Kebun teh adalah salah
satu destinasi wisata yang belum pernah saya kunjungi. Jadi, saya sangat
antusias ketika acara penutupan English Program (09/4) para siswa mengajak pergi
bersama-sama kesana. Ada sekitar 35 siswa yang ikut. Setelah dihitung biaya
masuk wisata dan transportasi, kami harus membayar 30.000.
Bukan bus yang mengantarkan kami, tapi mobil pick-up. Naik
mobil bak bukan hal yang aneh bagi saya, karena ketika duduk di bangku SD saya
sering ikut ibu ke pasar naik mobil pick-up. Malah seru menurut saya bepergian
dengan mobil pick-up.
Medan jalan yang terjal dan menanjak, memakai mobil pick-up menjadi
opsi terbaik. Perjalanan kurang lebih memakan waktu sekitar tiga jam. Dua mobil
pick-up siap mengantar kami. Ada yang berdiri dan ada yang duduk. Saya memilih
berdiri dibelakang bersama banyak teman lainnya.
Suasana hati yang riang, setelah perjalanan kurang lebih setengah
jam, suasana hati saya menjadi gundah. Yang mulanya saya
ikutan bercanda bersama yang lain, tiba-tiba saya terdiam seketika. Pandangan
saya menjadi buram dan penuh kunang-kunang. Saya akan merepotkan teman jika
saya pingsan di mobil, ada-ada saja.
Dengan nada yang lirih saya meminta untuk duduk di depan.
Saya dikiranya mabuk. Saya hanya pusing saja, tidak merasa mual. Mobil
berhenti sebentar, lalu saya pindah kedepan. Setelah duduk di depan, saya
merasa lebih nyaman. Saya pun menikmati perjalanan hingga sampai tujuan.
Masuk di desa Pandansari
Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah jalan semakin menanjak.
Suasana pun semakin dingin. Jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 10,
namun kabut tebal masih menyelimuti jalan menuju Kaligua. Jarak pandang hanya
sekitar 30 meter saja.
Kabut Tebal diantara pohon pinus
|
Ada yang membuat saya terkesima dengan pemandangan alam
disana. Masuk di desa tersebut, langsung disambut dengan tanaman berbagai macam
sayur-mayur yang tumbuh subur. Dengan lahan tanah yang luas, sayuran itu
sungguh terlihat elok. Seperti yang saya lihat, ada sayur Kol, Kubis, Buncis, Daun bawang, Tomat, Cabai, Bawang
merah, dll. Para petani sayuran juga terlihat sibuk melakukan aktivitasnya
disana.
Sebelum memasuki lokasi wisata perkebunan teh,
mobil berhenti di lokasi kurang lebih 2 km dari kebun teh. Lalu, kami turun
dari mobil. Ternyata disitu ada tempat unik, namanya Telaga Ranjeng. Bukan
sekedar Telaga biasa, namun di dalam Telaga tersebut hidup ribuan ikan lele.
Yang menjadi pusat perhatian adalah lele tersebut tumbuh membesar bak ikan lele
raksasa. Karena konon ada mitos bagi orang yang mengambil ikan di telaga
tersebut, menjadikan ikannya bisa terlindungi dari tangan jail. Saya hanya
menyaksikan dari luar pagar saja. Banyak teman-teman yang masuk ke dalam pagar
menyaksikan langsung dan juga memberi makan ikan.
Setelah puas menyaksikan Telaga Ranjeng,
lalu persiapan untuk melanjutkan perjalanan yang kurang sekitar 2 km lagi. Saya
yang semula duduk di depan, pindah ke belakang. Saya merasa sudah fresh lagi.
Menyaksikan pemandangan juga lebih jelas dari belakang.
Melanjutkan perjalanan dari telaga ranjeng
sekitar 2 km barulah sampai di gerbang loket masuk Agrowisata Kaligua.
Pengunjung diharuskan membeli tiket masuk sebesar 15 ribu rupiah / orang. Karena
sistemya kolektif, jadi hanya `beberapa orang saja yang menuju ke loket. Dari
gerbang loket masuk ternyata masih cukup jauh untuk menuju tempat parkir.
Hamparan perkebunan teh sudah mulai tampak jelas dari luar pintu masuk.
Sekitar 2 km lagi kami menuju ke tempat parkir yang berada
tepat di tengah-tengah bukit teh. Dari atas mobil, kesegaran pemandangan alam
kebun teh mulai terasa. Belum lagi ketika kami bersama-sama tea-walk disana.
Sungguh, hamparan kebun teh di lereng
Gunung Slamet tidak hanya menyuguhkan pemandangan eksotik. Dari ketinggian
1.500-2.050 di atas permukaan laut, keindahan alam yang ijo royo-royo semakin
sempurna ketika diri ini bisa menyaksikan langsung.
Perjalanan yang jauh dan melelahkan karena medan jalan yang
cukup terjal, seketika terbayarkan setelah berada di tempat parkir kebun teh.
Inilah waktu yang ditunggu-tunggu. Saatnya menikmati
keindahan kebun teh dengan berjalan-jalan diantara teh yang menghijau, sungguh
indah sekali.
Selain menikmati pemandangan alam kebun teh, didalamnya juga ada fasilitas menarik untuk pengunjung. Untuk mencapai tempat tersebut bisa dengan jalan kaki melewati jalan di tengah kebun teh.
Hamparan hijau kebun teh |
Teman saya yang sedang menikmati perjalanan di kebun teh |
Selain menikmati pemandangan alam kebun teh, didalamnya juga ada fasilitas menarik untuk pengunjung. Untuk mencapai tempat tersebut bisa dengan jalan kaki melewati jalan di tengah kebun teh.
Yang pertama adalah Mata Air Tuk Bening. Di
tempat ini ada sumber air yang sangat bersih, dingin, dan segar. Sampai disini
kami berhenti bersama-sama untuk menikmati air ini. Setelah berjalan-jalan
menyusuri kebun teh, tempat ini bisa untuk melepas lelah. Di pancuran ini bisa
menyegarkan diri dengan membasuh muka atau sekedar cuci kaki dan tangan. Karena
airnya sangat jernih, sehingga bisa langsung diminum. Di tempat ini saya
mengisi botol air minum saya dan saya minum saat haus di perjalanan.
Sedang menikmati mata air tuk bening yang bersih dan menyegarkan |
Yang kedua yaitu Goa Jepang. Goa ini dulu merupakan
tempat persembunyian tentara Jepang yang dulu berusaha merebut kebun teh. Tempat ini dibangun oleh tentara Jepang pada tahun 1942. Proses pengerjaannya dilakukan masyarakat
kampung setempat lewat cara kerja paksa atau romusa.
Seperti halnya goa-goa ;pada umumnya,
gelap, sempit, dan dingin. Kami bersama-sama menyusuri lorong goa dengan
dipandu sang pemandu. Terlihat air menetes di beberapa titik goa dan sesekali
mengenai tubuh. Dingin sekali. Di dalam goa,
pemandu memberikan penjelasan terkait dengan kegunaan goa ini.
Didalamnya
ada beberapa ruangan, diantaranya ruang sidang, ruang tahanan, ruang ritual, ruang pembantaian,
ruang senjata, dll. Masing-masing ruangan tersebut dilengkapi miniatur yang
menunjukkan aktivitas disana. Misalnya di ruang pembantaian; di dalam ruangan
tersebut digambarkan pembantaian warga Indonesia pada zaman penjajahan. Tidak
ada 20 menit, seluruh bagian gua sudah ditelusuri.
Karena Bapak Kepala Sekolah berpesan untuk
tidak hanya jalan-jalan saja, tapi sedikit ada kegiatan berbahasa Inggris disana.
Akhirnya, setelah selesai menelusuri goa, sebelum sholat dhuhur, para tutor
mengkondisikan siswa untuk berkumpul dan diberi pengumuman terkait apa yang
harus mereka lakukan.
Siswa diminta untuk menyiapkan selembar
kertas dan pen. Tugas mereka ada mencari kosakata yang berada di lokasi
tersebut sebanyak minimal 50 selama 15 menit. Jika sudah selesai siswa mencari
pasangannya. Tugas mereka adalah saling memberikan tebakan kosakata yang mereka
dapatkan. Mereka mencari tempat masing-masing yang nyaman. Syaratnya jarak
mereka harus berjauhan, agar kedengaranya lebih seru. Menjadi pusat perhatian para pengunjung yang
lain, karena mereka kelihatanya berteriak-teriak yang tidak jelas di tempat
wisata. Ohh bukan…Mereka lagi belajar.
Hujan turun secara perlahan saat mereka
sedang asyiknya belajar. Mereka disuruh untuk mempercepat belajarnya. Rintikan
hujan semakin lama semakin deras, lalu hujan turun sangat lebat. Pengunjung
menuju tempat yang teduh. Menunggu hujan
reda cukup lama. Kebun teh yang diguyur hujan semakin menampakkan kesuburannya. Menunggu hujan reda
sambil menikmati permadani hijau di kebun teh Kaligua.
Hampir pukul 13.30 hujan belum reda juga
reda. Karena belum sholat, kami memaksakan untuk lari ke mushola. Lalu, segera
mengambil air wudhu dan bergantian melaksanakan sholat dhuhur.
Hujan mulai reda. Kami bersiap untuk
perjalanan pulang, tapi harus ke tempat semula dulu kan? Yaitu ke tempat parkir
mobil dulu. Karena sudah terasa lelah, kembalinya tidak jalan kaki, tapi naik
kereta mini. Dengan membayar seribu rupiah kami bisa sampai di tempat parkir.
Sebenarnya kurang lama naik keretanya. Ketika berjalan kaki terasa lama, tapi
ketika naik kereta ini sangat kilat.
Memanfaatkan wahana kereta di Kaligua
|
Sebelum naik mobil, kami terlebih dahulu
mengambil foto di spot menarik di tempat tersebut, seperti halnya di gardu
pandang, di depan gerbang masuk, dll. Tidak lupa juga membawa oleh-oleh teh bubuk
hitam khas Kaligua.
Dari gardu pandang
|
Itulah sekelumit cerita saat piknik bareng ke kebun teh Kaligua, Brebes. Sungguh perjalanan ini sangat mengesankan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar