“Sholat adalah upaya untuk pemenuhan kebutuhan kalbu, jiwa, dan perasaan.”
~Prof. Dr. H. M. Quraish
Shihab, MA~
Saya malu pada-Nya karena terkadang sholat saya masih ada
yang bolong dan enggan untuk segera memenuhi panggilan-Nya. Seruan azan tidak
lantas segera mengambil air wudhu dan menghadap pada-Nya. Sholat dengan rutin walau
hanya lima kali sehari dan dalam beberapa menit saja rasannya masih belum bisa.
Padahal sehari selama lima kali itu sudah termasuk sangat ringan.
Sholat wajib pada mulanya hingga 50 kali dalam sehari semalam. Namun, Rasulullah bolak-balik meminta keringanan dan akhirnya dalam sehari lima kali saja. Ini sebenarnya bertujuan agar tidak ada lagi dalih bagi siapa pun yang masih menilainya sebagai kewajiban yang berat dan mengabaikan kewajiban itu. Berupaya untuk bisa sholat secara rutin dan tepat waktu adalah sebuah misi yang harus saya tanamkan dalam diri setiap waktu.
Sholat wajib pada mulanya hingga 50 kali dalam sehari semalam. Namun, Rasulullah bolak-balik meminta keringanan dan akhirnya dalam sehari lima kali saja. Ini sebenarnya bertujuan agar tidak ada lagi dalih bagi siapa pun yang masih menilainya sebagai kewajiban yang berat dan mengabaikan kewajiban itu. Berupaya untuk bisa sholat secara rutin dan tepat waktu adalah sebuah misi yang harus saya tanamkan dalam diri setiap waktu.
Menulis tentang sholat, jadi teringat tingkah saya dulu saat
masih belajar sholat membuat saya senyum-senyum sendiri. Mata jelalatan melihat
kanan kiri, suka mencolek-colek kawan sebelah, atau mengerjakan sholat dengan
sangat cepat seperti ayam yang sedang mematuk beras. Begitulah sholat masa
kecil saya. Namun, sebagai seorang yang masih dalam fase belajar, hal itu masih
dimaklumi, meskipun sesekali mendapat teguran dari orang tua agar sholatnya
tidak main-main.
Ada istilah unik masih saya ingat hingga sekarang tentang
sholat ala anak yang sedang belajar, yaitu sholat rubuh gedhang (seperti pohon
pisang tumbang). Istilah ini sering
disebutkan orang tua saya, entah apa hubungannya. Meskipun sholat rubuh gedhang, tapi sangat dianjuran
oleh orang tua ketika saya masih mulai tahap belajar sholat. Cukup sekedar
menirukan gerakan orang lain atau ikut-ikutan gerakan sholat orang lain tanpa
mengetahui substansinya.
Lama-kelamaan orang tua tidak hanya memperkenalkan gerakan
sholat saja, namun setahap demi setahap mulai diajarkan mengenai gerakan yang
benar, syarat dan rukun, hingga bacaannya. Guru TPA juga telah mengenalkan
tentang sholat yang baik dan benar sesuai dengan syarat dan rukunnya.
Seiring dengan kedewasaan beragama, semestinya sholat yang
semula ‘rubuh gedhang’ itu, menjelma
menjadi sebuah interaksi spiritual antara makhluk dan sang Khalik. Sehingga
sholat menjadi salah satu ritual yang mampu menuntunnya menuju jalan Tuhan. Tapi
menuju ke tahap tersebut tidaklah mudah bagi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar