Golden night
adalah salah satu agenda yang kami laksanakan setiap malam Jum’at. Rangkaian
acaranya dimulai dengan sholat maghrib berjama’ah dilanjutkan membaca Surah
Yasin disusul melantunkan Asmaul Husna, mendengarkan ceramah motivasi, dan
ditutup dengan makan bersama.
Tema yang
disampaikan pada kesempatan ini cukup menarik, yaitu tentang zona nyaman, yang
merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam hidup kita. Larut dalam
zona nyaman ternyata menjadi salah satu iming-iming yang cukup membahayakan
untuk diri kita. Berarti tidak ingin tumbuh berkembang ketika terus-menerus
untuk menikmati kenyamanan yang telah kita dapatkan tersebut.
Keluar dari
zona nyaman memang tidak enak, banyak sesuatu yang baru disana. Kita harus
melakukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah kita lakukan. Berat memang untuk
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang terlanjur membuat kita nyaman dan senang.
Namun itulah yang perlu dilakukan agar bisa berkembang, tentunya menuju ke arah
yang positif –GETTING OUT FROM THE
COMFORT ZONE!
DI luar zona
nyaman, pasti akan dipertemukan dengan tantangan-tantangan baru. Dan ingat!
tantangan tersebut hanya bisa kita dapatkan kalau keluar dari zona nyaman.
Tantangan tersebut akan memacu adrenalin kita untuk mampu mengalahkan kelemahan
yang ada pada diri kita.
Zona nyaman
tumbuh karena terbiasa. Ketika keluar dari zona nyaman pasti pada awalnya
memang sulit, namun seiring berjalannya waktu akan merasa nyaman juga karena
terbiasa melakukannya. Masalahnya apakah kita sudah bisa membentuk kebiasaan
itu untuk menjadikan diri kita merasa nyaman? Kalau belum, setelah berhasil
keluar dari zona ternyaman kita, langkah selanjutnya adalah membentuk kebiasaan
atau habit.
PRACTICE + REPETITION= HABIT.
Itulah rumusan sederhana yang saya dapatkan tadi malam untuk membentuk
kebiasaan. Kita perlu berlatih dan berlatih. Berlatih saja ternyata tidak
cukup, tapi perlu menambahnya dengan resep pengulangan. Saya paham sekali kalau
pengulangan disini maksudnya adalah melakukannya dengan ajeg atau istiqomah.
Ini lebih tidak mudah lagi.
Saat kita
menanam bunga, pepohonanan, atau tanaman yang lainya pasti akan tumbuh
rumput-rumput liar yang tidak kita inginkan. Sebaliknya, ketika rumput sengaja
ditanam, tidak akan muncul bunga atau tanaman lain. Analogi ini bisa dimaknai
bahwa memang kalau kita melakukan suatu kebaikan (salah satunya berusaha untuk
istoqomah dalam hal apapun), akan ada godaan-godaan yang muncul. Namun saatnya
kita melakukan sesuatu yang negatif serasa aman-aman saja. Tak ada cara lain
ternyata selain MEMAKSA DIRI untuk melawan godaan-godaan itu. Seperti halnya
rumput liar tersebut, maka agar rumput tersebut bisa hilang, jalan terbaiknya
adalah diberantas.
Kalau
kebiasaan-kebiasaan itu sudah putus sekali saja ditengah jalan, pasti
selanjutnya akan ketagihan untuk mengulanginya. Maka, ketika ada godaan yang
menyelinap untuk menggagalkan kebiasaan itu, kia harus memaksa diri kita untuk
mengalihkanya.
Saatnya
sharing tentang pengalaman masing-masing dari kita ketika keluar dari zona
nyaman. Ada teman-teman yang menceritakan bagaimana pengalamannya jauh dari
orang tua saat sekolah yang hal itu menjadi tantangan baru baginya. Ada lagi
yang menceritakan pengalamannya belajar Bahasa Inggris, dan masih banyak lagi
variasi cerita mereka tentangan pengalamannya keluar dari zona nyaman.
Ketiga
giliran saya, maka sayapun bercerita panjang lebar. Memang serasa hidupku ini
dipenuhi ketidaknyamanan, hehe. Salah satunya bagimana saya masuk kuliah dengan
Jurusan yang bukan passion saya waktu duduk di bangku SMA. Saya mengambil
jurusan bahasa Inggris. Sebuah tantangan baru, bahkan selama beberapa semester
saya belum bisa merasakan kenyamanan sama sekali. Mata kuliah yang ada di
jurusan ini telah menjadi momok dalam benakku.
Namun,
karena jurusan yang saya ambil inilah saya semakin penasaran dengan kemampuan
diriku sendiri. Hanya satu pertanyaan tantangan untuk menjawab mengapa pada
akhirnya saya memilih jurusan Bahasa Inggris.
Pertanyaan
tersebut adalah “Sejauh mana saya tidak mampu menghadapi Bahasa Inggris?” Hanya
bermodalkan pertanyaan tersebut, akhirnya saya memutuskan memutuskan untuk
terus melanjutkan bergulat dengan mata kuliah Bahasa Inggris di bangku
perguruan tinggi.
Tantangan
demi tantangan seolah muncul terus-menerus. Ketika saya sudah memasuki zona
tidak nyaman artinya pintu keluar zona nyaman sudah tertutup rapat-rapat. Di
depan mata hanya ada pintu-pintu dengan segudang tantangan di dalamnya. Ingat
lagi misiku, yaitu menjawab pertanyaan, “Sejauh mana aku tidak mampu menghadapi
Bahasa Inggris?” Hari demi hari terlewati, dan ternyata saya bisa melaluinya.
Pertanyaan misiku seakan berhasil terjawab, yaitu “Alhamdulilah dengan izin
Allah pastinya, saya bisa lulus.”
Sayapun
mencoba kondisi di zona tidak nyaman yang lain selama kuliah dan inilah yang
membuat saya benar-benar terkesan. Saya menjadi bersyukur dengan jurusanku dan
almamaterku. Saya yakin kalau zona tidak nyaman yang membuatku berkesan ini
kemungkinan besar tidak bisa saya temukan di jurusan lain, bahkan di tempat
lain. Saya berkesempatan untuk belajar membaca dan menulis. Sungguh itu 180
derajat keluar cari zona ternyaman saya.
Jujur, waktu
di bangku sekolah saya sangat sulit menyesuiakan diri dengan yang namanya
pelajaran Bahasa, khususnya Bahasa Indonesia. Tidak asyik dan sangat
membosankan. Ibaratnya, merangkai satu kalimat waktu guru meminta untuk
menuliskan kalimat dari sebuah kata yang sudah ada itu sulit. Pokoknya kelabu.
Saya lebih menikmati hitungan, yang menurut saya lebih mengasyikkan. Saya seperti
berhadapan dengan permainan seru.
Tapi
akhirnya aku menantang diri untuk belajar berbahasa, membaca dan menulis adalah
salah satunya. Zona yang sangat tidak nyaman itu akhirnya perlahan menjadi
menyenangkan setelah berusaha untuk membisakannya. Dan masih banyak lagi
sebenarnya. Mungkin bisa menjadi bahan tulisan selanjutnya.
“Adakah
saatnya kita berhenti untuk keluar dari zona nyaman?”
Sebuah pertanyaan ini saya lontarkan dihadapan teman-teman. Jawaban yang sangat
menohok rupanya. Intinya, selama kita ingin berkembang, menghadapi tantangan
baru adalah suatu keharusan AND GETTNG
OUT FROM THE COMFORST ZONE IS THE BEST WAY.
Satu lagi
harus diingat kuncinya “PARCTICE + REPETITION = HABIT”. Dengan begitu zona tidak nyaman itu perlahan akan menjadi
indah.
“Tidak ada
kenyamanan di zona pertumbuhan, tidak ada pertumbuhan di zona nyaman”
Semoga
bermanfaat!
*Dari catatan facebook (Pare,
06/01/2017)