Aku merasa sangat kehilangan ibuku mertua. Aku benar-benar tidak mengira jika Allah menggariskan usia beliau sedemikian singkat. Sungguh, masih banyak anganku yang ingin aku lakukan bersama ibu mertuaku.
Entah kenapa, semenjak ibu sakit aku merasakan kasih sayang lebih dan perhatian penuh dari beliau. Aku selalu berdoa untuk kesembuhannya. Suamiku juga pernah bilang bahwa harapan terbesar dalam hidupnya ketika nantinya aku melahirkan dengan lancar, dede bayi sehat dan mertuaku sembuh dari penyakitnya.
Kurang lebih satu tahun ibu berjuang melawan sel kangker dalam tubuhnya.
Awalnya, ada benjolan sebesar telur ayam di paha kirinya. Karena tidak merasakan sakit, suamiku menganggap itu tidak bahaya. Lama-lama benjolan itu membesar dan tubuh terasa panas ketika ibu kecapekan.
Suamiku memeriksakan ibu ke spesialis bedah di RSUD. Setelah menjalani beberapa kali periksa, ternyata terdeteksi ada sel kanker dalam tubuh ibuku. Dokter menyarankan 3 rumah sakit yang bisa menangani penyakitnya, RS Dr Soetomo Surabaya, RS Saiful Anwar Malang, dan RS Bayangkara Kediri.
Karena pertimbangan jarak tempuh, suami memilih memeriksakan ibu ke RS Bhayangkara Kediri. Jarak tempuh sekitar 4 jam perjalanan menggunakan mobil.
Satu tahun wira-wiri berobat ke Kediri bukan hal yang mudah dijalani, terutama suami dan ibuku. Suamiku memang anak laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara, jadi ia harus bertanggung jawab penuh untuk mengurus pengobatan Ibu.
Perlu perjuangan yang luar biasa, terutama bagi Ibu saat awal-awal berobat ke Kediri. Jarak tempuh yang jauh, capek sudah pasti.
Karena dari rumah berangkat naik travel, jadi waktu tiba di sana tidak bisa disesuaikan dengan jam praktek dibuka. Sampai di sana ibu harus mengantri berjam-jam menunggu praktek dokter onkologi buka. Belum, kalau mendapatkan nomor antrian yang banyak. Kalau sudah dilayani, Ibu tidak bisa langsung pulang, karena harus menunggu travel dari Surabaya datang.
Perjalanan ke Kediri dilakukan Ibu selama serangkaian pengobatan sebelum operasi. Butuh berkali-kali tatap muka dengan dokter sebelum Ibu dioperasi.
Perjalanan PP yang melelahkan seringkali dijalani. Jika esok hari diminta dokter untuk kembali ibu dan suami memilih mencari kos terdekat dengan rumah sakit. Beberakali ibu diajak menginap di kos.
Pernah juga, karena keterbatasan informasi mengenai rumah sakit, sampai di tempat mendadak ditempel pengumuman jika poli di hari tersebut tidak buka. Sungguh, kasihan.
Ya Allah mudahkanlah Ibuku menjalani proses pengobatan. Doa yang setiap kali kuucapkan saat ibu diantar berobat.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar