Di hari
kedua bulan Februari, saya masih berkeinginan menulis sesuatu. Kali ini saya
tetiba ingin berkisah tentang penyakit yang sangat sering saya alami. Apa itu? Ya,
menyoal “lupa”. Namun lupa disini bukan soal lupa diri atau lupa ingatan, tapi
lebih ke lupa dimana saya menaruh sesuatu.
Karena tidak hanya sekali dua kali,
tapi sudah sangat sering sehingga kuberi saja judul “lupa tiada tara”. Yang
lebih sering menjadi korbannya adalah kunci motor. Ketika sudah bersiap dan buru-buru ingin pergi, namun kunci motor tidak ada di tempat biasanya dan perlu waktu
bermenit-menit untuk mencari kunci tersebut, maka kondisi semacam ini seringkali
bisa memancing emosi.
Saat
peristiwa seperti ini terjadi, drama pun dimulai. Segala upaya akan saya
lakukan, isi tas saya tumpahkan, tikar-tikar
digulung, buku-buku dipindahkan, barang-barang digeser, namun tetep saja
hasilnya nihil. Sesungguhnya dalam situasi ini saya merasa cemas, meskipun kadang
penampakan saya malah cengengesan.
Pernah
juga, lupa mendera saya pada suatu acara dan banyak orang disana. Saya sampai
meminta mereka, terutama yang duduk berdekatan dengan saya untuk memeriksa tas
masing-masing. Saya bukan bermaksud untuk menuduh orang-orang mengambil kunci
saya, tetapi siapa tahu saja ada yang khilaf memasukkannya ke dalam tas. Karena
mungkin merasa kasihan, merekapun mau memeriksa tasnya. Dan, menjadi sangat
merasa tidak enak karena ternyata hasilnya nihil juga. Dramatis sekali, bukan?
Kalau
kejadian ini terjadi di rumah, lebih bombastis lagi. Jika barang yang saya cari
itu tak kunjung ketemu, sudah tentu saya akan bertanya satu per satu orang
rumah dan meminta mereka untuk ikut mencarinya. Kalau tidak ada yang tahu,
ujung-ujungnya saya yang malah kena marah. Meskipun seratus persen adalah
karena kecerobohan saya, kadang saya tidak terima kalau kena marah dalam
situasi seperti ini.
Sebenarnya
saya sering mensiasati agar tidak lagi lupa menaruh kunci motor, salah satunya
dengan menggantung di satu tempat. Sayangnya, saya malah lupa untuk
menggantungnya. Hehe, kan sama saja.
Berbagai macam bentuk bandul juga pernah saya coba, mulai dari yang bentuknya kecil
dan ringan hingga yang besar dan cukup berat.
Untuk yang
memakai gantungan kunci berat saya tidak akan mengulanginya lagi. Ternyata
bahaya, karena mudah kendur atau gampang lepas dari setangnya. Pernah sekali
ketika perjalanan jauh kunci motor saya jatuh dijalan tanpa saya tahu. Baru
setelah ingin berhenti dan mematikan motor, kuncinya tidak ada. Untung saja
waktu itu ada ahli kunci terdekat dan bersahabat.
Kunci motorku plus gembok (taken by Mb Ifa) |
Saya juga
pernah membelikan gembok sebagai bandul kunci motorku, dengan maksud agar
selalu aman dan tidak perlu bermain petak umpet dulu mencari ketika mau
dipakai. Kunci kan pasanganya gembok, begitulah pikrku. Kiranya cara ini cukup
ampuh. Tapi, masih tidak aman juga, karena pada akhirnya kunci yang bersatu
dengan gembok itu hilang juga. Saya telah lupa taruh. Dengan terpaksa, saya
harus memanggil petugas di bengkel dan memintanya mengganti kunci yang baru beserta setangnya.
Soal kasus lupa menaruh kunci motor ini pernah sampai benar-benar tidak ada.
Yang pasti, saya sudah tidak ingat saya meletakanya, akhirnya kuanggap hilang
saja. Dan ini pernah terjadi ketika saya sedang menghadiri suatu acara di
Blitar. Masih beruntung lagi, karena ada kios ahli kunci (yang kebetulan
tutup). Tapi, di pintu kios tertulis no HP-nya. Saya langsung menghubungi no tersebut
dan beberapa saat kemudian si ahli kunci itu datang membantu.
Meyoal
lupa tentang kunci motor, yang satu ini juga sering menimpaku. Saat tiba di
suatu tempat, begitu mematikan motor di parkiran, saya langsung saja ngeloyor
pergi tanpa mengambil kunci motor. Hal ini memang cukup membuat panik ketika
teringat atau saat ketahuan tidak ada kunci motor di dalam tas.
Bagaimana
tidak panik? Coba kalau motor saya, dengan kuncinya yang masih tergantung
dengan manisnya di setang sementara pemiliknya tidak ada, lalu dilihat seseorang yang punya niat tidak baik. Sangat
mungkin saja motor tersebut langsung
dibawa pergi begitu saja. Sangat mungkin itu terjadi …Ingat, kejahatan
terjadi bukan karena ada niat pelakunya. Tapi juga karena ada kesempatan. Saya
harus ingat, ingat, dan ingat ungkapan Bang Napi itu… Waktu masih kuliah lalu, berkali-kali drama
ini terjadi. Karena petugas satpam dikampus sangat baik, jadi masih
terselamatkan.
Karena
kerap kali hal ini terjadi, saya jadi sering cepat sadar untuk memeriksa tas,
apakah ada kunci motor atau tidak. Untuk sekedar memastikan saja, karena pernah
juga tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang tidak ada dalam tas. Tidak ada
bukan berarti hilang. Itu karena memang kuncinya tidak saya taruh di tas, tapi
saya lupa meletakkanya dimana 😅.
Sejauh
drama lupa ini kerap menimpaku, alhamdulillah
nya motor saya masih aman dan semoga jangan pernah kejadian buruk semacam itu
menimpaku.
Konon
menulis bisa bermanfaat untuk membantu menyembuhkan. Siapa tahu dengan saya
menulis ini, penyakit lupa saya segera terobati, hehe. Apakah kalian juga pernah mengalami drama semacam ini.
Pare, 02 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar