Bayang-bayang ketakutan akan jarum suntik yang konon lebih
besar dari biasanya dan menyaksikan darah yang mengalir ke kantong membuatku
ragu untuk menjadi pendonor. Dalam bayangan semuku prosedur donor darah itu
sangat menyakitkan. Betapa malunya diriku ketika petugas PMI menyuntikkan jarum
di lenganku, tiba-tiba aku menjerit histeris. Oh…tidak.
Aku sebenarnya terinspirasi dengan teman kuliah yang rutin
mendonorkan darahnya ke PMI. Sekali aku mengantarnya, namun aku takut
menyaksikan prosesi ketika ia donor darah. Setelah selesai, ia tidak mengeluh
kesakitan. Keadaanya baik-baik saja. Lantas kenapa aku harus takut sebelum
mencoba?
Di sekolah tempatku bekerja ternyata ada teman yang sudah
puluhan kali donor darah. Ia rutin mendonorkan darahnya setiap 3 bulan sekali.
Bahkan ketika sekali saja tidak donor darah, terasa ada yang kurang. Aku jadi
semakin optimis kalau aku berani.
Suatu hari datang petugas PMI Trenggalek ke sekolah. “Apa
mau ada donor darah ya?” pikirku. Ternyata benar ada surat pemberitahuan dari
PMI kalau donor darah akan diadakan tanggal 8 Oktober di kantor kecamatan pukul
09.00. Momen yang pas banget.
Ada 6 orang dari sekolah yang ingin donor darah, termasuk
aku. Kami berangkat ke posko donor darah bersama-sama. Sampai di lokasi ada
beberapa orang yang sudah antri. Menyaksikan mereka baik-baik saja, aku semakin
yakin saja kalau hari itu bakal sukses menjadi pendonor untuk kali pertama.
Sebelum donor, kami harus menghadap petugas untuk mengisi
fomulir, tanda tangan, dan pemeriksaan kesehatan, seperti tes golongan darah,
tensi darah, dan cek HB.
Ketika jari manisku disuntik dengan jarum kecil lalu dites
menggunakan alat, ternyata petugas bilang HB-ku tidak memenuhi. HB normal untuk
cewek dewasa yaitu 12, sementara HB-ku kurang dari itu. Pasti sangat kecewa
jika petugas bilang bahwa saat ini aku tidak bisa ikut donor darah. Aku sempat
memohon agar aku tetap bisa donor darah. Alhamdulillah aku lolos. May everything is all right.
Ternyata donor darah itu tidak menyakitkan dan
memakan waktu yang tak lama, tidak ada satu jam.
Sebelum disuntik, petugas akan memeriksa
tekanan darah lagi. Lengan dibebat dan dipompa
sebentar. Setelah itu, barulah jarum suntik donor darah ditusukkan di
lengan. Bagian penusukan inilah yang membuatku sedikit kaget. Tidak
terlalu sakit sebenarnya. Setelah jarum suntik masuk ke dalam pembuluh darah,
tidak akan merasakan sakit lagi. Mungkin proses ini hanya butuh sekitar 15
menit untuk memindahkan dari tubuh ke kantong.
Setelah semua alat dilepas,
petugas meminta pendonor darah untuk istirahat sebentar, lalu dipersilahkan
beranjak.
Senang sekali. Akhirnya aku
berhasil membunuh rasa takut dan penasaran akan donor darah. Semoga selanjutnya
aku bisa donor darah lagi.
Aku tambah senang, ternyata
selepas donor darah itu dapat bingkisan hehe…
Panggul-Trenggalek, 31 Oktober 2018