Bersama peserta kopdar SPN |
Penghujung tahun 2016 kiranya menjadi
sebuah momen yang cukup berkesan dalam diri saya. Pada 21 November saya
berkesempatan mengikuti kopdarnya SPN (Sahabat Pena Nusantara) yang
diselenggarakan di Bondowoso, tepatnya di Pondok Pesantren Darul
Istiqomah-Pakuniran. Kopdaran ini menjadi pengalaman pertama bagi saya setelah
beberapa kali kopdar dilaksanakan di tempat yang berbeda. Saya tidak menyangka
bakal bisa hadir ke acara itu.
Mengingat sebelumnya saya belum pernah
ikut dan juga lokasinya yang kurang saya mengerti, sempat membuat niatan saya
maju-mundur. Perasaan malu juga sering melintas benak pikir saya ketika telah
kubulatkan niat. Namun, rasa penasaran dan keinginan saya untuk belajar dari
majlis ini telah menghapus keraguan saya. Pada akhirnya saya tata kembali niat
saya, kukumpulkan tekad, dan kuputuskan untuk hadir.
Suatu hari, tanpa sengaja saya melihat
sebuah pengumuman tentang SPN mampir dalam beranda FB. Itulah status Pak M. Husnaini
beberapa hari sebelum kopdar berlangsung. Beliau memposting brosur dan catatan
informasi penting tentang agenda tersebut. “Ingin Ikuutt”, Teriakan dalam hati
saya seraya mendorong diri saya untuk ikut. Saya baca baik-baik pengumuman
tersebut. Dari situ saya mendapatkan kontak FB
yang bisa dihubungi ketika ingin mendaftarkan diri.
Sayapun segera berkomunikasi dengan
beliau untuk mengetahui teknis pendaftaranya, hingga akhirnya saya menanyakan rute
perjalanan menuju ke lokasi, terutama jika ditempuh dengan transportasi umum
bus atau kereta api. Sehari sebelum berangkat saya sibuk mencari info lokasi
dan jadwal keberangkatan bus dan kereta dari internet. Kiranya lengkap sudah
info yang berhasil saya dapatkan. Saya semakin yakin saja kalau esok hari bakalan
bisa sampai di lokasi dengan lancar.
Saya berangkat pada hari Sabtu, 20
November 2016. Bus menjadi sahabat perjalanan saya waktu itu. Saya tempuh
perjalanan yang lumayan lama dengan menggunakan bus kota. Informasi yang saya
dapatkan bahwa bus jurusan Trengalek-Banyuwangi adalah angkutan yang pas menuju
Bondowoso. Di web yang saya buka itu ternyata dicantumkan juga tarif dan jadwal
keberangkatanya.
Saya memilih jam berangkat paling pagi, yaitu jam 06.00 dari
terminal Trengggalek. Berarti sekitar pukul 07. 00 sampai di terminal
Tulungagung. Karena saya naik dari sana, jam tujuh tepat saya berangkat dengan
diantar adik saya menuju stasiun. Tepat sekali, bus sudah mulai melaju. Saya
tidak perlu nunggu lama disana. Saya langsung menuju bus dan berangkat sekitar
07. 15.
Belum banyak penumpang di dalamnya,
sehingga saya bisa memilih tempat duduk yang nyaman. Saya duduk di dekat kaca.
Perjalanan semakin jauh, penumpangnya semakin bertambah. Udara di luar semakin
panas, rasa panas menyerang. Keringatpun
mulai membasahi muka. Dan saya baru sadar ternyata bus ini tidak ber-AC, hanya
mengandalkan AC jendela bagian atas.
Udara di bus bertambah panas saat bus
terjebak lampu merah. Serasa tidak ada semilir angin yang berhembus dari
jendela yang terbuka dikala bus tengah berhenti. Dari satu terminal ke terminal
lainya berhasil saya lalui. Perjalanan yang terlalu kunikmati membuat saya lupa
akan panas dan sesak di bus itu.
Setelah keluar dari kota Malang, hujanpun
turun. Jika tidak salah ingat ketika perjalanan sudah sampai di Kota Probolinggo.
Udara panas sedikit berkurang. Saya tidak berani tidur selama perjalanan itu,
karena takut kalau waktunya turun saya tidak turun, alias tertidur. Karena
jalanan sudah tidak terlalu
berkelok-kelok, saya mengeluarkan buku novel saya dari dalam tas untuk dibaca.
Memang sangaja saya siapkan untuk dinikmati di perjalanan, meskipun hanya bisa
saya baca beberapa bagian saja.
Sampai di terminal bus Bayu Angga
Probolinggo, yang ke Jember kami diminta untuk ganti bus jurusan Jember. Tentu
tanpa harus membayar lagi. Tinggal menunjukkan karcisnya saja. Meskipun bus
tanpa AC lagi, terasa cukup nyaman karena penumpangnya tidak terlalu sesak.
Hari sudah semakin sore. Sekitar pukul 03. 30 bus berangkat dari Probolingo
menuju Jember. Sampai di terminal Tawang Alun Jember tepat pada saat maghrib.
“Jember!!
Jember!! Jember terakhir” kata si kondektur ke arah semua penumpang bus. Lalu
kami pun bersiap-siap untuk turun.
Sampai di terminal Jember, salah
seorang ustadz dari pon pes Darul Istiqomah menghubungi saya, yaitu ustadz
Fajar. Beliau tengah menunggu di masjid dekat terminal bersama Ibu Rita.
Setelah tanya lokasi masjid ke beberapa orang, akhirnya saya menemukanya.
Rencana awal, saya akan naik angkot dari terminal tersebut, namun karena
ternyata dijemput, perjalanan ke Pesantren Daris di tempuh dengan mobil.
Awalnya saya kira Ibu Rita adalah istri beliau, namun ternyata perkiraanku
salah. Ibu Rita adalah peserta kopdar
juga. Beliau datang dari Malaysia, sungguh perjuangan yang luar biasa. Senang sekali bisa dipertemukan dengan beliau.
Ini adalah
kali kedua beliau mengikuti kopdar SPN. Setelah Sholat Maghrib, kami
melanjutkan perjalanan. Sekitar 45
menitan perjalanan yang kami tempuh dari terminal menuju lokasi.
Tiba di lokasi kami disambut dengan
sangat baik oleh Pak KH Masruri berserta Ibu Nyai, dan juga beberapa anggota
SPN yang sudah tiba disana, ada Pak Husnaini, Pak Didi Junaedi, Pak Adit, dan
Pak Nurroziqi. Kami berbincang-bincang sebentar, sedikit bercerita tentang
perjalanan kami. Suasana malam semakin ramai karena kedatangan Pak Emcho
beserta kedua mahasiswanya.
Sambil menikmati minuman hangat dan sajian spesial
yang dihidangkan oleh beberapa santi Daris yang sangat ramah, kami berbincang bersama
di teras belakang dalem. Sangat gayeng. Apalagi ditambah lelucon ala Pak Emcho
yang sesekali beliau lontarkan. Ternyata
beliau punya selera humor yang sangat tinggi.
Karena waktu sudah hampir larut malam,
kami mengakhiri perbincangan itu. Kami
menuju ke ruang istirahat masing-masing yang telah dipersiapkan oleh pihak
pesantren. Saya bersama Ibu Rita menjadi satu kamar. Kami menikmati waktu
istirahat dengan penuh suka cita.
Pare, 23-24 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar