Menulis pada dasarnya adalah soal latihan dan praktik. Saya
telah menyadari akan hal itu. Semakin sering praktik, semakin mudah menuangkan
ide dan gagasan dalam bentuk tulisan, begitu juga sebaliknya. Prof Budi Darma,
seorang sastrawan yang menjadi narasumber di acara temu penulis dan kopdar
Sahabat Pena Nusantara (SPN) pada dua Minggu yang lalu bercerita tentang teori belajar
Behaviorisme. Saya menyimak dengan baik dan mencatatnya pada bagian yang saya anggap
penting.
Pengkondisian yang dilakukan pada Anjing sebagai contohnya. Anjing mengeluarkan air liur apabila diperlihatkan makanan. Itu wajar. Lalu, lonceng dibunyikan dahulu sebelum makanan diberikan. Air liur Anjing pun keluar.
Perlakukan tersebut dilakukan berulang-ulang dan pada suatu ketika dengan hanya
membunyikan lonceng saja tanpa makanan, si
Anjing tetap mengeluarkan air liur.
Dalam teori belajar di atas, pelatihan dan pembiasaan adalah
adalah faktor utamanya. Pengkondisian tersebut
juga bisa berlaku pada manusia, terutama dalam menulis. Prof Budi Darma menyimpulkan bahwa setiap
orang, tanpa terkecuali bisa menkondisikan dirinya untuk menjadi penulis dan
perlakuan yang harus dicoba adalah terus berlatih.
Berbicara tentang proses kreatif, dalam buku ini, Dr. Ngainun Naim juga menyarankan
untuk melakukan pembiasaan terlebih dahulu. Membagun tekad bulat untuk membiasakan
diri menulis adalah langkah awal untuk bisa menulis. Di hal. 25, beliau
menganjurkan untuk memulai dengan menulis hal-hal sederhana di sekitar kita,
tidak melulu menulis tugas makalah saja. Menulis apa saja bisa melatih
merangkai ide dan menuangkannya dalam tulisan. Kalau itu dibiasakan, maka
menyusun makalah pun akan lebih baik.
Saya pernah mendapatkan ilmu dari beliau tentang tingkatan
penulis. Pertama adalah penulis pemulung. Penulis jenis ini lebih menilai hasil
dari proses. Penulis jenis ini tidak baik, karena sering tidak jujur, menjiplak
tulisan sering dilakukan. Kedua, penulis penjahit. Layaknya penjahit, yang
mencocokkan potongan-potongan kain dan menjahitnya agar menjadi baju utuh yang
siap pakai. Penulis jenis ini juga begitu. Kalau kita dalam membuat makalah
sering menjejerkan banyak buku, lalu menuliskannya kembali ke dalam makalah
yang kiat buat, tanpa menambahkan pendapat kita sendiri. Maka kita masih
menyandang penulis penjahit. Ketiga, penulis peramu. Inilah penulis yang
sebenarnya, karena melibatkan pikiran orisinil kita sendiri dalam menulis. Dengan
membiasakan menulis, Dr. Ngainun Naim sangat menginginkan mahasiswa menjadi
penulis peramu, khususnya saat menulis makalah atau skripsi.
Selain melakulan pembisaan menulis, membaca juga harus
menjadi budaya bagi mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki budaya membaca punya
peluang yang lebih besar menghasilkan tulisan yang bagus. Semakin banyak
membaca maka rasa kebahasaan juga akan ikut tumbuh dan berkembang (hal. 34).
Di bab 4, beliau membahas tentang passion menulis. Untuk menjadi seorang
penulis kreatif, seseorang harus mencintai proses menulis. Menulis membutukan
proses yang panjang dan tidak mudah. Hanya dengan cinta inilah maka gairah
untuk terus menulis bisa terwujud. Khususnya bagi mahasiswa, Dr. Ngainun Naim
menganjurkan untuk membangun passion menulis,
agar ketika mengerjakan tugas karya ilmiah tidak terbebani dan akan bisa
dikerjakan dengan totalitas.
Buku tentang proses kreatif ini juga
menghadirkan macam-macam tips yang bisa dilakukan untuk membangun ketrampilan
menulis. Salah satunya beliau mendorong mahasiswa untuk menggunakan metode
“ngemil” ala pak Hernowo. Metode ini dirasa sangat efektif untuk meningkatkan
ketrampilan membaca dan menulis. Selain Pak Hernowo, ternyata Pak Peng Kheng
Sun juga punya pengalaman tentang metode “ngemil” ini, menulis sedikit demi
sedikit selalu beliau lakukan.
Menentukan target menulis juga sangat penting.
Target tersebut bisa berupa waktu, misalnya menyisihkan waktu untuk menulis
selama 15 menit setiap harinya. Target juga bisa diwujudkan dalam bentuk
panjang karya, misalnya menghasilkan 1 atau 2 halaman tulisan setiap hari. Dengan
menentukan target tersebut, irama atau konsistensi menulis akan teratur.
Di bagian akhir, beliau juga memberikan saran
bagaimana caranya untuk mewujudkan target menulis. Pertama-tama yang bisa
dilakukan, seorang penulis harus memiliki manajemen waktu yang baik. Penulis,
khususnya mahasiswa harus mengkhususkan waktu untuk menulis secara rutin. Selain
itu juga harus berani menyendiri dan menemukan tempat khusus yang menjadi
tempat favorit untuk menulis. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas tulisan,
beliau menyarankan para mahasiswa khususnya untuk merawat catatan, terus
berlatih, dan meningkatkan jam terbang.
Proses kreatif yang beliau jabarkan dalam buku ini
sebenarnya bukan hanya untuk kalangan akademisi saja, namun sesungguhnya bagi siapa
pun yang yang ingin mengembangkan kemampuan menulis
sangat disarankan membacanya.
Di saat banyak mahasiswa yang belum menyadari sepenuhnya akan pentingnya budaya menulis, hadirnya buku berjudul Proses Kreatif Penulisan Akdemik (Panduan untuk Mahasiswa) karya Dr. Ngainun Naim ini tentu sangat bermanfaat. Buku ini saya dapatkan ketika kopdar SPN ke-4 di ITS Surabaya lalu dan beliau memberikannya gratis. Terimakasih, Pak Ngainun Naim.
Saya selalu punya kesan yang menarik ketika membaca buku
karya guru saya ini. Pertama tentang gaya tulisan beliau yang begitu mudah
dipahami. Beliau selalu menggunakan bahasa yang mudah memahamkan di setiap
karyanya, meskipun buku ilmiah sekali pun. Kedua, Dr. Ngainun Naim bisa meramu
tulisan-tulisan harian tentang refleksi pengalaman kepenulisan beliau menjadi
buku yang syarat makna. Saya pernah membaca beberapa bagian tulisan dari buku
ini lewat blog dan status FB beliau. Inilah sumber kekuatan tulisan beliau. Bukan
teori semata, namun buah dari pengalaman empiris beliau. Sungguh keren sekali.
Membaca buku karya Dr. Ngainun Naim ini sungguh sebuah kuliah
literasi yang berharga bagi saya. Terlebih saya masih tahap belajar. Saya akan berusaha semampu saya untuk mengamalkan wejangan beliau ini. Saya kemudian
berusaha untuk belajar menulis. Beberapa buku menulis karya beliau telah saya punyai. Dengan membaca buku-buku beliau tentang
menulis, saya menjadi tidak takut lagi untuk menulis. Terimakasih Pak Ngainun
Naim atas ilmu dan pengalamannya.
Buku Proses Kreatif Penulisan Akademik |
Judul: Proses Kreatif
Penulisan Akademik
Penulis: Ngainun Naim
Tahun Terbit: 2017
Penerbit: Akademia Pustaka
Tebal: xxii + 146
ISBN: 978-602-60339-9-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar