LATE POST--Sebenarnya sudah sebulan
lebih saya menuliskan cerita ini, tapi karena tulisan ini tidak sekali jadi
akhirnya saya putuskan untuk post-nya jika sudah selesai. Pagi ini saya lihat
lagi tulisan saya tentang ini dan menyelesaikannya.
Dimulai pada hari senin, 10 Februari 2015 saya dan partner saya
mulai terjun langsung dengan anak-anak untuk belajar bersama dengan mereka.
Kebetulan kami mendapat bagian untuk mengajar kelas VII B. Di kelas tersebut
terdapat 28 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.
Khususnya saya pribadi, saya sangat khawatir dengan keadaan kelas yang banyak
siswa laki-lakinya seperti itu … bagaimana kalau nantinya mereka banyak yang
tidak nurut, tidak memperhatikan penjelasan kami, dll. Saat itu saya ingat
dengen dosen statistic saya yang pernah bilang kalau menjadi seorang guru harus
selalu memiliki positif thinking terhadap murid-murid nya … anggap murid-murid
itu pintar semua, karena telah terbukti pada sebuah penelitian yang menunjukkan
bahwa expektasi atau dugaan seorang guru itu bepengaruh terhadap perolehan
prestasi siswa. Beliau menjelaskan bahwa “ If the teacher has low expectation, It causes the
low performance of teacher. But, If the teacher has high expectation, It causes
the high performance of teacher. Artinya, kalau kita menganggap murid-murid
kita itu sulit di atur, maka dalam mengajarnyapun menjadi tidak semangat.
Akibatnya motivasi siswa untuk menguasai pelajaran yang di ajarkan itu juga
rendah. Meskipun agak sedikit deg-degan, akhirnya kamipun siap untuk mengajar
di hari pertama itu. Kami isi hari ini dengan perkenalan satu sama lain. Setiap
siswa kami minta untuk maju satu per satu memperkenalkan dirinya kepada
teman-teman nya, Alhamdulillah kami senang pada saat itu karena meskipun dengan
sedikit terpaksa akhirnya mereka semua bisa memberanikan diri nya. Satu
setengah jam pada hari Senin ini juga di gunakan untuk mengerjakan pre-test,
dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh sudah kemampuan siswa dalam
menguasai bahasa Inggris.
Pihak
yayasan memberikan sepenuhnya hari senin dan besoknya kepada kami untuk belajar
bersama anak-anak. Yang menjadi hambatan pada hari pertama ini yaitu kami
kebingungan pada bahan yang akan kami sampaikan kepada anak-anak. Masuk jam 6
dan selesai jam 10.20 am adalah waktu yang menurut kami sebagai pengajar perdana
sangat lama. Sebenarnya sudah ada modul yang sudah di persiapkan panitia untuk
bahan ajar selama dua minggu, tapi rasanya kok tidak enak kalau hari pertama
langsung meluncur ke materi. Akhirnya kami isi waktu itu untuk bernyanyi … pada
saat itu kami pun masih bingung lagu apa yang ingin kami berikan, karena
kebetulan partner saya dalam team teaching ini tidak punya persiapan lagu-lagu
yang cocok untuk pembelajaran. Saya berusaha mengingat-ingat lagu yang di
berikan saat microteaching, OH … lagu yang berjudul good morning. Pikir saya
meskipun sangat ke kanak-kanakan, lagu itu bisa dibuat pemanasan saat sebelum
memulai pembelajaran. Selain itu, saya juga masih teringat akan lagu Alphabet A
B C. Sebelum mengajak mereka menyanyikan lagu ini, saya juga masih berpikir dua
kali, masak sudah kelas VII lagunya masih A B C. Tapi tak apalah, kan kalau
mereka hafal kan bisa melatih pronunciation mereka. Setelah selesai menyanyikan
lagu ini, kami tunjuk satu per satu siswa secara acak untuk mengeja nama mereka
menggunakan bahasa inggris.
Sebenarnya
tidak semua siswa yang kami ajar itu anteng atau antusias menjelaskan
penjelasan kami, jadi saat partner saya menjelaskan di depan, saya harus mengawasi mereka dari belakang agar
bisa mudah untuk mengkondisikannya. Kadang anak yang hyperaktif itu berusaha
untuk mencari perhatian kami, sehingga kami juga harus peka dan telaten untuk
menghadapi mereka. Yang juga menjadi kesulitan saat kali pertama mengajar yaitu
kurang kompaknya team teaching, selain itu kemistri kami juga belum kebangun
sehingga sering ada perbedaan keinginan saat proses mengajar.
Setelah
semua volunteer selesai mengajar, kami melakukan evaluasi dan mengeshare kan
apa saja yang akan di lakukan selama proses pemnbelajaran esok hari. Semua
volunteer mulai dari MI hingga MA menceritakan seluk-beluk yang telah di hadapi
di kelas, berbagai kesulitan dan kesenangan semuanya di presentasikan di depan
para volunteer yang lain oleh setiap kelas nya. Evaluasi ini menjadi kegiatan
rutin kami selama dua minggu yang di laksanakan setiap selesai melakukan
pembelajaran. Kegiatan ini sangat membantu kami, karena jika kami ada masalah
selalu ada solusi dan masukan dari teman-teman volunteer atau panitia, sehingga
bisa saling melengkapi satu sama lain.
Hari
ke-2 kami tidak kehabisan materi lagi malah waktunya kurang. Kami gunakan waktu
yang panjang untuk membahas soal pre-test yang sudah kami koreksi. Hari itu
kami juga berusaha untuk menghafal nama-anak, sambil mengabsen kami berikan
anak yang bersangkutan tersebut potongan kertas berisi namanya untuk di
tempelkan di sakunya. Itu mempermudah kami untuk memantau siswa satu per satu.
Dengan hafalnya murid di kelas juga akan memberikan kesan yang akrab, karena
setiap kali mununjuknya menggunakan nama panggilan. Dari siswannya sendiri juga
akan merasa di perhatikan jika kami berusaha menghafal namanya. Setidaknya hari
selanjutnya ini sudah lebih bagus dari yang hari pertama. Hari selasa ini tidak
hanya selesai sampai jam 10.20 tapi masih di lanjut lagi pada jam 12 hingga jam
1.00. Waktu siang itu kami isi dengan fun activity, tetapi masih tetap berpacu
pada materi. Kami buat mereka berpasang-pasangan dan saling menggambar
pasangannya kemudian di minta untuk membuat deskripsi sederhana tentang
pasangannya tersebut. Meskipun masih perlu bimbingan tetapi mereka banyak yang
antusias. Setelah selesai kami berikan mereka tanda tangan kemudian kami tunjuk
2 orang untuk maju menggambarkan pasangannya dan mempresentasikannya di depan
teman-temannya. Kegiatan terakhir saya tuliskan lagu yang sudah saya persiapkan
sebelumnya yaitu lagu if you are happy, saya berusaha untuk menghafal lagu itu
dan meminta siswa untuk menyanyikan lagu ini di setiap mau pulang. Untuk hari
ke dua ini so far so good.
Hari
ke-3 kami gunakan waktu pagi untuk bermain game eat bulaga tentang adjective.
Permainan ini kami bagi menjadi 3 grup, tetapi hanya perwakilan dari 2 group
saja yang bisa bermain. Tekhnisnya 2 orang yang menjadi perwakilan maju ke
depan, anak yang satunya mendapat kata tentang adjective tersebut. Kata itu di
taruh di kepalanya agar ia tidak mengetahui kata tersebut. Dalam permainan ini
anak yang mendapat kata itu harus membuat clue yang berhubungan tentang kata
tersebut. Sedangkan lawan mainnya hanya akan bilang “yes / can be” jika cluenya
itu benar atau mendekati benar dan menjawab “no” jika clue yang di berikan
tidak sesuai. Jadi lawan mainnya yang menjawab yes, no, atau can be itu harus
tahu betul seluk beluk dari kata yang di berikan itu. Saat permainan itu
sebenarnya anak-anak masih sedikit bingung, tapi kami berusaha untuk
membantunya sampai mereka bisa. Waktu bimbel siang kami isi membahas materi di LKS tentang hobby, disitu
ada dialog tentang hobby yang masih belum tersusun rapi sehingga siswa diminta
untuk mengurutkannya, mereka juga senang untuk mengerjakannya. Setelah selesai
kami bubuhkan tanda tangan di situ sebagai tanda apresiasi terhadap kerja keras
mereka. Saya masih belum hafal betul nama anak-anak pada hari ini karena
potongan kertas yang saya kasihkan sebelumnya itu entah kemana, sudah tidak di
pakai lagi oleh mereka. Saya mendapat inspirasi dari volunteer yang mengajar
kelas 1 SD, yaitu dengan membuat denah tempat duduk. Cara itu saya tirukan dan
ternyata cara itu bisa membantu kami untuk menghafal nama anak-anak. Yang masih
menjadi kendala dari hari ke-3 dan selanjutnya yaitu pada saat masuk jam ke
nol, hanya ada beberapa anak saja yang masuk pukul 06.00. Kalau masuk jam ke-0
waktunya cuman sedikit karena jam 6.50 harus sudah di berhentikan untuk
melaksanakan sholat dhuha.
Hari ke-4
tepatnya hari kamis kami isi dengan pronunciation, kami berikan kira-kira 15
vocab tentang shopping list. Lalu kami drill anak-anak dengan pronunciation
yang benar. Mereka sangat kompak untuk menirukannya. Selain menggunakan metode
drilling, kami juga mengajarkan mereka tentang pada topic ini, saya berikan
secara acak kepada mereka potongan kertas yang berisi tentang shopping list
tersebut. Setelah itu saya berikan pertanyaan kepada mereka “What do you want
to buy?” kepada anak yang saya tunjuk
itu, maka ia harus menjawab “I want to buy … *dijawab seuai dengan tulisan
yang ada di kertas yang telah saya berikan” Mengajar kami hari ini termasuk
yang paling sukses dibanding hari-hari sebelumnya. Selain mengisi jam ke-0 dan
bimbel siang, hari ini kami juga di beri kesempatan untuk mengisi jam bahasa
Indonesia karena gurunya sedang ada kepentingan di luar. Sehingga waktu yang
kami gunakan dengan anak-anak lebih banyak.
Hari
ke-5 … Untuk hari jum’at ini menurut saya tidak efektif. Jam ke nol sudah yang
datang muridnya sedikit tambah lagi jam siang banyak yang sudah pulang duluan.
Akhirnya pagi kami gunakan untuk membahas LKS … di situ ada bacaan tentang
camping, jadi salah satu dari dan
siangnya kami gunakan untuk melakukan permainan rantai kata kareena hanya 2
anak saja yang datang ke kelas. Meskipun hanya 2 anak saja, tapi waktu yang
kami gunakan untuk jam siang itu tidak terasa habisnya. 2 anak itu lumayan anak
yang cerdas, sehingga mereka gampang sekali untuk diajak belajar.
Hari
yang membuat saya semangat mengajar itu saat saya punya ide dari teman saya
yang mengajar di kelas 5A untuk
memberikan game BINGO. Saya lupa
persisnya hari apa saat memberikan game itu, yang jelas seingat saya game itu
saya kasihkan pada saat bimbel siang. Anak-anak benar-benar asyik saat saya
kasihkan game itu. Selain bisa memulihkan semangat anak-anak, game ini juga
bisa melatih konsentrasi dan mengingatkan kembali pada vocab yang telah kami
ajarkan sebelumnya, yakni tentang shopping list. Selain itu yang membuat
anak-anak antusias juga, saat kami memberikan game crossword tentang adjective.
Disitu ada 15 kosa kata tentang adjective dan siswa diminta untk mentranslate
terlebih dahulu kata itu kedalam bahasa Inggris kemudian mencari translationnya
di crossword yang telah disediakan tersebut. Meskipun ada siswa yang wira-wiri
untuk mencari jawaban kepada temannya, ada yang tidak bawa kamus. Tapi kami
memakluminya, yang penting mereka sudah berusaha untuk mencaritahu.
Untuk
minggu ke dua disana, kami difokuskan dengan post test dan pensi. Post test
pada saat itu diadakan pada hari Rabu, jam siang. Alhamdulillah hampir semua
anak masuk, hanya 3 anak saja yang tidak masuk. Untuk menyuntikkan semangat
kepada anak-anak, saya bilang kepada mereka akan memberikan sesuatu bagi mereka
yang mendapatkan lima besar dari testnya tersebut. Ternyata pelaksanaan post
test ini berjalan dengan lancar. Episode terakhir yaitu pelaksanaan pensi, pada
awalnya kami sangat bingung mau kami minta menampilkan kreasi apa. Pada awalnya
saya hanya memberitahu contoh pensi yang diperbolehkan, seperti menyanyi, baca
puisi, menari, dll. Tapi respon dari siswanya masih kurang, mereka sepertinnya
masih malu-malu. Saya pribadi bingung saat itu. Karena masih belum punya konsep
yang matang akan pensi yang mau ditampilkan. Tepatnya hari kamis, 10 Feb 2015
adalah tanggal merah. Sebenarnya hari itu sangat cocok jika dijadikan waktu
untuk latihan. Tapi karena masih belum punya konsep yang matang jadinnya
latihannya dimulai hari jum’at. Rasannya iri saat itu ketika para volunteer yang
lain sudah padamelatih muridnya. Tapi saya meyakinkan diri saya jika bisa
latihan dengan maksimal hasilnya juga tidak akan memalukan.
Dengan
banyak sekali pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk meminta mereka
bernyanyi secara group. Karena waktunya sudah mepet dan agar pegkondisiannya
juga mudah, kami ambil murid yang tampil cewek semua. Lagu yang kami sepakati
untuk dinyayikan saat pensi yaitu “FROZEN: Let It Go.” Hati kami begitu gembira
saat itu karena ada 2 murid kami yang begitu antusias dan lihai saat
bersama-sama menyanyikan lagu ini. 2 murid ini saya tunjuk sebagai penyanyi
utamannya dan yang lain sebagai pengiringnya. Benar-benar membuat saya terharu
saat itu, mereka sangat senang sekali menyanyikan lagu itu. Beberapa kali lagu
saya putarkan agar mereka lebih lihai menyanyikannya, kami pun yang sebelumnya
hanya tahu saja menjadi sangat hafal dengan lagu itu, he e e. Latihan begitu
berjalan dengan sukses, tinggal menunggu hari esok.
Sontak
membuat penonton begitu antusias ketika mereka tampil dan menyanyikan lagu itu.
Saat reff lagu itu dinyanyikan, semua audience begitu kompaknya untuk
menirukannya. Memang lagu ini memiliki nada yang tinggi, karena dinyayikan
dengan group jadi tidak begitu terasa berat. Appluse yang sangat meriah juga
mereka berikan saat kelas kami selesai tampil. Bahagaia bercampur haru saat
semuannya sudah berakhir.
KEEP WRITING, KEEP POSTING