Temanku di bangku kuliah, Mbak Amik sedang menemaniku saat akan memasuki ruangan ujian. So sweet |
Gagal lagi!
Begitulah kata hatiku ketika menyaksikan pengumuman seleksi studi di
Universitas Sebelas Maret Solo yang kuikuti beberapa Minggu yang lalu. Aku
cermati baik-baik pengumuman itu, ternyata namaku tidak ada.
Tiga teman
yang aku kenal waktu tes rupannya diterima. Aku masih ingat nama mereka. Aku
sempat meminta nomernya juga. Kami berkenalan waktu sesi istirahat di sela-sela
tes berlangsung. Seketika itu juga aku mengetik pesan dan memberi ucapan
selamat kepadannya.
Di semester
genap, memang UNS yang masih membuka pendaftaran gelombang terakhir. Karena ada
niatan untuk kuliah, aku ikuti saja petunjuk seleksi masuknya. Selain seleksi
berkas, juga ada seleksi ujian tulis.
Lumayan
rumit ketika seleksi berkas, karena harus upload ini itu dan juga mempersiapkan
berkas yang dikirim. Pengumpulan berkas sudah beres aku lakukan, tinggal
menunggu tes seleksi.
Seleksi
ujian tulis berlangsung satu hari saja. Ada dua jenis ujian tulis, yaitu Bahasa
Inggris dan TPA.
Untuk tes
Bahasa Inggris memakai EAP (English for Academic Purposes), jadi tidak terlalu
rumit. Teks yang dipakai masih seputar descriptive, procedure, argmentative,
dll. Bacaanya tidak terlalu ilmiah layaknya TOEFL. Sehingga bisa terkondisikan
dengan baik.
Tes TPA
dilaksanakan terlebih dahulu. Selesai tes TPA hanya ada waktu istirahat 30
menit sebelum dilanjut tes Bahasa Inggris. Aku memanfaatkan untuk ngobrol dan
berkenalan dengan teman baru.
"Tadi
gimana tes TPA, kamu kerjakan semua?" Tanyaku membuka obrolan.
"Iya,
lagian tidak ada pengurangan nilai di TPA." Jawab seorang teman.
"Tes
TPA itu sebenarnya tidk perlu belajar, cukup makan yang bergizi dan istirahat
cukup." Sahut teman satunya. Tentu mendengar jawaban itu aku dan temanku
sontak tertawa.
Aku
lagi-lagi gagal fokus dengan tes TPA.
Soal deret
aritmatika berhasil kutemukan jawabannya semua. Di rumah, aku juga sempat berlatih
berkali-kali mengerjakan soal logika yang menurutku rumit. Aku cukup senang
karena tipe soal logika paling banyak muncul. Tapi aku dibuat gagal fokus
dengan jaring-jaring bangun ruang yang beberapa sisinya dipotong, lalu diminta
mencari bangun ruang yang sesuai dengan jaring-jaring tersebut jika posisinya
diputar. Ada sekitar tiga pertanyaan tentang hal itu. Aku dibuatnya bingung,
tapi penasaran jawabannya. Aku belum punya trik jitu masalah ini.
Di sinilah
waktuku terbuang. Karena penasaran, aku menggambar jaring-jaring tersebut di
kertas coretan. Lalu, kupotong dengan hati-hati. Karena tidak ada gunting, aku
memotong pakai tangan. Satu gambar aku temakan jawabannya, tapi dua lainnya
tidak. Sisi gambar yang tidak lurus, membuatku sulit mencocokkan. Maklum karena
terburu waktu. Akhirnya kulewati saja soal itu.
Nahasnya,
ada soal psikotes di bagian terakhir. Tidak ada jawaban yang paling benar dari
soal psikotes ini. Namun, jawaban yang aku pilih tentunya akan menunjukkan
diriku seperti apa. Soalnya berupa problem solving. Ada pernyataan dan diminta
mencari jawaban yang sesuai kehendak. Soal yang sempat aku baca dengan baik,
aku temukan jawabannya. Namun, karena waktu sudah habis dan masih ada beberapa
soal psikotes yang belum terjawab, akhirnya aku jawab asal.
Setelah aku
kumpulkan, aku baru tersadar soal tersebut tidak boleh dijawab asal, meskipun
semua jawaban tidak ada yang paling benar. Tapi, kalau jawabanku pas bertolak
belakang dengan pikiranku, kan jadi misunderstanding. Ya sudahlah. Sudah
terlanjur. Sebenarnya score TOEFL yang aku gunakan untuk mendaftar memang belum
memenuhi syarat juga. Namun, aku bersikeras mencobanya. Modal nekat rupannya
tidak cukup hehe.
Selagi masih
ada kesempatan, aku akan mencoba lagi. Konon, mencoba lagi adalah satu-satunya
hal yang harus kita lakukan di kala gagal. I believe impossible is nothing in
the world.
semangaat mbakkk
BalasHapusNggih Bunda, terimakasih
Hapus