Menulis
di blog cenderung bebas, bahkan bisa saya menulis sebebas-bebasnya. Saya bisa
menulis dari mana saja, tidak harus mengikuti kaidah atau aturan menulis
(berita) yang memuat unsur 5W + 1H. Ibaratnya, saya seperti anak kecil
yang tengah menemukan lahan bermain yang luas, sehingga saya bisa berlarian
sebebas mungkin disana.
Beberapa
hari yang lalu, tepatnya sebelum mudik, saya mencoba (lagi) menulis untuk saya kirimkan di Surya. Itu lhoo media yang bisa buat belajar menulis, bonus nangkring di Koran,
he he begitulah aku menyebutnya. Jadi
tidak bebas lagi, karena ada beebrapa aturan yang harus dipatuhi.
Saya
suka membaca tulisan para kontributor di rubrik CiPo Surya (versi online).
Berbagai macam variasi tulisan bisa dimunculkan disana, salah satunya ada
beberapa citizen reporter yang melaporkan hasil dari mengikuti kegiatan seminar
atau workshop. He he, intinya saya
ingin tiru-tiru mereka.
Sehari
sebelumnya memang saya tengah mengikuti serangkaian kegiatan seminar yang
diadakan di kampus. Kiranya kesempatan ini saya bisa gunakan untuk coba-coba. Beberapa poin penting yang saya catat dari hasil seminar
tersebut, sampai di rumah saya olah. Awalnya memang saya tulis dengan bebas,
agar apa yang ingin saya tuliskan bisa dengan mudah diungkapkan. Baru sekiranya
semua sudah keluar, saya baca ulang dan dibuat tulisan ala-ala berita begitu.Ternyata belum berhasil.
Daripada
mengendap di email, sepertinya alangkah baiknya diposting di blog, hitung-hitung buat nambah postingan he he. Maka jadilah blog ala surya …
Kenali Problematika Belajar Anak Sejak
Dini
Oleh: Eka Sutarmi
Bersama pemateri
Setiap pembelajar pasti memiliki
problematika belajar, khususnya ketika anak mulai memasuki usia sekolah.”
Demikian ungkap Ibu. Ayu Imasria
Wahyuliarmi, M. Si, M. Psi, sebagai pemateri seminar psikologi bersama himpunan
mahasiswa jurusan tasawuf psikoterapi IAIN Tulungagung, Selasa (31/05/2016).
Seminar yang di gelar di aula utama
IAIN Tulungagung itu bertemakan pendidikan, “mengoptimalkan belajar dan
mengatasi problematika belajar pada anak.” Sebagai calon pendidik maupun
orang tua, kesempatan ini sangat tepat
sekali diikuti.
Materi yang banyak dibahas adalah
bagaimana mengenali anak yang mengalami problematika belajar, serta bagaimana membuat
perencanaan dan penangananya. Problematika belajar dalam kesempatan ini lebih
ditekankan pada bidang kognitif atau akademik anak.
Ketika menjadi pendidik, khususnya
untuk anak yang baru memasuki usia sekolah, pasti akan mendapati para peserta
didik dengan berbagai macam karakteristik, ada yang memiliki daya tangkap cepat
ataupun sebaliknya, bahkan ada yang belajar mengenal angka dan huruf saja
kesulitan. Itu lazim dialami oleh anak-anak dan menjadi bagian dari proses
belajar.
Problematika belajar yang dibahas kali
ini, terlepas dari anak yang memiliki keterbelakangan mental, authisme, atau
anak hiperaktif. Namun, mereka layaknya murid pada umumnya, yang mampu berbicara
normal, bisa berinteraksi sosial dengan teman sebayanya, bisa menyampaikan ide
dengan baik, dll, akan tetapi ada yang menjadi persoalan di dalamnya, ketika
dihadapkan pada aspek kognitif, seperti membaca, menulis dan berhitung ia tidak
mampu.
Ibu. Ayu yang merupakan dosen tetap
IAIN Tulungagung sekaligus praktisi anak ini memberikan sekilas contoh tentang gejala
pada anak yang memiliki problematika belajar.
Beliau menunjukan karya siswa, sebuah
paragraf singkat. Dari tulisan tersebut telah menunjukkan indikasi bahwasanya
ada problematika belajar dari anak ini.
Saat para audien diajak membaca
bersama-sama karangan anak tersebut, tulisanya cukup sulit dipahami; banyak
kesalahan bahasa, beberapa huruf ditulis terbalik, kata yang digunakan tidak
terstruktur, ada beberapa suku kata yang hilang, dsb. Permasalah seperti ini,
ranah psikologi menyebutnya disgrafia
atau anak mengalami kesulitan menulis. Selain kesulitan menulis (Disgrafia), hambatan kognitif yang sering
dialami siswa adalah kesulitan membaca (Disleksia),
dan kesulitan mengenal angka (Diskalkulia).
Ketika menemukan indikasi dari ketiga
permasalahan tersebut, guru atau orang tua tidak boleh serta merta memberikan
label bodoh pada anak karena akan malah mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Maka, menjadi keharusan orang tua maupun guru untuk segera mengambil tindakan,
seperti dengan memberikan support, menumbuhkan motivasi belajarnya, atau dengan
memberikan serangkaian treatment yang
dapat mengubah pola belajar anak, sehingga kemampuan akademiknya bisa
meningkat. Pada akhirnya, anak yang mengalami problematika belajar akan mampu
seperti anak-anak pada umumnya.
“Problematika belajar pada anak harus
dikenali sedini mungkin oleh para pendidik, baik orang tua maupun guru, karena
jika terlambat akan timbul masalah lebih besar lagi yang dihadapi oleh anak
tersebut.” Pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar