Entah apa
yang membuat di Minggu pagi ini aku tetiba berkeinginan mengikuti pengajian
ahad pagi. Di minggu-minggu sebelumnya aku sepertinya mengiraukan banner yang
terpampang jelas di depan masjid. Setiap kali sholat disana sebenarnya aku
melihatnya, tapi tak kunjung juga aku merespon.
Kukira
pengajiannya dimulai tepat selepas sholat subuh. Ternyata kutunggu beberapa
saat setelah sholat, tidak ada tanda-tanda ngaji dimulai. Jamaah mulai
meninggalkan tempat. Aku pun ikut keluar masjid. Aku tidak langsung pulang,
menunggu beberapa saat lagi. Apa bannernya itu hoax ya 😁.
Ternyata,
banyak bapak-bapak yang masih stand by di masjid. Aku sempat memperhatikanya.
Mereka lagi sibuk bersiap, ada yang menggelar karpet, menyiapkan mimbar, dll.
Memang benar adanya, pengajian ahad pagi di minggu pertama setiap bulanya
digelar hari ini.
Akupun
menghampiri salah satu bapak dan iseng bertanya, "Jam pinten gih Pak dipun
mulai?"
Si Bapak
dengan baik menjawab, " Jam 6 nduk sampai jam 7." Ooo, kenapa aku
tidak tanya dari tadi ya.
Aku pun
pulang dulu dan jam 6 sudah sampai di Masjid lagi. Oh iya, ngaji ini di gelar
di salah satu masjid di kampung Inggris, Pare, yaitu masjid PP Darul Falah yang
berada di Jl. Anyelir. Ternyata jamaahnya banyak juga, kukira cuma segelintir
orang saja hehe. Lalu, aku mengambil posisi duduk yang nyaman. Karena oleh
panitia diminta mengisi tempat yang di depan, aku bersama beberapa orang di
sebelahku bergeser ke depan.
Mengaji pun
dimulai. Kali ini mubalig yang di hadirkan adalah Ust Miftahudin dari Surabaya.
Aku berusaha menyimak baik-baik apa yang beliau sampaikan di pagi ini. Agar
bisa ingat apa yang disampaikan, akupun mengeluarkan buku catatan dan pen yang
sengaja kupersiapkan.
Ada yang
menarik dari pengajian ini. Selain banyak hikmah dan ilmu yang disampaikan oleh
ustadz yang bisa menjadi pengingat diri. Di tengah ceramahnya ustadz mmberikan
anjuran kepada para jamaah untuk menulis hal-hal penting apa yang disampaikan,
khususnya bagi para jamaah yang masih muda. Beliau menganjurkan setiap ada
ngaji lagi di lain kesempatan tidak hanya memanfaatkan ilmu jiping saja, yaitu
ngaji kuping. Selian mendengarkan, juga sesekali mencatat apa yang disampaikan.
Ustadz
mencontohkan sosok Mr. Khalend, yang kebetulan teman beliau waktu umrah
sekaligus gurunya. Tadi beliau hadir dan duduk di barisan paling depan. Ustadz
melihat Mr. Khalend dengan buku catatan kecil yang dibawanya dan terlihat sibuk
mencatat. Perlu diteladani memang, padahal beliau sudah punya banyak ilmu, tapi
di kesempatan seperti ini beliau masih saja memanfaatkannya sebagai tempat
belajar.
Kata ustadz
cara semacam ini untuk menunjukkan kesungguhan kita dalam menghadiri sebuah
majlis ilmu. Karena bisa jadi kalau hanya jiping atau mendengar saja, pikiran
kita kemana-mana alias tidak fokus, meskipun raga sedang hadir di tempat.
Catatan ahad
pagi
Pare, 5-2-2016
Pare, 5-2-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar