Buku harian
yang menggetarkan … adalah salah satu topic yang di bahas dalam sebuah buku the
power of writing. Saya heran saat di awal pembahasan nya di sebutkan salah satu
hal yang menjadi dasar dari kesuksesan mereka menulis adalah menulis buku harian,
bagaimana bisa terjadi? Lewat kisah para tokoh yang telah berhasil merubah
hidupnya lewat pelajaran yang di ambil dari buku harian, beliau menyimpulkan
bahwa buku harian menjadi bagian penting dalam proses menulis. Penulis yang
baik akan merekam segala hal yang penting dalam buku harian. Dari peristiwa
yang di tulis itu ternyata kita bisa mengambil hikmahnya, dan bisa di jadikan
sebagai pelajaran hidup.
Berbicara tentang buku harian, saya
teringat dengan mata kuliah skill writing di semester 1. Saat itu kami di minta
menyediakan buku tulis yang digunakan untuk menulis peristiwa penting yang di alami
setiap harinya dalam buku tersebut. Karena itu merupakan sebuah tugas yang harus
di kerjakan, ya dengan terpaksa mau tidak mau harus tetep di kerjakan. Setiap
pertemuan buku itu harus di kumpulkan ke dosen pengampu untuk di check, berarti
setiap minggunya setidaknya ada 7 judul tulisan yang di hasilkan. Kegiatan itu
berlangsung selama satu semester. Hampir 100 catatan harian lebih yang saya
tulis pada saat itu. Hmm, banyak juga ya ternyata … Saat itu kesadaran akan
pentingnya sebuah tulisan belum terbangun, jadi tugas menulis buku diary (buku
harian) pada saat itu saya anggap sebagai sebuah beban, jadi setelah tugas
menulis itu terseleasikan saya merasa sudah tidak ada beban lagi. Semuanya
sudah selasai, menulis buku harian pun juga sudah tidak lagi…Horeee. Memang saya gembira pada
saat itu , kan sudah tidak ada tugas menulis buku harian lagi, he e e.
Seiring berjalannya waktu, keinginan
saya untuk bisa menulis tumbuh. Tidak tahu kenapa, suatu hari saya ingin
mengulangi aktivitas saya untuk menulis buku harian berbahasa inggris itu. Saya
jadikan itu buku harian kedua saya, hari pertama sampai sepuluh hari pertama
saya semangat untuk menulis peristiwa penting saya dalam buku harian, tapi lama
kelamaan saya merasa bosan, entah kenapa??????? Saya menulis buku harian pada
saat itu cuman iseng saja, hanya berkeinginan untuk menulis saja, tidak lebih …
Tulisan yang berjudul buku harian yang menggetarkan itu mengingatkan saya pada
buku SIDU berwarna biru isi 38 itu, saya cari buku harian saya itu … dan Alhamdulillah
ketemu. Di halaman pertama buku itu tertuliskan kata-kata yang menunjukkan pada
saat itu saya akan memulai hari saya untuk menulis diary, “from this day … I
want to make diary. May it can become useful experience for me in the next
time. In this book, I will write something about my special moment on each day.
Monday, 15-09-2014.” Ya, pada tanggal itu saya tumbuh keinginan saya untuk
menulis diary. Ternyata saya lihat tulisan saya itu hanya bertahan sampai 24
hari, dan berakhir on Wednesday, 08-10-2014, peristiwa penting yang saya tulis
pada saat itu tentang sebuah kebersamaan dengan teman-teman di Hutan Kota
Tulungagung.
Perasaan kesal dan menyesal saat saya
mengetahuai akan manfaat sebuah buku harian, bisa di jadikan pelajaran hidup ….Andai
saja pada saat itu saya bisa melanjutkan tulisan harian saya, sudah dapat
berbuku-buku mungkin, dan sudah bisa di jadikan subuah pelajaran hidup. Saya
berhenti menulis buku harian saat itu karena saya merasa bosan, merasa tidak
penting…cuman gitu-gitu saja, kaya tidak punya kerjaan, saya ingat sekali
pikiran itu. Buktinya, di akhir catatan saya, saya lihat di situ hanya terbubuhkan
sebuah hari dan tanggal saja, tidak ada isinya. … Pikiran-pikiran itulah yang
membuat buku harian saya tidak terselesaikan alias terbengkalai. Tidak tahu
kenapa pada waktu itu pikiran sempat mampir di benak saya.
Dari tahu pentingnya buku harian untuk
kesuksesan menulis ini, saya berinisiatif untuk melanjutkan kembali menulis buku
harian saya yang telah terbengkalai berbulan-bulan itu. Semoga terlaksana ….. Have
a nice Sunday morning guys,