Entah ada berapa mushola dan masjid di desa yang dijuluki
Kampung Inggris ini. Masjid satu sama lain jaraknya sangat dekat. Jaraknya yang
dekat, saya sering berganti dari satu masjid ke masjid yang lain untuk sholat
berjamaah. Ketika waktu sholat tiba, kumandang azan terdengar dari banyak
penjuru masjid.
Begitu juga saat bulan Maulud ini. Ketika memasuki bulan
Rabiul Awal , saat dimana masyarakat muslim memperingati hari kelahiran Nabi
Besar Muhammad SAW. Begitu juga di Kampung Inggris. Peringatan
Maulid Nabi yang jatuh pada hari Jumat lalu, hingga saat ini masih terasa.
Masing-masing RT disini punya kreasi tersendiri untuk memperingati maulid Nabi
ini dan kebanyakan peringatan diadakan di masjid-masjid. Ketika malam tiba
sholawat dengan serempak dilantunkan dari masjid-masjid dan juga suara
pengajian yang terdengar jelas dari rumah.
Baru tadi malam aku berkesempatan menghadiri acara maulid
Nabi di mushola terdekat, yaitu mushola Arrohmat yang berada di jalan Asparaga.
Sekitar pukul delapan malam, lewat pengeras suara diumumkan para hadirin untuk
segera merapat ke mushola. Saya pun bergegas menuju ke lokasi. Saya sempat mengajak
teman-teman. Namun, tidak ada yang mau. Sebagian memang tidak paham bahasa Jawa
dan ada yang beralasan sungkan. Akhirnya saya berangkat sendiri.
Terlihat ibu-ibu dan bapak-bapak sudah memenuhi ruangan dan
halalaman mushola yang cukup luas. Aku memang merasa asing di sana. Saya
perhatikan anak-anak kursusan terdekat tidak datang, namun beberapa anak cowok
ada yang hadir. Kebanyakan yang hadir warga asli situ. Saya pun berabaur dengan
mereka. Semoga niat saya untuk menghadiri majlis ilmu ini berkah.
Tak banyak rangkaian kegiatan yang diadakan. Sebelum acara
dimulai ada lantunan sholawat. Setelah para jamaah lengkap, bapak pembawa acara
membuka acara dan disusul dengan pengajian dan terakhir pembagian nasi kotak yang dibawa oleh para jamaah.
Dalam kesempatan ini, acara mauidhoh diisi oleh pak naib
dari desa yang sama, yaitu Ust. Baqim. Beliau menyampaikan ceramahnya sangat
semangat. Sesekali beliau juga melucu dengan pantun jawa.
Saya mencacat apa yang beliau sampaikan. Bagi saya ini
adalah ilmu berharga yang bisa menjadi pengingat bagi saya untuk senantiasa
berada pada jalan-Nya.
Beliau mengawali ceramahnya dengan menjelaskan pentingnya
meneladaninkehidupam Nabi. Nabi Muhammad adalah sebaik-baik umat (Khairunnas).
Dalam QS Al-Ahzab :21, Allah telah berfirman bahwa
sesungguhnya terdapat dalam diri
Rosulullah suri tauladan yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari ada orang baik, namun tidak
boleh mencoteknya, yaitu ketika sedang ujian di sekolah. Sebaik dan sepintar
apapun teman pasti sang guru melarang untuk meniru atau mencontek., karena
memang mencontek adalah perilaku yang kurang baik.
Berbeda dengan hal yang satu ini. Kita semua agar
berperilaku yang baik malah dianjurkan untuk mencontek. Kita harus mencontek
apa yang telah Nabi kita ajarkan. Beliau adalah
panutan dan contoh sejati. Jika dilingkungan sekitar
kita ada orang yang baik sikapnya, penting juga untuk menirunya agar sikap baik
tersebut menular.
Sesi menarik ketika Ustad Baqim menjelaskan tentang
asal-usul munculnya peringatan maulid Nabi.
Peringatan maulid nabi bisa juga disebut perayaan hari ulang
tahun Nabi karena memang pada dasarnya peringatan hari lahir Nabi Muhammad.
Dulu, Nabi Muhammad tidak merayakan hari ulang tahunnya setahun sekali layaknya
anak jaman sekarang. Lilin dan kue pun
juga belum ada di perayaan ulang tahun.
Jadi begini, Nabi Muhammad dulu merayakan hari ulang
tahunnya dengan berpuasa. Bukan satu tahu sekali, namun setiap hari kapan
beliau dilahirkan, yaitu setiap hari Senin. Sejarah puasa Senin Kamis juga
berawal dari kisah itu.
Suatu ketika
sahabat seorang sahabat bertanya kepada Nabi,
“Ya rasulullah, kenapa engkau
puasa pada hari Senin dan Kamis?” Seketika
Rasulullah menjawab, “Ketahuilah,
Saudaraku. Hari Senin adalah hari dimana aku diturunkan ke dunia. Hari dimana
aku lahir dari rahim ibuku, pertama kalinya aku menyentuh alam ini. Aku sangat
bersyukur atas kelahiranku di dunia, dan aku menunjukkan rasa syukurku dengan
melaksanakan puasa pada hari itu.”
“Lalu
bagaimana dengan hari Kamis, ya Rasul? Apa
istimewanya hari itu?” Tanya sahabat lagi. Dengan tenang Rasulullah
menjawab, “Tahukah engkau, Saudaraku?
Bahwa pada hari itu (Kamis) semua amal ibadah umat manusia dikumpulkan
dihadapan Allah oleh para malaikat. Tidakkah engkau merasa bahagia jika di saat
amalmu sedang diperiksa, engkau sedang dalam keadaan beribadah kepadaNya?”
Ustad Baqim
juga menyinggung tentang zaman Shalahuddin al-Ayyubi, yang mana
tradisi memperingati maulid dengan menghadirkan banyak orang pertama kali
dilaksanakan. Pada masa itu terjadi perang salib. Untuk membangkitkan semangat
jihad kaum Muslimin pada masa itu dalam menghadapi tentara salib itu adalah dengan
cara meningkatkan dan mempertebal kecintaan kepada Rasulullah. Dan akhirnya
peperangan dimenangkan oleh kaum Muslimin.
Terakhir,
Ustad Barqim berpesan kepada para jamaah untuk selalu menumbuhkan rasa cinta pada Nabi Muhammad. No love before meeting, tak kenal maka
tak sayang. Perkenalan adalah salah satu cara untuk menumbuhkan rasa cinta
kepada sang baginda Nabi. Karena kita semua tidak dilahirkan pada zaman Nabi,
jadi untuk mengetahui siapa sebenarnya beliau, maka perlu mempelajari kisah
atau sejarah Nabi, membaca buku-buku tentang sunnah-sunnah nabi, dll. Namun ada
yang lebih penting, tak lain adalah memberikan kekuatan terhadap batin kita.
Salah satu caranya dengan memperbanyak membaca sholawat.
Pak Ustad memberitahu para jamaah bahwa sholawat adalah salah
satu doa sapu jagad. Ibarat orang tidak tahu siapa Nabi Muhammad, jika mengamalkan
sholawat dengan ikhlas, tetap mendapatkan khasiatnya. Surga telah dijanjikan
oleh Allah bagi siapa yang cinta pada Nabi Allah. “Suwarganing roso” Itu adalah surga dunia yang kita dapatkan ketika
mampu senantiasa berdikir dan bersholawat. Ketenangan batin memang sangat
penting dalam hidup kita.
Ketika kita menyalakan senter dan dihadapkan ke kaca, maka
cahaya tersebut akan memnatul pada diri kita. Semakin besar dan terang cahaya
senter, cahaya yang memantul pada diri kita juga banyak. Begitu juga ketika teladan
kehidupan Nabi Muhammad senantiasa kita amalkan, balasan kebaikan pun akan
mengalir.
Kecintaan kita kepada Nabi Muhammad memang tidak bisa
dilihat dengan mata kita, hanya hati dan perasaan kita yang mampu
mengetahuinya, karena ini adalah soal urusan batin. Diungkapkan pun rupannya
juga sulit. Yang tahu hanya Allah dan kita yang merasakannya.
Jadi, mari kita tanyakan pada diri sendiri, sudah seberapa
kah ukuran cinta kita kepada Nabi Muhammad? Tidak perlu dijawab, tapi
dibuktikan dengan meneladani sikap Nabi Muhammad dan mengamalkan sunah-sunahnya.
Sebenarnya masih banyak juga yang harus dikoreksi dalam diri kita,
untuk meneladani dan mencintai junjungan kita yang mulia Nabi Muhammad SAW.
Semoga kita senantiasa mendapat sayafat Nabi Muhammad lahir
batin, dunia dan akhirat.