Oleh: Eka Sutarmi
Periksa rutin ke dokter
saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh
saya. Tepatnya 6 Juli 2021, saya periksa ke dokter untuk kali pertama.
Terhitung hingga saat ini, saya bolak balik ke dokter sudah hampir satu tahun.
Periksa tiga bulan pertama, dokter memberi resep obat untuk dikonsumsi satu
minggu, jadi saya harus kembali lagi satu minggu kemudian. Bulan berikutnya,
saya periksa dan menebus resep satu bulan sekali.
Saya bukan tipe orang
yang sangat gampang minum obat, kecuali memang karena terpaksa. Dan kini saya
harus minum obat rutin. Bosan? Pastinya. Beberapa bulan berjalan, bukan hal
mudah saya lakukan. Belum terbiasa dan sangat terpaksa. Tapi saya harus sadar,
saya harus bersyukur dipertemukan dengan salah satu jalan kesembuhan atas
penyakit ini. Bagaimana jadinya jika hingga detik ini saya membiarkannya. Pasti
kondisi tubuh saya sudah tidak karuan.
Semoga lantaran minum
obat rutin, bisa mencegah pembesaran kelenjar tiroid yang ada di organ tubuh
saya. Setiap saat memang saya perlu berpikir optimis jika saya pasti sembuh.
Pikiran seperti itu perlu saya tanamkan dalam diri, agar saya tidak merasa
terbebani dan seakan tidak sedang terjadi apa-apa.
“Sampai kapan, dok saya
harus minum obat?” Tanyaku pada suatu waktu.
“Sabar ya, Bu. Obat ini
fungsinya untuk menghambat produksi tiroid berlebih dan menormalkan kadar
tiroid yang ada dalam tubuh. Selama belum normal, obat harus dikonsumsi rutin,”
terangnya.
Memang dua kali cek lab terbaca jika hormon tiroid dalam tubuh saya belum normal. Kadar TSH (thyroid stimulating hormone) masih rendah. Artinya
ketika kadar TSH rendah, maka kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid dalam
jumlah yang banyak. Hormon tiroid dalam tubuh ini punya peran penting untuk
proses metabolisme. Akibatnya, ketika tubuh memproduksi hormon tiroid berlebih,
proses metabolisme tubuh pun bekerja lebih cepat dari kondisi normal dan akan membuat segala sesuatu di dalam tubuh berjalan lebih
cepat dari seharusnya.
Sejauh ini sudah banyak
perubahan kondisi kesehatan yang saya rasakan. Tremor saya sudah berkurang,
denyut jantung yang dulunya terasa sangat berdebar kini berangsur membaik,
tidak lagi mengeluarkan keringat berlebih, nodul atau benjolan di leher semakin
lunak, meskipun masih merasakan ada benjolan saat meraba leher sebelah kanan, dan
masih banyak lagi perubahan yang saya rasakan. Alhamdulillah.
Bukan foto narsis 😁 Terlihat mataku lebar sebelah |
Memang ada beberapa
kondisi tubuh yang masih saya keluhkan. Salah satunya mata saya yang sebelah
kiri lebih lebar dan sedikit menonjol. Sebenarnya, sudah tidak separah dulu, sebelum
saya minum obat rutin. Menurut penjelasan dokter, mata saya ini sudah sulit
kembali normal, karena saat diobati kondisinya memang sudah parah dan
terlambat. Ketika diperiksakan ke dokter mata sekalipun hasilnya juga demikian,
tapi saya belum mencoba mengkonsultasikan.
Selain masalah mata, juga masalah rambut rontok berlebih dan berat badan saya yang sulit sekali bertambah. Selama menderita hipertiroid, nafasu makan saya bertambah. Saya gampang sekali merasa lapar. Porsi makan pun terkadang bisa dibilang ‘porsi kuli’. Banyak juga yang bilang ‘okeh tibake panganane cah iki’. Tapi anehnya berat badan saya berhenti di angka yang sama. Selama kadar hormon tiroid belum seimbang, saya masih kesulitan menaikkan berat badan, karena proses metabolisme dalam tubuh belum bekerja secara normal.
Obat tiroid dosis rendah yang saya konsumsi secara rutin |
Obat tiroid yang selama
ini saya minum rutin adalah propanolol dan Propylthiouracil.
Obat ini berbentuk pil dengan dosis paling rendah. Sehari saya minum dua kali, diminum
rutin selama satu bulan. Dan bulan depannya saya kembali mengulang hal yang sama.
Selama ini tindakan yang dilakukan untuk merekam perkembangan kesehatan
saya, masih dengan wawancara medis dan pemeriksaan kondisi tubuh. Setiap kali
periksa, dokter menanyakan semua keluhan yang saya alami dan juga melakukan
pemeriksaan seperti denyut nadi, detak jantung, tekanan darah, meraba benjolan
di leher, menimbang berat badan, dll. Juga setiap 3 bulan sekali dilakukan pemeriksaan lab hormon tiroid.
Rencana tindakan selanjutnya yaitu harus melakukan USG leher
untuk mengofirmasi pembesaran kelenjar tiroid. Jika memang nodul/benjolanya
tergolong kecil dan masih bisa dicegah dengan pengobatan rutin, tidak perlu
dilakukan operasi. Tapi, jika benjolannya mengharuskan untuk diangkat, saya pun
siap untuk itu.
Saya sadar sepenuhnya jika sakit itu sebuah ujian dan untuk menghadapinya saya memilih untuk berupaya
sembuh. Sebuah ungkapan “setiap penyakit ada obatnya” juga menjadi pengingat
diri, sebagai isyarat perintah untuk berobat. Sebagaimana saat kita lapar lalu
mencari makanan, saat haus kita mencari minum, dan kondisi lainnya yang memang
perlu diatasi bukan hanya dihadapi dengan diam.
“Setiap penyakit memiliki obat. Bila cocok
obat dengan penyakitnya maka akan sembuh dengan izin Allah”
BISMILLAH
Panggul-Trenggalek,
28 Mei 2022