Buku Aku, Anak Matahari |
Seorang motivator dari Perancis, Joseph
Joubert berkata “Children need models more than
they need critics”. Anak lebih membutuhkan teladan daripada kritik.
Anak selalu berbuat kebaikan kepada orangtua, pasti karena berkat orangtualah yang
memang selalu memberikan teladan kebaikan kepada anaknya, dan sebaliknya. Peran
orangtua dalam pendidikan anak sangat kuat. Ibu dan Bapak sama-sama memiliki
peran besar sebagai pendidik dalam keluarga. Ketika Ibu adalah madrasah pertama
bagi anak, dibalik itu ada sosok Bapak yang menjadi kepala madrasah. Begitulah
ibaratnya. Keduanya saling bekerjasama demi kebaikan anaknya.
Pernahkah
membaca kisah percobaan bayi yang pernah dilakukan oleh Raja Frederick penguasa
Jerman abad 13? Saya kutip dari www.hidayatullah.com,
berikut kisahnya.
Raja
Frederick, penguasa Jerman abad ke-13 saat itu pernah merampas 50 bayi dari
dekapan ibunya. Frederick ingin tahu, jika bayi-bayi manusia tidak diasuh dan
diajak bicara, bahasa seperti apa yang mereka gunakan. Berhari-hari bayi-bayi
malang itu hanya diasupi susu, dimandikan, lalu ditinggal di tempat tidur.
Hingga akhirnya bayi-bayi itu meninggal satu persatu.
Membaca
kisah tersebut, saya bersyukur sekali mempunyai orangtua yang sangat sangat
menyayangi dan mendidik saya dengan sepenuh hati. Sungguh berharganya sentuhan kasih
sayang beliau berdua mulai dari kehidupan awal saya di dunia hingga kini.
Semoga kasih sayang juga bisa selalu saya limpahkan untuk kedua orangtua.
Buku
berjudul Aku, Anak Matahari karya
Gola Gong tak lain mengisahkan peran hebat kedua orangtua beliau dalam
menjalani setiap jejak langkah kehidupan yang tidak ringan. Gola Gong bertutur
banyak tentang keluarganya, tentang bapak dan emak yang mendidik dengan penuh
cita dan kasih sayang menjadi sumber inspirasi baginya.
Saya
meneteskan air mata ketika mengetahui kisah beliau semasa kecil, saat
kecelakaan merenggutnya sehingga membuat tangan kiri beliau diamputasi. Tidak
terlintas dalam benak saya bahwa sosok hebat ini berlengan satu. Saya pun juga
tidak menyadari hal itu ketika beberapa teman berkesempatan dengan Gola Gong
dan berfoto bersama lalu mengunggahnya di laman FB. Segala sesuatunya tampak
baik-baik saja. All is well dan
memang begitulah adanya.
Sederet
orang-orang yang mempunyai kekurangan fisik malah menjadikan mereka lebih
hebat. Namun, terkadang kita yang diberikan anggota tubuh lengkap punya fikiran
bahwa masih ada banyak kekurangan, sehingga menyurutkan semangat untuk maju.
Buku ini
dikisahkan dengan gaya bahasa naratif dan dipadu dengan puisi sebagai pembuka tulisan. Ketika membacannya seakan Gola Gong
mengisahkan cerita-cerita beliau tersebut secara langsung.
Di bab dua, salah
satunya beliau menceritakan kronologi kejadian kecelakaan yang menimpannya. Gola
Gong kehilangan tangan kiri sebatas sikut pada usia 11 tahun tepatnya ia
menjalani operasi amputasi pada bulan Oktober 1973. aktu itu ia dan
teman-temannya bermain di alun-alun kota dan ada tentara latihan terjun payung,
Gola Gong kecil menantang kawan-kawannya untuk adu keberanian seperti penerjun
payung. Adu keberanian tersebut dilakukan dengan cara loncat dari pohon dan
berujung celaka bagi Gola Gong karena ia mengalami cidera parah sehingga tangan
kirinya harus diamputasi sebatas sikut (Hal. 47-48).
Mengetahu
bahwa tangan kirinya tidak akan panjang lagi, tentu membuat Gola Gong sangat
terpukul. Apalagi kejadian itu menimpa kala beliau masih kecil. Kekuatiran
untuk diejek teman, tidak bisa bermain bersama, dll tentu ada. Namun, pada
kenyataanya beliau tidak merasa terpukul dan sedih. Gola Gong tetap bersemangat
dan mampu menjalani hari-hari layaknya anak normal lainnya. Bahkan, berkat
kasih sayang kedua orangtua dan sederet aktivitas yang dijalani setiap harinya
membuat beliau lupa bahwa telah kehilangan lengah kirinya.
Orangtua
beliau memang telah mempersiapkan Gola Gong dengan cinta agar ia mampu
menghadapi kehidupan yang keras tanpa merasa sedih dan rendah diri. Gola Gong
digmbleng oleh orangtuannya dengan buku bacaan, olahraga dan dengan dongeng
sebelum tidur, hingga tayangan film agar memiliki mental baja ketika maju ke
medan perang kehidupan. Benar, beliau benar-benar menjadi pemenang dlam
kehidupan.Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain. Begitulah
prinsip Bapak dan Emak Gola Gong dalam mendidik.
Badminton
membawaku keliling dunia merupakan salah satu judul tulisan yang ada dibuku
ini. Gola Gong menceritakan peran ayah yang sangat telaten dalan mengajarinya
olah raga, misalnya berenang dan badminton. Hasilnya, Gola Gong mampu meraih
berbagai kejuaraan badminton se-Asia Pasifik layaknya atlet berlengan dua. Ada
yang menarik dari kisah ini. Selain memberikan berbagai macam pengetahuan,
misalnya lewat membaca, cerita dongeng, film, bagi orangtua, terutama Bapaknya
berolah raga sangat penting. Hasilnya, Gola Gong mampu meraih berbagai
kejuaraan badminton se-Asia Pasifik layaknya atlet berlengan dua. Karena jiwa
yang sehat terdapat dalam tubuh yang kuat. Hal itu dicamkan baik-baik olehnya.
Bapak dan
Emaknya punya cara yang sangat berbeda saat mendidik Gola Gong. Ketika Bapaknya
mendidik dengan learning by doing,
berbeda dengan Emaknya yang lebih ke dukungan psikis. Fisik yang kuat menjadi
wadah yang pas bagi kebutuhan psikis. Keduanya saling melengkapi. Emaknya
selalu menyemangati Gola Gong dengan nasehat-nasehat yang menenangkan, sehingga
apapun yang akan dilakukan ia selalu bersemangat, bersikap optimis, dan sangat
kreatif meskipun dirinya cacat.. Menurut Gola Gong, Emak ialah sosok yang
selalu mengasah hati dan jiwanya, membuatnya untuk tetap rendah hati. Kehidupan
yang begitu harmonis.
Judul buku Aku, Anak Matahari memang punya filosofi
yang kuat. Kedua orangtua beliau ibarat sosok mataharinya, yang selalu
memberikan peran hebat baginya. Ketika sosok ayahnya sakit dan meninggal dunia,
Gola Gong sangat sedih. Meskipun sang matahari itu sudah tak ada, namun sederet
pembelajaran yang sudah diajarkan untuknya masih senantiasa memancarkan cahaya
terangnya. Ketika mendidik keempat anaknya, Gola Gong sepenuhnya meneladani apa
yang orangtuannya ajarkan kepadannya. Gola Gong dan Istrinya juga menjadi
orangtua hebat. Selain orangtua yang hebat, Gola Gong juga menjadi penulis hebat.
Dia emang keren, Mbak
BalasHapus