Banyak orang
yang pergi ke kampung Inggris, Pare, Kediri, selain belajar bahasa juga sebagai
ajang rekreasi. Bagi mereka desa-desa kecil yang punya nama kampung Inggris ini
unik. Aku pun berkata demikian. Desa yang hebat. Bermula dari desa kecil yang
sepi, karena menjadi kampung Inggris desa-desa itu menjadi sangat maju.
Bagi mereka
yang membawa budget berlebih, pasti akan memanfaatkannya untuk jalan-jalan
juga. Ditambah biaya hidup yang murah, banyak para pendatang ketagihan untuk
berlama-lama menikmati desa unik bernama kampung Inggris ini. Yang hanya fokus
untuk belajar bahasa karena memang didesak dengan kebutuhan juga tak kalah
banyak. Sehingga, mereka harus memanfaatkan waktu yang singkat untuk belajar
serius.
Salah
seorang temanku yang rela datang dari jauh untuk belajar bahasa di kampung
Inggris berasa dari Sulawesi Tengah, tepatnya dari kabupaten Toli toli. Kukira
sebuah usaha yang tidak ringan. Sebulan aku dekat dengannya, karena memang kami
jadi satu rumah. Sebelumnya aku juga sempat mengajar di kelasnya selama
beberapa kali pertemuan.
Selama tiga
bulan ia masih mengambil kursus dasar, dan sebulan selanjutnya ia mengambil
program TOEFL. Aku dibuatnya terkesan caranya menghargai waktu. Meskipun bukan
belajar di tempat formal, namun keseriusannya tak kalah jauh dengan ketika
belajar di sekolah atau kampus. Usaha itu dilakukan karena ia sangat ingin
melanjutkan studinya dengan beasiswa. LPDP afirmasi adalah beasiswa yang akan
dituju. Katanya beasiswa ini untuk yang tinggal di daerah 3T. Karena kebetulan
tinggal di wilayah yang masuk kategori tersebut, ia tak ingin melewatkan
kesempatan emas ini. Semoga berhasil, teman.
Beberapa
waktu yang lalu ia juga sempat menunjukkan kepadaku sebuah voucher belajar
bahasa Inggris di kursus bergengsi kampung Inggris selama tiga bulan. Ia
mendapatkannya saat ada seminar di kampusnya karena quis yang dimenangkan.
Mungkin jika tidak gratis, masuk dan belajar disitu butuh uang yang tidak
sedikit. Jika kesempatan itu diambil, ia akan bebas memilih programnya dan
dapat gratis tempat tinggal juga. Namun, karena harus pulang segera, voucher
itu belum dipakai.
Kemarin ia
memutukan untuk kembali. Aku menyaksikan ia beres-beres sejak pagi.
Barang-barangnya ia tata sedemikian rapi. Bahkan koper yang ukurannya kecil
bisa diisi barang banyak.
“Beginilah
anak rantau.” Katanya sambil sibuk mengemas barang-barangnya.
Pagi buta
travel yang mengantar ke bandara Juanda sudah menghampirinya di depan camp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar