik yang menggoreng, saya yang bikin
cetakanya.
Adonan pipih siap cetak
Ditinggal
Sholat ‘asar terlebih dahulu, lalu diteruskan lagi. Selesai tepat menjelang
bedug Maghrib. Waktu berbuka, saya adik saya mengajak teman-teman menikmati bersama-sama pastel
butan kami. Wahh, kata
mereka enak. Tapi, memang enak beneran lho!
mantap sekali, yang satu chef yang lain suka nguliner (dua saudara yang akur) hhh. selamat mencoba selain pastel, misalnya molen pisang (puasa-puasa bikin kemecerrr)
BalasHapusIya Bu. Ima, kalau chefnya siap, saya juga siap mencoba ha ha
Hapusduluuu aku suka praktik bikin dg Adiba mungil, ehhh bgitu beranjak besar dia malah ogah masuk dapur, yo wis, aku yo bubar waee
BalasHapusHwuaaa kok bisa Bund,, waguh jadi anti dapur he he
Hapus